Pagi ini di lalui Renia seperti biasa. Pengunjung tampak sepi karena baru menunjukkan pukul 8 pagi. Tidak semua menikmati sarapan pagi di kafe, hanya segelintir orang yang datang. Termasuk pria dingin nan tampan itu yang sedari tadi memperhatikan gerak-gerik Renia.
" Re, sepertinya itu laki-laki yang bersama Oma Ratna yang kemarin lusa datang ke sini " ucap Tika menghentikan langkah Renia.
Renia mengarahkan pandangannya sejurus telunjuk Tika dan mendapati Crishtan yang berjalan ke arahnya.
" Ah iya, itu cucu tertua Oma Ratna " ucap Renia sambil meletakkan nampan yang berada di tangannya di meja kasir.
" Hai, bisa aku pesan menu breakfastnya dan bisa kamu anter ke ruang private? " ucap Crishtan sembari menyapa Renia, rasa kangen mendera dirinya ketika bertatap dengan sepasang mata yang cantik itu. Sebuah senyuman terukir dari bibir Crishtan.
Renia membalas senyuman Crishtan, senang bertemu kembali dengan laki-laki itu. Laki-laki yang menyenangkan yang tersembunyi di balik wajah dinginnya.
" Baiklah pesanan segera tiba dan silakan menunggu dengan nyaman, Crish " ucap Renia hangat dan melihat kepergian Crishtan yang telah memasuki ruang privat terbuka di belakang.
" Dia cool banget, Re " ucap Tika antusias, ya ... dari tadi pandangan kasirnya ini tak berhenti menatap Crishtan. Crishtan memang tampan, menarik dan memiliki aura dingin yang memikat berbanding dengan adik sepupunya, Vyrlan yang lebih terbuka namun terlihat tegas dan menakutkan di waktu bersamaan.
" Aduh Tika, berhentilah menatapnya, dianya juga sudah pergi " ucap Renia mengibaskan tangannya menyadarkan Tika dari lamunannya.
" Akh, sepertinya semalam aku mimpi indah, Re. Pantasan hari ini aku dapat sarapan wajah tampan di pagi yang cerah ini " ucap Tika yang melantur ke mana-mana.
Renia menggelengkan kepalanya dan pergi meninggalkan Tika yang masih setia menatap pintu privat sambil menopang dagu.
Renia mengambil menu breakfast. French toast, roti gandum panggang yang di siram dengan maple syrup yang di temani irisan kiwi, strawberry dan blueberry. Renia pun menambahkan caffè latte sebagai minumannya plus mineral water.
Setelah di tatanya di atas baki, Renia segera menuju ruang privat untuk mengantar pesanan Crishtan. Langkahnya terhenti ketika Sovie memanggilnya yang baru saja datang, sedikit terlambat dari biasanya.
Sovie selalu cantik seperti biasanya, elegan dan berkelas.
" Hai girls, apa harimu menyenangkan? " tanya Sovie sambil menatap nampan yang di pegang oleh Renia.
" Iya auntie, apa ada perlu? ".
" Itu buat siapa? Soalnya aku lihat hanya ada dua pengunjung di luar yang sedang menikmati sarapan paginya " tanya Sovie.
" Ini buat Crish, auntie. Dia sedang menunggu di ruang privat " jawab Renia datar.
Sovie menyunggingkan senyum manis. Sebuah ide terlintas di benaknya. Crish. Apa itu sapaan akrab Renia buat Crishtan. Sovie seperti melewatkan sesuatu tentang mereka, ia berpikir apa mereka sudah akrab.
" Well, antarkan segera sarapannya, aku tidak mau pria kaku itu menunggumu dan kelaparan di pagi hari " ucap Sovie menggoda.
" Apa sebegitu kakunya dia, aku pikir tidak auntie. Dia pria yang ramah " bela Renia spontan.
Sovie tersontak kaget, kalau bisa berandai, mungkin matanya segera keluar, ini sesuatu yang luar biasa. Sejauh apa kedekatan mereka, sampai ponakannya membela dia. Apa ini sesuatu yang bisa mendekatkan mereka. Sovie menghela nafas halus. Rencananya akan berhasil kalau seperti ini.
" Baiklah sayang, jangan sampai tuan kaku itu menunggu lama " ucap Sovie menggoda Renia kembali sambil mencolek pipi ranumnya dan itu menimbulkan rona merah di wajahnya dan Renia tidak tahu tapi yang jelas ia merasakan debaran halus di dadanya ketika Sovie menggodanya.
Sovie yang melihat perubahan itu tersenyum penuh bahagia. Haha, si bocah harus melawan pesona sepupunya agar ponakannya ini tidak lari, batin Sovie.
( si bocah dan si kaku, menurut readers bagaimana? Yuu mah abg Nathan ajh ... haha ).
