Bintang Hasby Abzdat. Dewi Fortuna selalu berpihak kepadanya. Bukan hanya parasnya yang menawan sampai dijuluki 'prince of school', bahkan otaknya cukup smart yang membuat ia mendapat beasiswa di sekolah internasional ini. Hanya satu kekurangan yaitu jiwa petakilan, ambyar dan bar-barnya membuat beberapa orang jengkel. Mungkin saat pembagian akhlak ia tidak datang karena izin urusan keluarga.
Bintang sudah menenggak air minumnya yang ke tiga, namun kerongkongannya mengalami kekeringan.
" Eh binatang ! " panggil Furqon sambil memukul pundak sahabatnya.
Bintang mengarahkan wajahnya kearah Furqon dan memelototinya.
" Nama gue Bintang bukan Binatang, faqir misquen ! " seru Bintang yang kesal dengan tingkah sobat ambyarnya. Jika bukan karena Furqon sahabat sedari oroknya dan sering bersedekah kepada dirinya, mungkin Bintang telah mencoret Furqon dari daftar temannya.
" Seterah orang kaya dong, " sombong Furqon
" Anjai... tang, pacar lo lewat tuh " seru Furqon menyenggol lengan Bintang pelan, mengarahkan wajahnya kearah yang di unjuk oleh Furqon.
Bintang menelan ludahnya dan tanpa disadari mengucapkan kalimat yang menggambarkan perasaannya sekarang,
" Fabi ayyi alai robbikuma tukaziban. "
Nikmat mana lagi yang kamu dustakan wahai kaum Adam. Bintang melihat sosok bidadari yang jatuh dari surga lewat di hadapannya. Dengan kulit seputih susu dan topi di kepalanya. Gadis itu duduk bersama kembarannya di salah satu meja yang tidak jauh dari meja Bintang.
Bintang tersenyum nakal.
Hari ini pertama kalinya ia melihat Wulan versi berjuta misteri. Bintang membuka flashdisk otaknya, mengingat kebiasaan Bulan yang berbanding terbalik dengan saingan kelasnya, si juara kelas, Wulan. Di tambah nama yang di gadang-gadangkan satu kelurahan akan menjadi jodohnya. " Bintang dan Bulan. Cocok banget no bacot no kecod ini. Pacaran aja. Nikah aja. Nanti nama anaknya alam semesta beserta isinya !"
Sekon selanjutnya, Bintang berdiri dari tempat duduknya.
" Mau kemana lu ?" Tanya Furqon yang merasa firasatnya mulai tak enak.
" Ke My Trip My Adventure, My Future, " ucap Bintang yang mulai ngaco
" Bulan ? " Tanya Furqon memperjelas maksud Bintang
" Ibu lu. " jawab Bintang
Bintang berjalan menjauh dari tempatnya berdiri sekarang.
" Ngapain ? Emak gua janda kaya tang jangan di bungkus !" Seru Furqon yang heboh sendiri dan langsung menghubungi ibunya untuk menutup setiap pintu dan jendela karena akan kehadiran sosok yang datang tak diundang pulang tak diantar.
***
Bintang merapihkan rambutnya, dan mengambil alih kursi depan Bulan dengan rasa tak berdosa. Bintang menatap wajah Bulan dari jarak yang cukup dekat, wajah gadis itu ditutupi oleh gadget yang masih ia otak-atik.
Bintang menarik handphone Bulan dan melihat apa yang ia mainkan sampai tak merasakan sosok malaikat didepannya. Bulan menghentikan permainannya dan menunjukkan wajah tak suka dengan kehadiran Bintang. Bulan pun melanjutkan kegiatannya.
" Bulan. " panggil Bintang yang sama sekali tidak direspon apapun.
" Hai kenalin nama gue Bintang Hasby Abzdat bukan Bambang umur enam belas tahun kakak dan insyaallah masih jomblo, " ucap Bintang memperkenalkan dirinya sembari menjulurkan tangannya.
Bulan masih saja fokus dengan handphonenya tanpa sekalipun melirik kearah Bintang.
" Kamu lagi main game apa ? Game tembak-tembakan yang bernama mobile legend kan ?" Tanya Bintang sotoy(dibaca : sok tau)
" Game tembak-tembakan yang bernama mobile legend ya kan ?" ulang Bintang karena tak ada sinyal balasan dari Bulan.
" Nggak. " Jawab Bulan yang masih fokus dengan smartphone nya
Bintang tersenyum paksa menahan malunya. Wajah Wulan memerah coba menahan tawanya agar tidak meledak melihat aksi bar-bar Bintang yang mati-matian mendekati saudarinya.
