Chereads / MOONSTAR18 / Chapter 15 - Kencan Pertama

Chapter 15 - Kencan Pertama

Sekolah di seluruh Indonesia libur serentak. Bukan karena tanggal merah lho ! Tapi hari minggu, hehehe.

pukul 06.15

" Huaft, selamat pagi dunia tipu-tipu. " monolog gadis itu pada dirinya sendiri. Bulan mengusap-usap matanya perlahan menengok kearah samping tubuhnya, tepatnya ke benda diatas meja.

Bulan tersenyum licik.

" Ayok bangun ! biasanya lu bangunin gue setiap pagi, mana suara lu yang berisik itu, hah ?! Trang Tringgg mengganggu orang sedang meraih mimpi. ayo bunyi cepet !!!" Omel Bulan pada jam wekernya.

TRINGGG !

Jam weker yang Bulan genggam sontak berbunyi pada pukul 06.20 membuat Bulan terkejut bukan main dan melemparnya kearah jendela yang terbuka.

" Sial, dia malah bunyi beneran. " kesal Bulan.

Ia bangkit dari kasur dan bergegas membersihkan dirinya terlebih dahulu.

Setelah mandi, Bulan mengobrak-abrik lemari bajunya yang berisi celana jeans dan baju biasa.

" Ini, nggak ah kayak cowok. ini, gak udah sering dipakai. apalagi ini ?!" Bulan frustasi mengacak-acak rambutnya yang basah.

" Sebentar kok gue jadi ngurusin outfit si ? come on Bulan ini cuma date sama pawang makhluk hidup bukan pangeran lu. " gumam Bulan pada dirinya sendiri.

Terbesit sebuah ide untuk membuka lemari berwarna pink milik Wulan. Bulan melihat kotak putih didalamnya, ia segera membuka dan menemukan dress putih yang cantik. " Nah ini bagus, tapi ini baju baru Wulan, "

" Wulan minjem ya !" pinta Bulan. " Iya pakai aja, " jawab Bulan seolah-olah menjadi Wulan.

" Makasih !"

Bulan memakai dress putih dengan high heels putih milik Wulan. Ia merias dirinya dengan make up tipis agar tidak terlihat pucat pasih. Memberi lipcream merah muda pada bibir mungilnya.

" Oke mantap. " ucap Bulan memandangi dirinya didepan cermin besar.

Bulan berjalan perlahan menuju fasad rumahnya. Dari jendela terlihat seseorang laki-laki menggunakan sweater putih dan jeans hitam duduk disofa.

" Bintang." panggil Bulan

Laki-laki itu menengok, matanya membulat kagum diam sejenak. Ia melihat Bulan dari ujung kaki sampai atas kepala.

" Ada yang salah dari gue ?"

" Cantik. " jawab Bintang jujur.

Bulan tanpa sadar tersenyum melihat jawaban Bintang.

" Jadi jalan ?" tanya Bulan membuyarkan lamunan Bintang yang masih mengunci mulutnya.

" Ja.. jadi. " jawabnya gugup

Bintang langsung mempersilahkan Bulan berjalan duluan. Tidak lupa Bintang membukakan pintu mobil untuk Bulan.

" Udah sarapan ?" tanya Bintang basa-basi.

" Udah. "

" Dirumah lu ada orang ?" tanya Bintang lagi.

" Gak. "

" Kenapa ?"

" Rumah gue ramai kalau ada yang meninggal. " jawab Bulan terang-terangan.

" Oh oke. "

Mereka saling mendiamkan diri tidak ada satupun yang berniat membuka mulutnya. Bintang memilih fokus mengemudikan mobilnya membelah jalan ibu kota yang ramai.

Bulan memutar musik di mobil. Ia mendengarkan lagu Karna Su Sayang - Near.

' Biasa sa cinta satu sa pinta

Jang terlalu mengekang rasa

Karna kalau sa su bilang

Sa trakan berpindah karna su sayang

Jangan kau berulah sa trakan mendua

Cukup jaga hati biar tambah cinta

Karna kalau sa su bilang

Sa trakan berpindah karna su sayang '

Bulan memejamkan matanya mendengarkan lagu itu dengan sangat nikmat dan hikmat.

" Lu suka lagu ini ?" tanya Bintang menatap wajah Bulan.

Bulan hanya mengangguk sebentar dan melanjutkan mendengar lagu itu.

" Udah sampai. " ucap Bintang mengerem mobilnya.

Bulan menengok kekanan dan kekiri melihat tempat rekreasi yang sering ia kunjungi saat masa kecil. Bulan dapat melihat bayangan dua anak kecil berlari-lari didepannya.

" WULAN AWAS JATUH !" Bulan berteriak histeris.

Semua orang menengok kearah Bulan yang menangis.

" Are you okey ? " Tanya Bintang memberikan sapu tangan miliknya.

