" Buatnya pakai cinta lho, "
" UHUK !"
Bulan tersedak mendengar perkataan itu, Bintang langsung menyodorkan minuman kearah mulut Bulan. Bulan meminum minuman itu dengan cepat.
" Thanks. " kata Bulan dengan ekspresi datar.
" Makannya pelan-pelan nanti keselek, " ucap Bintang dengan cinta, kasih, dan sayang.
" Kan gak lucu, tiba-tiba di koran muncul berita gadis cantik bernama Bulan meninggal gara-gara keselek kue cinta, " lanjutnya.
" Udah keselek tang, " sahut Furqon yang berdiri di samping Bintang.
" Ya elah lu ganggu orang lagi pdkt aja, " ujar Bintang kesal.
" Pdkt lu gak berclass, lu harus berkonsultasi sama ahlinya. contohnya gue, "
" Lu aja masih jomblo fur, "
Bintang berdiri dari tempat duduk dan berjalan kearah depan kelas. Ia merapikan bajunya.
" Mohon perhatian semua " seru Bintang kepada siapapun yang berada didalam kelas XI A.
Keberadaan Bintang mendadak membuat semua orang-orang langsung diam, menatap kearah papan tulis dengan tatapan bingung. Padahal hari ini tidak ada pekerjaan rumah yang harus dibahas bersama. Apakah ia mau buat ulah ?
" Ada anak baru masuk sekolah
Pakai topi merah
rambutnya kuncir kuda
Siapa namanya ? Bulan Welfrida Guna
Tinggalnya dimana ? Pastinya dibumi
Anak siapa ? Anak ayah ibunya " Bintang mulai bernyanyi dengan suara yang cukup merdu.
Nyanyian Bintang membuat semua orang tertawa bukan karena suaranya tetapi karena lirik lagunya.
" Hai sang Bulan yang bersinar di hati babang Bintang, bolehkah aku meminta nomor handphone mu ? " Pinta Bintang menatap kearah Bulan dengan tatapan memelas.
" Kasih.. kasih.. kasih.. " teriakan gemuruh seluruh siswa-siswi kelas XI A.
" Nggak. " Tolak mentah-mentah Bulan.
Semua siswa-siswi sontak menyoraki Bulan.
" Yah.. penonton kecewa ! " Seru Furqon
" Beneran gak mau ngasih ? " Tanya Bintang coba sekali lagi memastikan
Bulan hanya mengangguk dan langsung menenggelamkan kepalanya ke dalam lipatan tangannya.
" Angel..angel.. kalau dibilangin nih bocah, " sindir Furqon ke Bintang.
" Beneran ? " Tanya Bintang lagi dengan perasaan kecewa.
" Dia gak mau Bintang, " Ucap Wulan meyakinkan Bintang.
Furqon merangkul pundak sahabatnya dengan sesekali mengusap-usap, " sabar bor cewek emang gitu. Jangan nangis gak ada balon. Nanti gue kasih permen. " Furqon coba menenangkan Bintang dan mengajaknya kembali ketempat duduk.
***
Pintu surga siswa-siswi Galaxy Internasional High School terbuka. Cacing-cacing perut yang sudah menggonggong sedari tadi akan segera diberi makan. Semua manusia berhamburan memenuhi kantin sekolah. Ada yang menjual mie ayam, soto, nasi kuning, bakso, bahkan ada yang menjual produk skincare.
Bintang dan Furqon berjalan menuju kantin berdua. Sepanjang jalan banyak siswi yang terus menyapa Bintang. Dan Bintang pun tersenyum agar terlihat ramah.
" Hai kak Bintang, ini buat kakak " Seorang gadis yang sepertinya adik kelas memberikan sebuah mawar.
" Ah makasih ya, "
Tangan Furqon berjalan mendekati bunga yang Bintang genggam. Furqon menarik perlahan bunga itu dari tangan Bintang.
" Hey ini buat gue bukan buat lu Furqon " tegur Bintang disambut cengiran sahabatnya.
" Ya maaf atuh. "
Bintang dan Farqon duduk disalah satu meja kantin yang cukup sepi agar tidak berdesak-desakan dengan siswa lain.
" Binatang kita mau makan apa nih ? " Tanya Furqon penuh kebimbangan.
" Oke faqir misquen tenang, tetangga Albert Einstein punya ide, Bagaimana kalau kita makan makanan yang bisa dimakan !" Seru Bintang dengan penuh percaya diri.
PLAK !
Jitakan Furqon mendarat selamat di jidat Bintang dengan ikhlas.
