Wulan dan Bulan berjalan melewati koridor sekolah yang telah sepi. Di buntuti oleh Bintang dan Furqon. Mereka berempat tidak bicara sepatah katapun sejak bel pulang sekolah berbunyi.
" Bulan " panggil Bintang memecahkan kebisuan yang terjadi.
" Hm " dehem Bulan yang masih mengotak-atik handphonenya
" Pulang bareng yuk " ajak Bintang menarik tangan Bulan. Bulan langsung menepak tangan Bintang.
" Ogah ", mendengar kata itu Bintang menundukkan kepalanya lemas.
" Lu kenapa suka sama gue ? " tanya Bulan yang membuat Bintang mengangkat kepalanya.
" Ya karena lu Bulan yang cantik " jawab Bintang tersenyum
" Oh jadi kalau gue udah tua, keriput, rambut putih, jelek, lu bakalan gak suka " ujara Bulan melipat tangannya didepan dada
" Ya nggak gitu juga "
" Lu kapan suka sama gue ?" tanya Bintang
" Never "
" Gue bakal tunggu sampai lu suka sama gue. Gue yakin lu bakal suka sama gue, meski 1000 tahun lagi "
" Denger ya Bintang ! kita itu kayak Bintang dan Bulan di langit. Meski berada di langit yang sama tetapi tak akan pernah bisa bersatu "
Jleb.
Langkah kaki Bintang terhenti mendengar pernyataan Bulan." Ta.. tapi Bulan. Gue yakin kalo tuhan bisa buat Bulan dan Bintang bersatu suatu saat nanti "
" Seterah lu dah"
Pertengkaran antara Bulan dan Bintang berlanjut dengan sengit. Bintang yang terus membantah pernyataan Bulan. Sedangkan Bulan terus mengucapkan kalimat yang menusuk hati bahkan jantung Bintang.
" Wulan " Panggil Furqon
" Apa ?" jawab Wulan menengok kearah belakang
" Pulang bareng yuk, lu mau dianter pakai apa ? Alphard ? Lamborghini ? BMW ? " tawar Furqon
Plak !
Kepalan tangan Bintang mendarat tepat di jidat Furqon. Furqon meringis kesakitan mengusap-usap TKP. " SOMBONG BANGET"
" Gue gak sombong Tapi gue ngomong fakta ya. Ibu gue beli banyak rumah di pondok indah dan mobil sport buat gue, anak semata wayang keluarga Maulana " jelas Furqon mengangkat sebelah bibirnya. Membuat Bintang diam tak mau menjawab.
" Gimana Wulan ?"
" Gak makasih Furqon, gue ada urusan. Bulan lu pulang bareng kakak ya. Wulan ada urusan " tutur Wulan
Bulan mengangkat kedua jari jempolnya dan berlari kearah lain. Sedangkan dua penguntit ini melajukan mobilnya dengan cepat.
Bulan menaruh tasnya dibawah pohon rindang dekat lapangan olahraga. Ia masih sibuk bermain game online. Ia mendengus kesal ketika kalah dalam permainan itu. Menyenderkan tubuhnya sembari menutup matanya.
" Dor !!!"
Seru seseorang di belakang Bulan yang coba mengagetkan. Tanpa sedikitpun ekspresi terkejut Bulan memalingkan wajahnya ke arah dua orang yang masih cengar-cengir itu.
" Gak kaget kamu yang ?" tanya Caesar melihat-lihat wajah Bulan yang masih saja datar.
Bulan hanya menggelengkan kepalanya. Caesar menghela nafasnya berat. Baldwin memberikan sebotol air mineral ke Bulan.
" Gak lu apa-apain kan ? " tanya Bulan setelah menenggak air minumnya.
" Gue kasih pelet lan, biar gue bisa nikah sama lu " cerocos Baldwin
" Gak lan, tadi gue liat si Baldwin naruh racun sianida " ujar Caesar
" Serius lu ? " Bulan mengelap-elap lidahnya dengan tisu.
" Yaelah su'uzon Mulu Luh kalo gue mau berbuat baik "
Baldwin menatap malas Bulan. Bulan hanya terkekeh. Awan yang berdiri tak jauh dari mereka hanya bisa diam menjadi pendengar yang baik.
