Chereads / MOONSTAR18 / Chapter 19 - PDKT dengan Buku

Chapter 19 - PDKT dengan Buku

Bintang yang melihat Bulan berjalan sendiri di lorong sekolah pagi-pagi langsung berhamburan berlari perlahan menghampiri Bulan.

" Apa ?"

Suara Bulan membuat Bintang berdiam diri dibelakang tubuh gadis itu. Bintang bingung bagaimana Bulan bisa mengetahui keberadaannya.

" Good morning Bulan cantik. " sapa Bintang telat.

" Hm. "

" Kok kamu bisa tau aku ada dibelakang si ? Punya ilmu cenayang ya ? " tanya Bintang membidik di balas gelengan kepala Bulan. " Kalau aku juga punya ilmu, " lanjutnya

" Ilmu apa ?" Bulan menengok kearah Bintang sembari mencopot earphonenya.

" Bukan ilmu cenayang. Tapi ilmu Sayang Bulan. " gombal Bintang.

Bulan merasakan detak jantungnya berdegup kencang tetapi ia coba mengendalikan suasana. Bukannya Bulan yang salah tingkah, malah wajah Bintang yang merah merona.

Suasana menjadi canggung diantara kedua insan ini.

" Tumben sendiri, mana si Wulan ?" tanya Bintang mencoba mengisi kekosongan.

" Gak sekolah. " jawab Bulan

BRAK

Langkah kaki Bintang dan Bulan berhenti tepat di depan pintu kelas melihat sosok laki-laki yang sedang menyusun buku berserakan.

" Faqir misquen lu kesurupan hantu perpustakaan ? tumben lu mau buka buku, " sindir Bintang menaruh tasnya disebelah Furqon.

" Gue lagi pdkt sama buku jangan diganggu. " ucap Furqon dengan wajah datar.

" Pdkt sama buku ngapain ?" tanya Bulan penasaran.

" Pdkt sama manusia sakit hati dan kecewa mulu gue. Mening sama buku, bisa traveling lewat jendela dunia, " ucap Furqon mencium dan mengelus-elus tumpukan buku yang membukit itu.

" SINTING !" seru Bintang dan Bulan serentak.

Bintang berjalan menuju meja Bulan dan duduk dikursi Wulan yang kosong tepat disebelah Bulan.

" Lan tadi kata kamu Wulan gak masuk, kenapa tuh anak ?" tanya Bintang menatap wajah Bulan.

Furqon menengok kearah Bintang dan Bulan mendengarkan percakapan mereka.

" Kenapa lu ngomong aku kamu si ?" tanya Bulan balik yang terganggu mendengar kedua kata itu.

" Yah biar romantis aja, "

" Gue gak sudi ngedenger kata itu. " ketus Bulan.

" Tapi gue sudi, " Bintang menunjukkan deretan giginya.

" Seterah. "

" Jadinya Wulan kenapa ?" tanya Bintang yang kali ini serius.

" Wulan dari kemarin gak keluar dari kamar Apih dan Amih. Dia gak makan dari pulang sekolah. Gue dan kakak gue udah bujuk dia tapi dia gak mau buka kamar itu. Dia sakit kayaknya, " jelas Bulan berkata sebenarnya.

" Kok kamu nebak dia sakit ?"

" Badan gue juga panas. "

Bintang kaget mendengar jawaban Bulan sontak ia menempelkan tangannya di jidat Bulan. Dan benar suhu badan Bulan tidak seperti biasanya.

" Ayo ke pulang, " ajak Bintang menarik tangan Bulan.

" Gak. "

" Ayo ke UKS atuh, " ajak Bintang lagi.

" Gak usah lebay. Kalau Wulan sakit, gue juga sakit dan ini udah biasa. Nanti juga sembuh sendiri. " tolak Bulan mentah-mentah

Bintang mengerucutkan bibirnya.

" Kok kalian bisa identik banget si ?" tanya Bintang.

" Ya karena kami kembar. Nama Wulan dan Bulan itu sama aja. Jadi, arti nama kami sama-sama penerang, pelindung, dan berguna. Begitulah kira-kira harapan ortu gue. " ucap Bulan panjang lebar.

Bintang tersenyum lebar mendengar perkataan Bulan, baru kali ini ia melihat Bulan berkata sangat panjang.

Bintang menengok kearah samping tepatnya ke Furqon yang pura-pura membaca buku.

" Lu gak mau jenguk Wulan ?" tanya Bintang tersenyum sinis.

" Sabodo teuing. "

" Serius nih ?"

" Ya. " balas Furqon singkat.

Bintang terkekeh mendengar balasan Furqon yang singkat ini.

Tadi malam Furqon menceritakan semua tentang kejadian kemarin antara ia dan Wulan. Bintang sangat yakin bahwa Furqon tidak benar-benar marah kepada Wulan, tetapi ia hanya sedikit kecewa pada Wulan.

" Lu pasti ya yang buat Wulan gini !" tuduh Bulan melempar pulpen kearah Furqon.

" Kalau iya kenapa ? kalau nggak kenapa ?" tanya Furqon dengan nada tinggi.

Bulan menggesekkan giginya kencang, ia sangat geram mendengar pernyataan Furqon tadi.

" Gue bikin lu gak bisa injek bumi lagi !" ancam Bulan menunjukkan mata elangnya.

" Oke. "

Bulan semakin kesal dengan tingkah Furqon kali ini tangannya sudah mengepal keras. Ia segera bangkit dari kursi dan hendak menghampiri Furqon. Tetapi Bintang menahannya.

" Lu aja yang baperan sama Wulan !" sindir Bulan.

" Baper ? Ya iyalah gue baper orang gue punya hati sama otak. Emang lu ? Otak tidak berfungsi dan hati mati rasa. " sindir balik Furqon.

Bintang mengajak Bulan keluar kelas untuk menenangkan diri Bulan yang sedang emosi. Bulan masih tidak bisa melepaskan tatapannya kepada Furqon yang masih duduk santai.

" Thanks pulpennya, " ucap Furqon meninggi-ninggikan pulpen yang tadi Bulan lempar kearahnya.

" NIKAH TUH SEKALIAN SAMA PULPEN !" teriak Bulan berdiri didepan pintu.