" Bulan, mau kekantin gak ?" tanya Wulan menggoyang-goyangkan tubuh Bulan yang sedang asyik tidur.
Bulan menggelengkan kepalanya tanpa berniat mengangkat bibirnya. Wulan memajukan beberapa senti bibir mungilnya dan mengubah arah pandangnya ke laki-laki yang asik membaca komik Naruto.
" Bintang, ke kantin yuk !" ajak Wulan.
" Maaf Wulan. Kalau Bulan gak mau ke kantin gue juga. " tolak Bintang.
Wulan mengangguk mengerti. " Furqon, temenin Wulan ke kantin yuk !" seru Wulan kearah meja yang kosong.
" Maaf lan. Furqon sedang sibuk mengisi TTS, " ucap Bintang kepada Wulan.
" Ngapain isi TTS ?"
" Katanya dia mau mengerti perempuan, karena cewek yang dia suka sekarang seperti teka-teki yang penuh dengan pertanyaan dan menyulitkan dia menemukan jawabannya. " jelas Bintang sekali lagi.
Wulan menatap penuh harapan kearah meja kosong tempat duduk Furqon. Wulan yakin Furqon ada di bawah kolong meja dan mendengarkan semua percakapannya.
Wulan berjalan tertatih malas mendapati Furqon yang tidak menggubrisnya sama sekali. Wulan berjalan sendirian kekantin. Ada beberapa sapa dan puji yang terdengar ditelinga nya. Tetapi semua seperti angin lalu, masuk telinga kanan keluar telinga kiri. Wulan tidak merespon apapun dan memilih fokus dengan langkah kakinya.
Sesampainya dikantin, Wulan diam mematung memandangi satu persatu warung makan yang berbaris rapi dihadapannya. Mood makannya mendadak hilang dan ia berniat untuk balik ke kelas. Tiba-tiba ...
Byurrr
" Ups ! sorry gak sengaja. " seorang kakak kelas ber-make up menor dengan rambut digerai menumpahkan minumannya ke baju Wulan.
" Iya gak pp kak, " ucap Wulan tersenyum kecil. Tangan Wulan dicekal kuat ketika ia hendak berjalan dari tempat tadi membuat Wulan kembali membalikan badannya.
" Kenapa ya kak ?" Tanya Wulan dengan nada sopan.
Kakak kelas tadi mengambil gelas dari tangan temannya dan mengguyurkan segelas es ke tubuh Wulan. Wulan diam mematung tidak bisa berfikir untuk bertindak apa.
Wulan dan Tiga kakak kelas itu menjadi pusat perhatian. Banyak siswa-siswi yang hendak menolong Wulan tetapi nyali mereka terlalu kecil jika harus berurusan dengan mpo jago itu.
" Maaf kak saya salah apa ? kenapa kakak menyiram saya ?" tanya Wulan sedih dengan mata berkaca-kaca.
" Gue kan gak sengaja. Kayak gini ?" ujar kakak kelas tersebut dengan menumpahkan minuman lagi ke kepala Wulan.
" PHINKA !" teriakan menggelar dari arah samping mereka membuat semua orang menengok kearahnya.
" Lu tuh kakak kelas gak boleh ngelakuin kayak gini, Jangan seenak jidat dengan adik kelas ! " oceh seseorang sambil mencopotkan jaketnya dan memasangkannya ke tubuh Wulan.
" Ini bukan urusan lu ! kok Lo sewot si ?! " ketus Phinka ikut menaikan nada bicaranya.
Byurrr
" DABITH ! LO !" sentak Phinka dengan bajunya yang basah kuyup.
Dabith mengguyur balik tubuh Phinka dengan air yang ia bawa. Dan melemparkan botol kosong kearah tempat sampah dengan kencang.
Phinka mengibaskan rambutnya dan berbisik kepada Wulan.
" Urusan kita belum selesai. "
***
Di kolong meja Furqon masih fokus mengisi TTS yang ia temukan di perpustakaan sekolah. Ia memikirkan semua jawabannya dengan susah payah.
" Alah kapasitas otak 2 GB aja sok isi TTS, " Sindir Bintang menepok pundak sahabatnya.
" Apasi lu gue lagi ngasah otak nih. "
" Ah masa ?" pancing Bintang namun tak disahuti Furqon.
Bintang menepuk sekali lagi pundak sahabatnya. Furqon menoleh menatap kesal Bintang. " Don't touch me ! " bentak Furqon.
" Gue mau ngasih tau. Cinta itu seperti rubik, Memiliki berbagai warna cerita gemerlik. Kala rindu ingin bertemu. Kala benih masalah tumbuh benci. Seribu orang tak akan sama dengan satu orang yang telah pergi. " Nasihat Bintang tersirat.
" Jangan sampai lu nyesal, karena penyesalan datangnya terakhir kalau awal namanya pendaftaran !" ujar Bintang tersenyum hambar.