" Bintang, awas anjing galak !" Bisik Wulan yang dibalas tatapan setajam silet Bulan.
" Slow aja, babang Bintang adalah seorang pawang seluruh makhluk hidup yang bernafas. " canda Bintang yang membuat tawa Wulan pecah.
Wulan berdiri dari tempat duduknya, melihat kearah Bintang mengukur ukur tubuh Bintang. " Bulan tidak suka dengan laki-laki seperti anda, " ucap Wulan yang membuat Bintang down.
" laki-laki apa yang dia suka ?" tanya Bintang.
" tanya aja sendiri. " ucap Wulan melihat kearah Bulan.
Bintang langsung menggelengkan kepalanya.
" Entahlah. Dia belum pernah pacaran. " jawab Wulan mengangkat kedua tangannya.
" Tidak mungkin. Dia sangat cantik. Wait, berarti anda sendiri tidak tau tentang Bulan ?" tanya Bintang terkekeh kecil.
" Sayang sekali Bulan benci dengan cinta. Menyerah saja ! " saran Wulan
" Tidak akan !" teriak Bintang yang membuat semua siswa-siswi yang lewat memandangi mereka.
" Menyerah !"
" Never !"
" Menyerah !"
" Menyerah hanya untuk pemula, " ucap Bintang yakin 1001 persen.
Bulan langsung mematikan gamenya setelah memenangkan game yang ia mainkan. Bulan menarik tangan Wulan meninggalkan Bintang sendiri tanpa berkata apapun. Bulan mencampakan Bintang yang merupakan korban patah hatinya ke 153.
Bintang meraba wajahnya, " Apa gua kurang ganteng ?" ucap Bintang pada dirinya sendiri.
" Bintang Lo itu cowok terganteng di tiga alam, alam dunia, akhirat, dan mimpi, "
" Gua yakin Bapak Jokowi yang terhormat bangga memiliki rakyat seperti ku. "
" Seharusnya gue diberi sepeda nih. "
***
Sore hari, matahari hampir menenggelamkan dirinya. Bintang masih saja fokus dengan buku pelajarannya. Membolak-balikkan setiap helai lebar demi lembar.
" Tang, " panggil Furqon yang masih bergolek diatas kasur.
Bintang menoleh tanpa membuka suara, memandangi sahabatnya yang asik mengacak-acak tempat tidurnya.
" Jangan berantakin kasur gue, baru gue bersihin itu, " ucap Bintang kesal.
" Gak papa, beruntung kasur lu bisa di tidurin sama orang ganteng dan kaya raya ini. "
" Nyentuh bantal, pantat lu bisulan, " ujar Bintang menunjuk bantal kesayangannya.
Furqon terkekeh dan dengan sengaja menyentuh bahkan melempar bantal itu.
" FAQIR MISQUEN !"
" Lu serius mau deketin si Bulan ? " tanya Furqon yang penasaran dengan tingkah sahabatnya disekolah hari ini.
Bintang mengangguk pelan, sejujurnya sedari tadi bayangan wajah Bulan terus memutari pikirannya. Entahlah, Bintang juga tidak tau kapan gadis itu menjadi lebih menarik dimatanya.
" Kenapa ? "
Bintang menyudahi rutinitas setelah pulang sekolah dengan menutup buku pelajarannya.
" Cinta gak perlu alasan, " jawab Bintang sok puitis
Furqon manggut-manggut kepalanya pertanda mengerti dan menepuk kedua tangannya mendengar perkataan Bintang.
" Semoga bucin lu ke orang yang tepat ya bro !" ucap Furqon mendoakan sahabatnya.
" Thank you Furqon, "
" Cara pintar kayak lu gimana sih ?" tanya Furqon serius.
Bintang tersenyum licik.
" Buku pelajaran lu blender terus minum dua kali sehari sebelum makan, " jawab Bintang asal.
" Lu kata obat ! Lu belum pernah di sumpel uang 1 Milyar ya ?! " desis Furqon yang kesal.
" Ada cara lain, "
" Apa ?" tanya Furqon penasaran.
" Pacarin buku pelajaran, "
" Udah lah seterah lu. Awas aja sampai gue pinter, lu harus daftar menjadi penduduk miskin di muka bumi !"
" Lu harus percaya sama gue. ikuti tutorialnya, niscaya anda akan pintar, "
" Ogah percaya sama lu musyrik !"
Bintang terkekeh membodohi sahabatnya yang bodoh. Memiliki sahabat seperti Furqon adalah cobaan terbesar dalam hidup seorang Bintang, karena Furqon adalah tipikal teman yang malas ketika harus berhadapan dengan buku-buku pelajaran.