" Si Wulan mana ?" celetuk Awan
Bulan menengok kearah Awan, ia terkejut ternyata sedari tadi kakaknya berada di sebelahnya.
" Ada urusan katanya " jawab Bulan melempar botol kosong ketempat sampah.
" Si Kulkas kemana ? " tanya Bulan balik setelah menyadari Dabith tidak ada.
" Cie peduli biasanya lu ribut Mulu kayak Tom and Jerry " sindir Baldwin
" potek dah hati aa Caesar "
" Berisik lu pada ! Gak tau tadi katanya duluan ada urusan penting " ucap Awan yang berjalan lalu duduk disebelah adiknya.
" kok bisa barengan ya ? jangan jangan ? jangan jangan jangan nih " seru Caesar
" Negatif thinking teros " Baldwin menimpuki Caesar dengan botol kosong.
Bulan tersenyum kecil, ia tahu dengan siapa Wulan sekarang.
***
Disisi lain
Wulan mengirim pesan singkat ke seseorang. Wulan berjalan menuju gerbang sekolah dan menaiki taxi.
Taxi itu berhenti tepat di sebuah rumah sakit. Wulan membuka handphonenya memeriksa jadwal pertemuan dengan dokter.
Wulan duduk di kursi tunggu pasien. Memandangi pintu masuk rumah sakit dengan penuh harapan.
Seorang laki-laki berjaket hitam dengan memakai celana jeans berlari menuju resepsionis. Wulan mengenali laki-laki itu.
" Kak Dabith "
Wulan melambaikan tangannya dan dibalas lambaian tangan Dabith. Dabith berjalan mendekat kearah Wulan yang masih saja duduk manis.
" Udah lama lan ?" tanya Dabith basa-basi
" Nggak kok kak, kakak benar gak sibuk kan ? Kalau sibuk pulang aja kak gak papa Wulan sendiri " ucap Wulan
" Gak sibuk "
" Wulan ngerepotin ya kak ? maaf selama tiga tahun ini ngerepotin "
" Gak ngerepotin lan, malah sebaliknya aku khawatir kalau kamu sendiri "
" Makasih kak"
Dabith dan Wulan duduk bersebelahan di kursi tunggu pasien. Tertulis besar dokter spesialis penyakit dalam bernama dr. Marthin Luther.
" Silahkan pasien bernama ananda Wulan Welfridi Guna masuk kedalam sudah di tunggu dr Marthin " ucap Suster pribadi dokter yang sudah sangat amat mengenal Wulan.
Suster itu membukakan pintu untuk Wulan masuk. Wulan berbaring di sebuah kasur khusus pasien.
Laki-laki muda berwajah tampan duduk dikursinya mencoret-coret kertas yang tergeletak di atas mejanya setelah memeriksa Wulan. Iya, itu dr. Marthin. Dokter spesialis penyakit dalam yang sudah merawat Wulan selama lima tahun.
" Gimana keluhan mu sekarang ?" kata dr Marthin meletakan pulpennya diatas kertas itu.
" Kayak biasa dok, sering pusing, mual, dan cepat kelelahan " keluh Wulan
" Ya itu wajar untuk penderita Kanker otak stadium tiga. Apa keluarga mu datang ? serahkan ini pada mereka untuk segera menandatangani persetujuan operasi " jelas dr Marthin panjang lebar menyodorkan selembar kertas
Wulan menderita kanker otak stadium tiga selama sebelas tahun lamanya. Awalnya Wulan hanya terbentur dan mengalami pusing-pusing biasa. Dan saat di periksa ada kelainan di otak Wulan yaitu ada sebuah cairan yang menyumbat otaknya. Tidak ada yang tau apa penyakit yang diderita oleh Wulan selama ini kecuali almarhum Omanya dan Dabith.
" Saya berdua dengan kakak saya dok. Memangnya wajib ya dok operasi besar ini ? " tanya Wulan menggigit bagian dalam bibirnya
" Wajib, karena kamu akan masuk ke stadium akhir. Jika tidak di tangani segera nyawamu dalam bahaya " Ucap dr Marthin
" Terimakasih dok "
" Semangat Wulan saya yakin kamu bisa melewati ini "
Wulan tersenyum kecil mendengar kata-kata dari dr. Marthin yang sangat baik dan sabar merawat Wulan selama ini. Wulan berpamitan pada dr. Marthin dan segera keluar dari ruangan menemui Dabith.