Otak Furqon sedikit lelet, isi kepalanya seperti sedang loading, mencerna makna setiap kata yang keluar dari mulut Bintang.
" Oke gue bakal berjuang. Menyerah hanya untuk pemula ! " ucap Furqon semangat 45.
Furqon lari keluar kelas dengan wajah tersenyum lebar. Berlari cepat kearah kantin yang ramai sampai ada perkataan yang membuat langkah kakinya terhenti
" Lu liat gak tadi Wulan sama Kak Dabith nge-ship banget kan ! Semoga jodoh deh"
" Uwu banget mereka berdua. Dabith ganteng dan Wulan cantik. Jadi iri gue "
Senyum di wajahnya pusar mendengar perkataan mereka tadi, dengan keberanian Furqon berjalan mendekati segerombolan siswi yang sedang rumpi.
" Lu liat Wulan gak ?" tanya Furqon mendadak.
" Oh, princess of school ? dia ke kamar mandi kayaknya. " Jawab salah satu dari siswi itu.
" Terimakasih. "
Furqon membalikan arah larinya menuju toilet perempuan. Ia menemui Wulan yang sedang menangis di dada Dabith. Furqon sangat geram dan menghampiri mereka berdua.
" Oh jadi ini cowok yang bikin kamu tolak aku ?" tanya Furqon menunjuk-nunjuk kearah wajah Dabith.
Wulan menengok kearah Furqon dan menjauhkan tubuhnya dari Dabith.
" Bukan gitu fur, aku bisa jelasin, "
" Alah gak usah ngeles, ini bukan tempat bimble. " ucap Furqon yang sempat-sempatnya ngaco.
" Apasi kelebihan dia lan ? " tanya Furqon.
" Pinter ? Iya dia juara olimpiade Biologi, " Furqon mulai membanding-bandingkan dirinya dengan Dabith. " Lebih ganteng dari gue ? Iya juga si, " Lanjutnya.
" Kaya ? Hmmm kayaan gue tetep !" cibir Furqon.
Dabith hanya menatap datar Furqon yang terus mengomel-ngomel.
" Dan lu ! kenapa lu deketin calon pacar gue ? " Furqon mendekati tubuh Dabith yang berdiri tegap.
" Lu tau gak gue udah berharap banget algomerasi sama Wulan dan lu menghancurkan semua itu. " Ucap Furqon yang masih marah-marah.
" Aglomerasi fur, " Wulan membenarkan kata-kata Furqon yang salah.
" Ya pokoknya itulah. Dah gue males, lanjutin aja pacarannya. Selamat ya bro lu menang. " Ucap Furqon tersenyum hambar menepuk pundak Dabith.
Furqon berlalu lalang lari pergi kearah kelas lagi. Memasuki kelas yang berisi dua orang karena masih jam istirahat, menggendong tasnya dan keluar kelas melalui jendela.
" Fur, lu mau kemana ?" Bintang mencengkeram erat tangan Furqon diantara jendela.
" Gue mau bolos. Bye. " pamit Furqon lari kearah belakang sekolah.
Bulan menatap heran kelakuan Furqon yang aneh. Bulan mengangkat sebelah alisnya bingung, melihat kelakuan Furqon yang berbeda dari biasanya.
***
" Dia siapa lan ?" tanya Dabith setelah melihat laki-laki tadi sudah tidak terlihat lagi.
" Itu Furqon kak. " lirih Wulan sedih
" Kenapa dia begitu ? dia juga suka sama kamu ? Dia nembak kamu ? Dan kamu tolak" tanya Dabith lagi menerka-nerka dibalas anggukan kepala Wulan.
" Kenapa kamu gak terima lan ?"
" Karena Wulan udah janji sama kak Dabith gak milih siapa-siapa. "
" Jangan jadiin kakak alasan kamu untuk tidak bahagia lan. Tatap mata kakak lan, ada apa disana ?" tutur Dabith meyakinkan Wulan.
Wulan menatap mata coklat Dabith yang berbinar-binar.
" Ada aku. "
" Iya, kakak ikhlas kamu sama dia. Asal kamu bahagia, " ucap Dabith sungguh-sungguh. " sana kamu samperin dia. " lanjut Dabith
" Tapi kak- "
" Gak ada tapi-tapi lan, "
Wulan berlari menuju kelas dengan baju olahraga dilapisi jaket Dabith yang masih ia kenakan.
" Furqon mana ?" tanya Wulan nafasnya gusar setelah sprint.
" Bolos. " sahut Bulan singkat.
" Kenapa ?"
" Biasanya dia gitu kalau lagi ada masalah dan marah besar. " jelas Bintang mengingat kebiasaan Furqon dari dulu.
Wulan merasa bersalah dan bertanggung jawab atas kemarahan Furqon sekarang. Wulan menggigit bagian dalam bibirnya untuk menahan Isak tangisnya.
" Maafin aku fur. " batin Wulan menyesal.