" Bulan tolong, " rintih seseorang.
Panggilan terputus. Perempuan itu panik dan melacak posisi terakhir orang itu. Bulan berlari kalang kabut tanpa memperhatikan sekitar menabrak beberapa orang yang ia lewati.
Bulan coba membuka gembok berkarat yang bergandul di pintu gudang sekolah dengan batu besar. Setelah Bulan berhasil membuka gembok besar itu, Bulan masuk ke gudang dan berjalan ke tangga didalamnya. Tangga itu berakhir di rooftop sekolah.
Badannya merosot hingga menyentuh lantai, dadanya terasa sesak, pandangannya mengabur tapi sekuat mungkin Bulan menahan supaya ia tidak pingsan.
Air mata Bulan mulai menetes. Bulan melarak-lirik kearah sekitar rooftop yang sepi.
" BINTANG !" teriak Bulan keras menggema.
Suara terakhir panggilan dari Bintang terus menggema di telinga Bulan membuat dia menutup telinganya rapat-rapat.
" Bulan, " lirih seseorang.
Bulan dapat merasakan kehangatan di kepalanya. Siapa yang berani memegang kepalanya ? Jika itu laki-laki ia akan meremukkan tulangnya. Dan jika itu perempuan ia akan membencinya.
Bulan mencengkeram erat tangan itu, dan memelintirnya.
" Agh, sakit tau. " desah orang itu.
Bulan melepaskan cengkraman itu. Bulan mendongakkan kepalanya dan benar saja yang memegang kepalanya tanpa seizinnya itu adalah Bintang.
Bulan memeluk seseorang itu, ternyata dia baik-baik saja.
" B-bintang..."
" Iya Bulan ku, " sahut Bintang mengelus surai milik Bulan yang indah.
" Gak lucu tau !" sentak Bulan mencubit perut Bintang.
" Arghh, Selamat anda kena prank "
Senyum manis terpatri di sudut bibir Bintang yang marum.
" Katanya dikejar makhluk halus ke rooftop sampai mau meninggal. Jangan-jangan ini arwahnya, " ucap Bulan melirik ke kaki Bintang yang masih menginjak tanah. " Kamu masih hidup ?" tanya Bulan.
" Cie peduli, " ledek Bintang.
" Cie ke-geeran !"
" Cie jadi makin sayang, "
Bulan berjalan beberapa langkah kecil kedepan sampai tubuhnya menabrak tembok pembatas rooftop. Bulan mengambil nafas dalam, " l HATE YOU BINTANG. " teriak lantang Bulan yang menggema di seluruh sekolah.
" I LOVE YOU BULAN. " teriak Bintang yang tak kalah kencang.
Mereka berdua tertawa bersama setelah melakukan hal konyol itu. Untung saja sekolah sudah sepi sehingga teriakan mereka tidak dapat didengar siapapun.
Bintang mendekati tubuh Bulan yang masih saja tersenyum lebar menatap langit yang melukiskan senjanya.
Bintang bertekuk lutut sambil memegang tangan Bulan.
" Will you be my girlfriend ?"
Bulan terdiam sejenak menatapi mata coklat Bintang yang bersinar penuh harapan. Bulan coba menenangkan hatinya yang sedang berdisko.
" Iya bi, gue mau. " Ujar Bulan menangis sekali lagi, bukan air mata kesedihan atau ketakutan melainkan air mata bahagia.
" Apa lan aku gak denger !" seru Bintang pura-pura tuli.
" YES, I WOULD BI !"
Mereka berpelukan ditengah keramaian ibukota. Bintang memeluk cintanya yang sekarang sudah resmi menjadi pacarnya. Senja dihari itu menjadi saksi bisu bersatunya dua manusia berbeda karakter ini.
" LAPOR KOMANDAN ! TANGGAL 15 DESEMBER 2018, BINTANG HASBY ABZDAT DAN BULAN WELFRIDA GUNA RESMI BERPACARAN DENGAN MAHAR CINTA SEGENAP HATI. LAPORAN SELESAI DAN KAMI BERDUA BAHAGIA. "
Bintang berkumandang dengan tangan menghormat kearah atas langit yang berwarna merah ke oranye.
Bulan tersenyum melihat Bintang yang masih loncat-loncatan gak jelas.
