FLASHBACK ON
2016
Dabith baru saja keluar dari ruangan dokter spesialis jantung dengan selembar kertas di tangannya. Dari kejauhan terlihat sosok gadis memakai baju putih biru dengan rambut terurai berlari tanpa memperhatikan sekitar.
BRAK !
" Maaf kak saya buru-buru " lirih gadis itu menundukkan kepalanya.
Dabith memperhatikan suara dan tubuh gadis yang tak asing lagi baginya. Wajah gadis itu ditutupi oleh helaian rambutnya yang tergerai. Nafasnya yang memburu terdengar jelas di telinga Dabith.
" Wulan " ucap Dabith
Gadis itu menengok kearah Dabith. Ia melangkahkan kakinya beberapa langkah kebelakang terkejut.
" Kak Dabith ngapain disini ? " tanya Wulan yang masih mengatur nafasnya
" Harusnya kakak yang nanya itu, ayo duduk dulu. "
Dabith menggandeng tangan Wulan dan menyuruhnya duduk di kursi tunggu pasien yang tidak jauh dari posisi mereka sekarang.
" Tadi kak Dabith habis anterin umi ke dokter spesialis jantung untuk check up dan Umi pulang duluan bareng Abi. Kamu ngapain disini ? sendiri ?"
Wulan terdiam 10.000 bahasa. Wulan sangat bingung hendak berkata apa pada kak Dabith.
" Umi sakit apa kak ?" Wulan mengalihkan pembicaraan.
" Jawab pertanyaan aku dulu !" tegas Dabith.
Wulan tertunduk, ia menyerahkan selembar kertas pada Dabith. Dabith langsung mengambil kertas itu dan membacanya dengan teliti.
" Jadi kamu sakit k- "
" iya kak, " potong Wulan.
" Apih, Amih, Awan dan Bulan, mereka semua tau ?" tanya Dabith dan dibalas gelengan kepala Wulan.
Dabith mengeluarkan ponselnya dan hendak menghubungi nomor Awan. Wulan merebut paksa handphone Dabith dengan cepat.
" Please kak jangan kasih tau, "
" Gak, mereka harus tau Wulan. "
" Janji demi Wulan ya kak atau Wulan bakal mengakhiri hidup Wulan sekarang !"
Detak jantung Dabith terhenti mendengar perkataan Wulan yang mengancam membuatnya sangat cemas dan khawatir. Terpaksa Dabith meng-iyakan permohonan adik sahabatnya ini.
FLASHBACK OFF
" Aduh gila lu Caesar !" maki Dabith mengusap-usap kepalanya perlahan setelah bola basket melayang tepat di kepala Dabith.
" Lu ngelamun terus si, ngelamunin siapa hayo ? Ngelamun gue lu ya, " cecar Caesar.
" Ngapain gue ngelamunin lu ?"
" Gue kan kembang desa, "
" Idih, lu mah bukan kembang desa, "
" Terus apa dong ?"
" kembang pasir, "
" Tai kucing dong ? Agh Abang Dabith jahat sama dede Cae !"
Mata elang Dabith menatap erat sahabatnya. Sebelum di mangsa oleh Dabith, segera Caesar menghindar dari tatapan itu. Caesar takut di 'hap' oleh Dabith dan ia 'ngap'.
Dering notifikasi dari handphone Dabith berbunyi. Dabith segera membuka pesan singkat dari seseorang. Ia memasukan baju kedalam tasnya dan menghampiri Awan.
" Wan gue pulang duluan ya, " pamit Dabith.
" Tapi, kita belum selesai bith, " ucap Awan mengarahkan tubuhnya ke Dabith.
" Nanti gue pulang sama siapa ? " tanya Baldwin.
" Penting wan, " jawab Dabith menepuk pelan pundak Awan.
" Pulang noh sama Awan dan Caesar ngesot " gas Dabith ke Baldwin.
" Yaudah hati-hati !"
" Tapi gue maunya ngerangkak " ucap Caesar setelah menenggak air minumnya.
" Seruan salto kayaknya " kata Baldwin.
" Ngelucu ?" tanya Awan.
" Gak !" ucap serentak Caesar dan Baldwin.
" SINTING !" teriak Awan dan Dabith berbarengan.
" Udah ya wan gue pergi dulu, hati-hati lu sama mereka berdua nanti digigit, "
" Tenang aja bith, gue udah suntik anti rabies !"
Dabith langsung berjalan kearah mobilnya. Mengabaikan sahabatnya yang gak jelas arah bicaranya. Mengemudikan mobilnya ke suatu tempat.
Mobil Dabith berhenti tepat di sebuah gedung besar berlabel 'Galaxy Hospital' yang merupakan rumah sakit milik sekolahnya. Ia memarkirkan mobilnya di tempat yang telah disediakan.
Dabith berjalan masuk menuju resepsionis rumah sakit, hendak bertanya ke suster yang bertugas.
" Kak Dabith !"
Dabith menengok kearah suara itu. Ia melambaikan tangannya kearah orang itu.