Chereads / MOONSTAR18 / Chapter 29 - Bangun Rumah Tangga

Chapter 29 - Bangun Rumah Tangga

Sang bendahara kelas membawa buku tebal berwarna hijau keliling kelas seperti penagih uang kredit. Bibirnya tersenyum lebar tetapi matanya melirik tajam kesetiap siswa-siswi yang berada dikelas. Sedangkan siswa-siswi lain membidik cemas melihat sorotan matanya.

" Bayar uang kas !" pinta Wulan kepada siswa yang duduk dibarisan paling depan.

Siswa itu langsung mengambil uang dari kantongnya dan memberikan uang itu kepada Wulan. " Nih uangnya, biar Wulan yang cantik tidak berpidato panjang lebar disini, "

" Ah iya makasih udah peka, "

Wulan tersenyum kepada siswa itu. Wulan sangat suka menagih uang kas kepada Kevin yang selalu langsung bayar saat ditagih.

Wulan berjalan kesamping barisan depan. Senyuman mautnya tidak pudar.

" Eh ibu bendahara apa kabar ?" ucap siswa itu basa-basi

" lima ribu, "

" Oh kabarnya baik. gimana kabar keluarga dirumah ? sehat semua kan. "

" Bayar uang kas !"

" Aishhh. Nih, aku bayar sampai lulus Wulan biar kamu gak capek-capek nagih uang ke aku lagi ya, udah aku bayar lebih sekalian sama kamu. " ucap Furqon menyodorkan beberapa lembar uang kertas.

" Makasih sultan Furqon yang selalu bayar sampai lulus, " balas Wulan terkekeh.

Wulan menjalar kesamping meja Furqon yaitu meja dia sendiri bersama saudarinya.

" lan uang kas, " pinta Wulan baik-baik

" Kamu belum bayar uang kas lan ?" tanya Bintang.

" Bayar apa ?"

" Bayar sewa bumi, ah kamu pakai nanya lagi, bayar uang kas lah, "

Bulan menggeleng-gelengkan kepalanya singkat. " Belum, "

" Nih wul, gue bayar uang kas gue dan Bulan sekalian ya, " ujar Bintang.

Wulan lega baru kali ini Bintang langsung membayar tagihannya, karena biasanya ia ngajak gelud dulu baru menyerahkan uangnya.

Wulan mengerutkan keningnya membaca daftar nama siswa yang belum bayar uang kas.

" Azar belum lagi, " desis Wulan.

Azar adalah tipikal orang yang sering menunda-nunda bayar kewajibannya. Jika ditagih pasti jawabnya besok, besok, besok, dan besok.

" AZAR BAYAR UANG KAS !" teriak Wulan.

Azar berlari kearah depan kelas menghampiri Wulan.

" Jangan teriak wul, malu tau gak. Kayak ibu-ibu kosan lagi PMS aja lu. Besok ya !" ucap Azar tanpa dosa.

" besak-besok, besak-besok, kapan kali ? sampai lebaran monyet baru bayar uang kas hah" sentak Wulan tidak sabar lagi.

" Atuh Wulan teh nagih uang kas terus, jangan-jangan kamu korupsi ya !" Azar menarik buku Wulan dan membaca daftar pengeluaran kelas. Ternyata tertulis rapi laporan keuangan pemasukan dan pengeluaran kas.

" Puas lu ? gak ada apa-apa kan ? Sekarang bayar !" perintah Wulan.

" Gue lagi gak ada duit, boke ogut, " ucap Azar jujur setelah merogoh kantong celananya yang kosong.

Wulan mendekati tubuh Azar yang berdiri tegap. tangannya menyelinap di sela kaos kaki Azar. Benar, Wulan menemukan selembar uang lima ribu di kaos kaki itu. Azar sudah menyembunyikan uangnya secara sengaja.

" Gak ada uang ya ? terus ini apa ? daun, " ujar Wulan menggerpak meja.

Azar hanya cengar-cengir.

" Lain kali kalau lu gak mau bayar gue pakai cara ke dua !" peringat Wulan tersenyum sinis

" Cara apa ?"

" Minta kepacar lu !" balas Wulan menunjukkan jarinya kewajah Azar.

Azar menelan salivanya kasar, ia sangat takut dengan ancaman Wulan kali ini. Wulan seperti devil berwujud angel ketika menjadi seorang bendahara.

Tring !