Dabith menarik tangan Wulan dan mengajaknya ke rooftop rumah sakit. Deraian angin menerpa wajah Wulan membuat sedikit tenang.
" Bagaimana kata dokter " tanya Dabith
" Baik " bohong Wulan
" Kamu bohong kan ? jujur saja " cecar Dabith yang tidak percaya sama sekali.
Wulan menangis hebat di pundak Dabith. Dabith sesekali mengusap punggung Wulan. Wulan menyerahkan selebaran kertas yang tadi diberikan dr. Marthin pada Dabith. Dabith membaca kertas itu dan ikut meneteskan air mata.
" Hiks.. hiks... Wulan harus gimana kak ?" tanya Wulan yang terisak
" Kamu harus jujur pada keluarga kamu Wulan "
" Tapi percuma kak, Wulan gak bakal sembuh"
Dabith menempelkan jari telunjuknya ke mulut Wulan dan mengusap air mata Wulan. Membuat Wulan terdiam. " Kamu gak boleh ngomong gitu. Kamu tau kan kenapa kak Dabith mau jadi dokter ? supaya bisa obatin kamu. Kamu itu wanita kuat, buktinya kamu bisa melewati semua ini "
Ucapan Dabith membuat Wulan termenung. Benar juga kata Dabith, Wulan sudah bertahan selama ini dan mau menyerah begitu saja ? oh tentu tidak.
" Lan"
" Kak"
Mereka terdiam kembali setelah berkata bersama.
" Kamu dulu aja " ucap Dabith
" Gini kak, aku lagi suka sama seseorang "
Dabith kaget dan terdiam.
" Namanya Furqon dia teman sekelas Wulan. Anaknya baik banget walaupun sombongnya melebihi Firaun tapi dia memang kaya si " curhat Wulan.
Mendengar pernyataan Wulan hati Dabith sangat sakit rasanya seperti teriris pedang tajam. Dabith sekarang merasakan level tertinggi dari tersakiti yaitu mendengarkan orang yang kita sayang bercerita bahwa ia sedang mencintai seseorang.
" Wulan" lirih Dabith
" Wulan suka jujur atau nggak ? "
" Aku sangat menjunjung tinggi kejujuran kak"
" Kak Dabith sayang dan suka sama Wulan " ucap Dabith dengan gentle man
Wulan membungkam bibirnya kedalam. Matanya membulat terbelalak kaget mendengar perkataan Dabith tadi. Apakah ia mimpi ? Wulan mencubit tangannya sendiri. Dan ternyata sakit.
" Wulan juga sayang sama kak Dabith. Wulan terima perasaan suka kak Dabith. Tapi Wulan ga janji bisa suka juga sama kak Dabith. karena menyukai seseorang tak semudah membalikkan telapak tangan " Jelas Wulan.
Dabith menganggukkan kepalanya setuju dengan pernyataan Wulan. Dabith mengambil tangan Wulan dan menggenggam jari-jarinya.
" Kakak cuma mau ngasih tau itu, lebih baik kakak jujur dari pada nanti kakak menyesal. Dengan siapa kamu nanti, itu keputusan kamu. Asalkan kamu bahagia, aku juga bahagia" tutur Dabith yang membuat melting hati Wulan
" Tenang kak, Wulan gak bakal milih siapa-siapa. Wulan gak akan buat kalian berdua kecewa. Wulan takut ketika Wulan punya pacar Wulan bakal pergi atau kalian bakal ninggalin Wulan. Wulan janji " ucap Wulan dengan semangat 45 melangit-langitkan jari kelingkingnya.
Dabith senang dan sedih mendengar perkataan Wulan. Ia berusaha tetap tersenyum meskipun hatinya sakit. Ia mengacak-acak rambut Wulan dan membuka handphonenya.
" WULAN " seru Dabith tersenyum lebar.
Dabith menunjukkan video yang terputar di handphonenya kearah wajah Wulan yang membuat Wulan loncat-loncatan.
" Congrats Wulan. Video food vlogger pertama kamu berhasil tranding nomor satu di mytube " ucap Dabith memeluk erat Wulan yang masih saja tertawa bahagia.