....
Renia membuka pintu privat dan mendapati Crishtan yang sibuk dengan i-phonenya.
" Permisi, ini sarapanmu " ucap Renia sambil menata pesanan Crishtan. " Aku bingung harus menyuguhkan apa, jadi latte ini yang kupilih " lanjut Renia sembari menyodorkan cangkir berisi caffè latte tersebut.
" Aku suka itu ".
" Syukurlah ".
Ketika Renia hendak keluar langkahnya terhenti karena panggilan Crishtan.
" Apa kau mau menemani sarapanku, aku pikir Sovie tidak keberatan, bukan begitu, Sovie " ucap Crishtan yang mengarahkan pandangannya pada Sovie yang baru saja membuka pintu.
" Tentu tidak " jawab Sovie sambil melangkah mendekati Crishtan dan memberi salam, mengecup pipi kanannya. Membuat Renia menundukkan pandangannya.
" Kebetulan pagi ini sepi pengunjung, aku rasa kau bisa menemani sepupuku yang kaku ini, Renia " ucap Sovie mengajak Renia untuk duduk di sampingnya.
Aish, kenapa aku seperti ini. Mereka itu sepupu, wajar kalau hal itu terjadi, batin Renia.
Sovie yang menyadari sikap Renia tersenyum penuh arti dan ditambah lagi ajakan Crishtan yang ternyata sejalan dengan rencananya untuk membuat Renia menemani Crishtan sarapan pagi dan dugaannya semakin kuat ketika Crishtan meminta Renia menemani paginya. Feelingnya tak pernah meleset, Crishtan memang menyukai Renia melebihi apa yang di bayangkannya. Tapi tidak dengan Renia, gadis itu tidak tahu perasaannya sendiri.
" Tapi autie, pekerjaanku " ucap Renia tidak enak hati, mengingat ada pekerjaan yang sedang menunggunya. Menata roti-roti yang telah terpanggang oleh chef maupun sekedar mengecek kebersihan kafe.
" Haha ... tenang saja, nanti autie yang bereskan. Kau temani saja pelanggan spesialku ini. Mana tahu kalian bisa akrab " ucap Sovie dengan tawa renyahnya sambil meninggalkan Renia yang melongo mendengar ucapan Sovie.
Sovie memutar kembali badannya, " Oh ya, Crish ... kalau mau mengajak ponakanku ini kencan, aku membolehkanmu " ucap Sovie menahan tawanya dan pergi secepatnya sebelum ia diterkam si cantik Renia.
" Jangan dengarkan auntie, dia selalu begitu padaku, aku sudah seperti ponakan olehnya " ucap Renia buru-buru takut pria di depannya ini salah paham.
Crishtan membalas ucapan Renia dengan tersenyum sambil menyesap lattenya yang telah menghangat.
" Kalau aku benar-benar mengajakmu untuk kencan, apa kau keberatan " ucap Crishtan buka suara setelah meletakkan kembali cangkir lattenya.
Pancingan Sovie memberikan peluang untuknya mengajak Renia berkencan.
Kedatangannya pagi ini juga untuk mengajak Renia keluar bersamanya sekedar mengobrol lepas dan berbagi pikiran, apa pun itu. Selain rasa kangen yang menderanya. Sudah dua malam tidurnya selalu gelisah, memikirkan gadis pujaannya. Perasaan itu sangat kuat melebihi rasa rindunya yang tertahan di Melbourne semenjak pertemuan pertama saat itu.
Renia terbatuk mendengar ajakan halus Crishtan, ia berpikir kalau itu hanya sekedar godaan dari Sovie, tapi ternyata pria ini menanggapinya.
Crishtan menyodorkan gelas mineral water pada Renia, Renia mengambilnya dan meminumnya dan menyisakan setengahnya. Setelah meletakkannya, ia tersadar kalau itu minuman Crishtan.
" Maaf, aku meminum minumanmu ".
" Kenapa mesti minta maaf, aku yang memberikannya " ucap Crishtan tersenyum melihat Renia salah tingkah.
" Apa ajakanku tadi berlaku " lanjut Crishtan menanti jawaban Renia.
Renia memandang lekat manik mata Crishtan dan yang terlihat di mata Renia sebuah ketulusan. Ia jadi tidak enak hati untuk menolaknya. Renia mengagukkan kepalanya, menyetujui ajakan Crishtan.
♡♡♡♡♡♡
Akhirnya, Renia selesai bekerja.
" Jadi, apakah si pria kaku itu mengajakmu berkencan " goda Sovie tepat di telinga Renia dan itu berhasil membuat ia meremang.
" Auntie " ucap Renia dengan sorot tajam matanya.
Gelak tawa Sovie pecah, kalau Renia melotot seperti itu, berarti Crishtan berhasil mengajaknya untuk kencan.