Bulan mencoba menghentikan Isak tangisnya dan mengelap perlahan butiran air matanya.

" Lu kenapa tadi Bulan ? Gak sakit kan ?" tanya Bintang memegang dahi Bulan yang hangat. " Apa perlu ke rumah sakit ?" tanya Bintang lagi.

" Gak usah, ayo masuk aja. " jawab Bulan yang sudah tenang.

Bintang menggenggam tangan Bulan menariknya masuk. Bulan menengok kearah tangannya yang digenggam erat oleh Bintang.

Otaknya berteriak untuk menepak tangan Bintang menjauh tetapi hati tidak mau karena kehangatan yang membuatnya nyaman.

Ah selalu saja, Otak dan Hati tidak pernah seprekuensi !

" Mba, beli tiketnya dua ya, " Bintang berbicara kepada penjaga loket.

" Mas itu pacarnya ya ? cantik banget. Kalian serasi. Kalau boleh tau nama kalian siapa ? " tanya penjaga loket.

" Nama saya Bintang dan ini calon pacar saya Bulan, "

" Wah nama kalian mirip kayaknya jodoh deh. Jadi kalian belum pacaran nih ?" ucap penjaga kasir dengan nada menggoda.

" Insyaallah mba. Dalam waktu sesingkat-singkatnya. Doain ya mba semoga calonnya nyadar, " sahut Bintang tersenyum.

" Iya aamiin. Semoga calon pacarnya nyadar. "

Mereka berdua terkekeh kecuali Bulan yang masih memelototi mereka. Perempuan itu memberikan dua lembar tiket yang ditukar dengan uang dua ratus ribu.

Bintang memberikan salah satu tiket kepada Bulan yang masih cemberut. Bulan mengambilnya dengan paksa tanpa memandang sedikitpun ke arah Bintang.

" Lu marah ?" tanya Bintang

" Gak. " Sahut Bulan datar.

" Oh yaudah. Mau main apa ?" tanya Bintang lagi.

" Seterah. "

" Main itu yuk, " Bintang menunjuk kearah permainan besar bulat halilintar.

Bulan menengok sebentar dan langsung membuang tatapannya kearah lain.

" Gak berani ?" remeh Bintang.

Bulan memindahkan matanya kearah mata Bintang. Ia menatapnya sangat intens. Bulan menarik tangan Bintang dan langsung duduk di kursi khusus kereta luncur. Tak lama kereta ini meluncur pesat melewati putaran-putaran besar yang terbuat dari besi. Hampir semua yang bermain berteriak histeris, kecuali Bulan yang masih saja bersikap tenang.

" You lose. " Ucap Bulan membalikan keadaan.

Bintang merasa jantungnya ingin loncat dari tempatnya mengingat ketegangan saat bermain tadi. Ia mencoba mengatur nafasnya yang gusar setelah turun dari permainan itu.

Bulan mengambil sapu tangan yang diberikan Bintang tadi dan mengelapnya ke wajah Bintang yang berhujan keringat dingin. Bintang terkejut melihat sikap Bulan yang lebih hangat.

Bulan mendekatkan bibirnya ke wajah Bintang. Bintang menutup matanya karena takut ciuman Bulan menempel pada wajahnya yang suci belum ternodai.

" Makanya kalau gak mau diremehkan, jangan pernah meremehkan orang lain !" bisik Bulan di telinga Bintang dengan nada tegas.

Bintang mencoba menelan ludahnya mendengar perkataan Bulan tadi. Niatnya becanda malah ditanggapi serius oleh Bulan.

" Maaf. " ucap Bintang.

" Untuk apa ?" tanya Bulan menengok kearah Bintang.

" Soal tadi gue ngeremehin lu. Sumpah gue tadi cuma becanda, "

" Hm. "

" Main ke istana boneka yuk !" ajak Bulan semangat.

Bintang menggeleng-gelengkan kepalanya dengan cepat. " Kenapa ? Lu takut ?" tanya Bulan.

" Dark ride itu naik perahu kan ?" tanya Bintang balik.

" iya. "

" Gue takut naik perahu. " jawab Bintang jujur.

Bulan memandangi mata Bintang yang tampaknya sangat serius dan jujur ia takut. Bulan mengambil inisiatif lain.

" Oke kita main yang lain aja, "

Sekarang gantian Bulan menggenggam erat tangan Bintang yang berkeringat dingin. Mereka menaiki satu persatu wahana Dufan. Mulai dari Halilintar, Kicir-Kicir, Kora-kora, Turangga sampai Niagara.

" Udah capek ah tang, " keluh Bulan sembari menyenderkan badannya ke kursi. " Lagi pula ini udah jam tujuh malam. "

" Iya, tapi ada satu lagi permintaan, " ucap Bintang kepada Bulan.

" Apa ?" tanya Bulan penasaran.

" Makan malam, "