" Ya iyalah Paul kita makan makanan yang bisa dimakan. Masa makanan yang bisa ngerjain soal fisika, " cibir Furqon.
" Tapi bener kan kita bakal beli makanan yang bisa dimakan dan minuman yang bisa diminum, " kekeh Bintang.
" Seterah lu Bambang. "
" Hai kenalin nama gue Bintang Hasby Abzdat bukan Bambang umur enam belas tahun kakak dan insyaallah masih jomblo " Bintang memperkenalkan dirinya.
Furqon menaikan satu alisnya.
" Anda waras ? " tanya Furqon dengan nada tidak percaya.
" Alhamdulillah saya gila. "
Furqon langsung bergegas meninggalkan Bintang sendiri karena tidak ingin darahnya mendidih dengan kelakuan sahabatnya. Furqon menghindari penyakit darah tinggi di usia muda cuma gara-gara Bintang si makhluk astral.
Bintang melambaikan tangannya melihat kepergian sahabatnya menuju salah satu warung makan yang ada di kantin. Tiba-tiba mata Bintang melihat kearah lain mengikuti pergerakan seseorang. Bintang memamerkan senyumnya dan langsung mengekori orang itu.
Bintang berjalan perlahan dan mindik-mindik agar orang itu tidak tahu keberadaannya. Bintang sudah mengikuti orang itu mulai dari kantin, lapangan, bahkan toilet. Ya siapa lagi orangnya kalau bukan Bulan ?
" Lu mau ikut gue ke toilet ? " tanya Bulan
Bintang terhentak ke belakang, kaget mendengar perkataan Bulan yang mengetahui dia di ikuti. Bintang terdiam sejenak lalu tersenyum lebar.
" Kalau boleh mah hayu, " jawab Bintang sungguh-sungguh.
" Gak boleh tang ini buat cewek, kalau mau masuk pakai rok dulu baru boleh masuk. " ucap Wulan memberitahu.
" Nggak makasih, walaupun saya gila tapi saya waras. "
" Jadinya gila apa waras ?" tanya Wulan bingung.
" Dua-duanya biar mencerminkan Pancasila ke lima. " ucap Bintang enteng.
Bintang menyodorkan bunga mawar yang ia genggam kepada pujaan hatinya, Bulan. " Bunga buat Lu, gue ambil dari puncak gunung Everest tadi malam. " ucap Bintang tersenyum lebar.
Bulan mengambil bunga itu, dan membuangnya di tempat sampah. Ekspresi Bintang yang tersenyum langsung berubah melipat kebawah. Hati Bintang seperti terbang ke langit ketujuh lalu dihempaskan kebawah.
" Lu maunya apa ? " tanya Bulan yang mulai kesal.
" Minta nomor handphone lu ! Wajib gak boleh nolak. Gue gak maksa kok cuma sedikit menekan, " ucap Bintang dengan semangat 45.
" Kalo gue gak mau gimana ?" tanya Bulan yang masih memasang muka datar
" Harus mau ini perintah negara !" kata Bintang yang ngelantur.
" Wulan kasih aja nomor gue ke dia, gue mau ke kelas duluan. " Bulan meminta tolong kepada Wulan agar segera menyelesaikan perdebatan gak jelas ini.
" Tapi gue maunya dari lu, BULANNN ! " Bintang mulai merengek di depan kamar mandi perempuan seperti anak kecil.
Bintang meratapi kepergian Bulan dengan wajah ditekuk.
" Stop Wulan jangan kasih ke gue nomornya, "
Ting !
Suara notifikasi pesan masuk dari handphone Bintang.
" Udah gue kirim ya, sabar, gue percaya lu bisa dapetin Bulan. " ucap Wulan prihatin melihat Bintang yang terus ditolak.
" Bantuin gue, " pinta Bintang tersenyum sok manis sembari mengedipkan matanya.
" Ada imbalannya ?" tanya Wulan.
" Lu mah gitu sama teman. "
" Sejak kapan kita temanan ?"
" Sejak detik ini, menit ini, jam ini, hari ini, bulan ini, dan tahun ini. Walaupun kita rival di pelajaran tapi kita temanan di dunia nyata. "
" Gue becanda kok. " jawab Wulan tersenyum.
" Oke, gue punya ide, " Wulan membisikkan beberapa kata ke Bintang. Bintang mendengar ide Wulan langsung tersenyum senang.
" Makasih Wulan, " ucap Bintang yang ber-high five dengan Wulan.
" Semangat ! " Wulan mengangkat kedua tangannya untuk menyemangati laki-laki itu
" Pasti ! Sampai Upin Ipin naik kelas, gue gak akan nyerah ! "