" Aku senang kau dekat dengannya, dia pria yang baik " bisik Sovie dan sejurus kemudian Crishtan telah berdiri di dekat mobil sembari menyilangkan tangannya di dada dan melempar senyum pada Renia dan Sovie.
Hari ini dan seterusnya ia yang akan menjemput Renia walau tujuannya ke apartemen sebagai pekerja. Satu hal yang Crishtan syukuri, wanitanya selalu datang padanya dalam kondisi apa pun, walau harus menjadi housekepeer-nya.
Renia dan Sovie menghampiri Crishtan yang tampak santai sore ini, mengenakan kaos putih polos dan jeans yang terdapat sobekan-sobekan di beberapa bagian yang terlihat pas di pakainya. Wait, apakah itu Crishtan yang dikenal Renia tadi pagi. Ia berubah 180 derajat, Crishtan tampak lebih fresh dan terlihat tidak kaku.
" Sepertinya aku harus menarik ucapanku, sweety. Dia bukan pria kaku " bisik Sovie tepat di telinga Renia, membuat Renia kikuk sendiri. Tapi yang dikatakan Sovie benar, Crishtan sesuatu yang berbeda. Bisa dingin dan cerah di beberapa waktu dan itu yang di tangkap Renia saat ini.
" Apa kalian membicarakanku " ucap Crishtan yang tepat berdiri di depan Riby.
" Akh, ia ... Riby bilang dia menyukaimu dan penampilanmu, Crish " timpal Sovie begitu saja dan penekanan pada kata Crish, menggoda Renia dan itu sengaja di ucapkannya untuk memancing perasaan yang terpendam itu keluar, baik Riby maupun Crishtan. Sovie benar-benar memanfaatkan situasi ini.
Renia gelagapan dibuatnya dan menggelengkan kepalanya cepat agar Crishtan tidak salah paham dengan ucapan Sovie.
Crishtan tersenyum penuh arti.
" Aku jauh lebih menyukainya, Sovie ".
♡♡♡♡♡
Renia tiada hentinya menahan debaran di hati, kalau tidak mungkin saat ini jantungnya akan melompat keluar karena desakan dari tubuhnya yang tak mampu menahan debaran itu.
Ucapan Crishtan berhasil menari-nari di pikirannya.
" Aku jauh lebih menyukainya, Sovie ".
Kalimat itu berhasil mengusiknya membuat Renia tidak fokus pada pekerjaannya.
Seperti, sejam yang lalu ketika menyapu ia tidak sengaja kesandung kursi dan itu berhasil membuat Crishtan menahan senyumnya kemudian ketika ia membawa cucian. Lagi. Ia tersandung sesuatu yang tak terlihat karena kakinya yang tiba-tiba tak mau bersahabat padanya dan untung di saat itu Crishtan cepat menangkapnya kalau tidak ia pasti sudah mencium lantai.
" Apa ucapanku tadi mengusikmu " ucap Crishtan tepat berdiri di samping Renia yang sedang meneguk minuman dan berhasil membuatnya tersedak.
Lagi.
Crishtan cepat-cepat menyerahkan tisu yang terletak di dekatnya kepada Renia. Renia meraihnya dengan kikuk ia membersihkan air yang berserakan di sekitar mulutnya dan melap meja yang terkena semburannya.
Ada apa denganku hari, hanya ucapannya berhasil membuatku salah tingkah seperti ini, pesona apa yang dipakainya, membuatku tidak bisa menenangkan hatiku sendiri, batin Renia.
" Apa setiap aku bicara, kau selalu tersedak seperti ini. Ini sudah dua kali " ucap Crishtan mengingatkan Renia sambil menahan tawanya agar tak meledak karena kecerobohan gadisnya.
" Maafkan aku, Crish. Hari ini pekerjaanku berantakan " hanya itu ucapan yang keluar dari Renia sambil menundukkan kepalanya, malu.
Crishtan tersenyum penuh arti, di pegangnya dagu Renia dan membuat gadis itu mendongak padanya. Tatapan mereka saling bertemu, saling mencari arti di setiap tatapan itu.
Jujur, Renia merasakan jantungnya memompa dua kali ketika mata itu menatapnya.
" Aku jatuh cinta padamu. Jadilah pendamping hidupku " ucap Crishtan dan mengecup bibir Renia.
◇◇◇◇◇◇◇
Di gantung enak kali yah ... hihi ...
Besok di sambung lagi ya readers ...
Kira-kira Yuu, jawab apa yah ... babang Crish nembak Renia ...
Di terima apa nggak ... terus babag Vyrlan gimna ....
Maafkeun Yuu, bikin dedek Renia di aduk2 perasaannya ... hahhaha
Yang sayang Renia, mana suaranya ....