" Gue harap lu bukan badai yang datang hanya untuk menghancurkan. " suara hati Bulan paling dalam.
***
Bulan dan Bintang duduk di kursi sebuah taman besar dekat kediaman Bulan. Mereka memutuskan untuk menghabiskan waktu bersama berdua dengan makan nasi goreng sepesial, seperti hari ini yang sangat sepesial untuk mereka berdua.
" Lan, " Panggil Bintang.
Bulan menghentikan sendok makanannya yang hendak masuk kedalam mulutnya. Bulan menengok kearah Bintang yang sedang menatapnya.
" Kamu ke rooftop lewat gudang ? kenapa gak lewat tangga dekat kelas 12 aja ? Terus dari mana kamu tau ada tangga di gudang ?" tanya Bintang bertubi-tubi.
" Iya gue lewat gudang, karena di sekolah lama gue ada tangga menuju rooftop sekolah di dalam gudang. Gue ikut insting aja si. " jelas Bulan setelah menelan makanannya.
" Oh gitu. Tadi kamu manggil aku bi ya ?" tanya Bintang lagi dibalas anggukan kepala Bulan.
" Emang gak boleh ?" tanya Bulan balik
" Gak. " sahut Bintang
" Terus gue harus manggil lu Tang ? Bintang ? atau Binatang ?" ujar Bulan tersenyum hambar.
" Panggil sayang aja, " ucap Bintang dengan nada menggoda.
Bulan meruncing bibirnya dan melempar tisu kearah Bintang. " Gue gak mau. "
" Yaudah aku kamu aja deh. " jawab Bintang terpaksa.
Rintik rintikan hujan mulai berdatang bersamaan dengan kilat-kilatan kecil yang menggores langit malam.
" Bulan, hujan, " Bintang melepaskan jaketnya dan menempelkannya di atas kepala Bulan.
Bukannya berteduh, Bulan malah menarik tangan Bintang berdiri ditengah derasnya hujan yang mengguyur bumi.
Bulan menari-nari bahagia dibawah tetesan air hujan dengan muka bahagia seperti anak kecil, Bulan berlari-larian menikmati alunan hujan.
Bintang mengerutkan keningnya bingung dengan tingkah laku Bulan yang berbeda.
" Bulan hujan, ayo pulang aku anterin. " tawar diri Bintang.
" Sebentar aja Bi kita nikmati air langit ini, " seru Bulan mengajak Bintang bergabung dengan dunianya.
Bintang semakin terbawa suasana hujan dan ikut menikmati setiap rintikan air hujan yang mengguyur tubuhnya.
" Seru kan ?" tanya Bulan.
" Iya. "
" Bintang, " Lirih Bulan dengan wajah yang basah.
" Apa ?"
" Lu gak malu pacaran sama gue yang beban keluarga sedangkan lu kebanggaan keluarga ?"
Bintang tersenyum mendengar pertanyaan Bulan.
" NGGAK, " sahut Bintang dengan lantang.
" Jangan pernah kamu bandingin kamu dengan orang lain, because you're special. " Bintang menggenggam tangan Bulan.
" Kamu tau matahari dan bulan, mereka bersinar pada waktunya. Tutupi kekurangan mu dengan kelebihan mu. " lanjutnya.
Bulan merasakan pipinya memanas dan tangannya mulai berkeringat.
" Bi, " lirih Bulan dengan lemah.
" Apa lan ?"
" Pulang yuk. "
Bintang terkejut melihat badan Bulan yang mulai menggigil dan bibirnya pucat. Bintang membawa Bulan masuk kedalam mobilnya untuk mengantarkannya pulang.
Sesampainya di depan rumah, Bulan turun dengan keadaan yang sudah sedikit membaik.
" Mau masuk dulu ?" tawar Bulan di jawab gelengan kepala Bintang.
" Nggak, kamu aja sana masuk duluan, "
" A..aku masuk dulu. k..kamu hati-hati ya !" seru Bulan belum terbiasa dengan kedua kata itu. Bulan langsung berlari masuk kedalam rumah tanpa menunggu mobil pacarnya pergi.
Bintang terkekeh kecil.
" Kamu dari dulu gak berubah lan. "