Tring !
Bel istirahat telah berbunyi. Mr Valco mengambil semua tugas siswa-siswi nya dari meja ke meja. Setelah guru keluar dari kelas Bintang dan Furqon berjalan santai menuju meja pujaan hati mereka.
" Makasih " ucap Bulan dengan nada dingin ke Bintang tanpa melirik sekalipun.
" Makasih doang nih ? " tanya Bintang
" Terus lu maunya apa ?" tanya balik Bulan kesal
" Istirahat bareng " jawab Bintang to the point
" Kuy ! " seru Wulan dan Furqon penuh semangat
Bintang dan Bulan menengok kearah mereka yang masih terdiam karena mengucapkan kata yang sama di waktu yang sama juga. Mereka tertawa bersama untuk memecahkan keheningan yang terjadi, kecuali Bulan yang masih memasang wajah datar.
Mereka berempat berjalan beriringan menuju kantin. Semua mata melirik kearah mereka berempat. Bahkan sesekali cibiran terdengar di telinga mereka.
" Ah si Wulan cantik banget, beda jauh sama Bulan yang gaya kayak tomboy"
" Anjir Bintang ganteng, tinggi, dan manis banget, jodoh gue "
" Wulan makin cantik ya, pinter lagi"
" Kalau dilihat-lihat Furqon juga ganteng, sayang sombong"
" Sok banget Bulan cih"
Mereka tidak menanggapi cibiran negatif dari beberapa orang yang berbisik-bisik di lorong sekolah. Mereka tetap berjalan santai meskipun menjadi pusat perhatian. Bagaimana tidak ? most wanted yang bukan lain Prince dan princess school berjalan bersama.
Akhirnya mereka sampai di pemberhentian terakhir yaitu kantin sekolah tercinta. Tempat dimana kita bisa melupakan semua tentang pelajaran sekolah yang membuat kepala hampir pecah bahkan masa lalu.
" Mau makan apa nih guys ! kalian gue traktir deh" seru Furqon mengeluarkan semua uang dari dompet.
Mata Wulan dan Bulan terbelalak kaget melihat puluhan lembar uang merah keluar dari dompet coklat itu.
" Makan makanan yang bisa dimakan !" ucap serentak Bintang dan Bulan.
" Cie samaan " ledek Furqon
" Se.. seterah ! " gugup Bulan.
" Oke "
Furqon berdiri dari tempat duduknya dan berjalan menuju beberapa warung.
Mendadak kantin menjadi hening, padahal semua manusia yang kelaparan sedang berbaris rapih. Segerombolan perempuan berjalan membelah keramaian kantin. Semua orang yang dilalui menyingkir tanpa perintah.
" LO PUNYA MATA GAK ?! " sentak seorang perempuan yang sepertinya ketua geng tadi.
Seorang anak perempuan berkacamata tersungkur di lantai kantin dengan berlumuran mie ayam. Didepan anak perempuan itu berdiri seorang perempuan dengan make up tebal bername-tag Phinka Cila.
" Ma.. maaf kak " mohon gadis berkacamata dengan suara pelan.
" Lo gak punya mata ya ? jalan tuh pakai mata " oceh Phinka, ketua geng itu.
" Tapi phink, jalan pakai kaki gak bisa pakai mata " ucap teman satu geng nya.
" Ya ampun Kayla bloon banget si lu, diam si Phinka lagi naik darah tuh " ucap gadis lain bernama Pheni sembari menjitak kepala Kayla.
" Ya maaf Pheni " lirih Kayla
" CEPAT BERSIHIN SEPATU GUE !" bentak Phinka menunjuk-nunjuk jarinya ke arah gadis berkacamata itu.
Bulan yang tidak menerima kejadian itu, tidak bisa diam, dan hendak berdiri. Namun dengan sigap Wulan menahan tangan Bulan. " Jangan ikut campur"
Gadis berkacamata mengeluarkan saputangan dari kantong roknya. Mengelap sepatu Phinka dengan perlahan ditemani deraian air mata yang bercucuran.
" Adik kelas yang nurut"
Phinka menepuk-nepuk kepala gadis itu dengan tersenyum sinis.
" Ayo The Girls kita ke bestcamp " seru Phinka berjalan lurus menuju belakang sekolah.
Setelah kepergian Phinka dan geng the girls, kantin menjadi normal dan stabil kembali.
Furqon membawa banyak makanan di tangannya dibantu beberapa adik kelas membawa gelas dan piring berisi makanan lalu menaruhnya diatas meja.
" Buset borong pak ? " sindir Bintang
" Kalau gue mau, gue bisa borong semua makanan dikantin " jawab Furqon tersenyum.
" Lu nemu teman model gini dimana si ? " tanya Wulan pada Bintang.
" Yah pasti di tumpukan berlian lah " ketus Furqon.
" Asal Lo pada tau ya ! Hujan di rumah gue tuh hujan berlian, emas, dan uang, bukan air " sombong Furqon memutar matanya ke arah lain.
" SOMBONG AMAT !" teriak Wulan dan Bintang bersamaan disambut tawaan mereka.
Di lain sisi Bulan masih menatap kearah belakang sekolah dengan api yang mengembara, mengepal kedua tangannya tanpa menunjukkan ekspresi wajah.
" Oh, itu orang yang terobsesi sama Kak Awan. Cuih, Gak sudi gue punya kakak ipar model iblis " gumam Bulan didalam hati.