Jam pulang sekolah sudah berbunyi. Wulan masih sibuk menghitung uang kas dibantu oleh sang pacar. Sedangkan Bintang masih memandangi Bulan yang sedang menyalin tugasnya.

" Udah selesai, " ucap Bulan merentangkan kedua tangannya.

Bulan menggendong tasnya dan menarik lengan Bintang dengan lembut.

" Inget piket woy !"

Bulan mendesis menengok kearah Furqon. Bulan melipat tangannya didada.

" Kalau gue gak mau gimana ? Gue habis tidur ditambah nyalin tugas, betapa melelahkan hidup ini, "

" Harus mau !"

" Nggak. " bantah Bulan

" Bulan piket nanti didenda sama seksi kebersihan lho !" peringat Wulan lembut.

Bulan masih bersikeras menolak dan duduk kembali ditempatnya semula dengan muka datar.

" Biar gue aja yang piket, toh mau gue atau Bulan sama aja kan ?"

Bak pahlawan Bintang mengambil sapu dan menyapu seisi kelas. Furqon dan Wulan juga ikut membantu. Dan Bulan ? dia masih duduk manis dengan gadget ditangannya.

Furqon tersenyum lebar melihat Wulan sedang menyapu di ujung pintu kelas.

" Gue megangin serokan, dan dia nyapu, " ucap Furqon. " Beuh, serasa sedang membangun rumah tangga. " lanjutnya.

Mendengar hal itu Wulan terkekeh geli. Ada-ada saja Furqon ini. Tidak mengenal tempat dan waktu

" Gue nyapu, dan dia duduk manis. " ucap Bintang ikut-ikutan.

" Serasa jadi babu. "

Bulan menengok. Ia mengernyitkan dahinya. Dirinya seperti disindir halus oleh sang pacar.

" Gak ikhlas ?" tanya Bulan.

Bintang menggeleng cepat.

" Ikhlas lahir batin lan. Ngebersihin satu dunia demi kamu aja aku mau lan. Apa kamu mau aku ngelamar jadi art dirumah kamu ? " gombal Bintang.

Bulan menghela nafasnya. Ia mematikan ponsel dan bangkit dari tempat duduknya. Ia berjalan kearah belakang kelas lalu mengambil serokan.

Mata Bintang terkejut melihat Bulan yang sudah berada didepannya.

" Maaf soal tadi ya. aku tadi niatnya cuma becanda, gak lebih. " ujar Bintang cemas melihat mata Bulan menatapnya dingin.

Tidak ada balasan apapun dari Bulan.

" Hayo lu Bulan marah, " sindir Wulan tertawa.

" Sujud sembah sama Bulan, tang. Biar lu gak dicoret dari daftar calon suaminya. " saran Furqon ngaco.

" Iya nanti dicoret lho dari calon keluarga Gunawarman. " kompor Wulan.

Mendapat lirikan tajam Bintang dan Bulan bersamaan membuat Furqon dan Wulan tertawa puas.

***

Furqon dan Wulan pulang lebih dahulu karena mereka hendak mampir di gramedia, melihat beberapa buku novel keluaran terbaru. Tersisa Bintang dan Bulan yang masih diam menelusuri lorong sekolah.

" Makasih ya tadi udah mau gantiin aku piket, " akhirnya Bulan membuka suara membuat Bintang bernafas lega.

" Kamu gak marah ?"

Bulan menggeleng dan melambatkan langkahnya agar sejajar dengan Bintang.

" Ngapain aku marah, aku tadi cuma males nanggepin dua sejoli gila itu aja, "

" hehehe iya iya, aku minta maaf ya sekali lagi. " Bintang terkekeh.

" Kata siapa aku marah ?"

" Feeling aja si, "

" Makanya jangan berfikir negatif terus. " ucap Bulan diangguki Bintang.

" Maaf. "

Ponsel Bulan bergetar ia langsung membuka dan membaca pesan singkat dari Wulan.

" Besok hari Sabtu ke rumah ya, kita belajar bareng untuk persiapan ujian hari Senin. "

Bintang menengok dengan senyuman lebar lalu tangannya menghormat. " Ay ay kapten, "

" Ayo pulang !" pinta Bulan

Mereka langsung berjalan kearah parkiran motor yang sudah sepi. Bulan menaiki motor Bintang dan mereka berkemudi membelah jalan ibukota ditemani langit biru yang mulai menggelap.