Maafkan Yuu yahhh ... yg telah m3nggantung rasa penasaran kalian semua ... harap dimaklumi bumil yg satu ini ...
.
.
Selamat menikmati 😘😘
=======
Vyrlan terbangun dari tempat tidurnya. Dua hari ini ia menyibukkan diri di rumah sakit untuk mengurangi rasa rindunya pada Renia. Dua hari juga ia memutuskan untuk tidak menghubunginya. Bukan karena ia egois ataupun marah tapi lebih tepatnya ia tak sanggup menerima balasan dari gadisnya tersebut karena satu balasan saja itu akan membuat pikiran dan raganya untuk terbang menyusul pujaan hati itu ke negara penuh drama tersebut.
Vyrlan melirik jam kecil di atas nakasnya menunjukkan pukul 11 pagi. Lebih tepatnya ini sudah menunjukkan waktu siang. Ia segera bangkit. Bukan karena ia telat atau ada sesuatu yang terjadi di rumah sakit. Tapi hari ini Renia-nya kembali.
Sebenarnya pulang dari rumah sakit dini hari tadi, Vyrlan tidak mau merebahkan tubuhnya. Tapi entah kenapa ketika berbaring di atas kasur ternyamannya bayangan wajah Renia di depan matanya langsung membuatnya terlelap dan memimpikan gadis tersebut.
Tanpa menunggu waktu, Vyrlan langsung masuk ke dalam kamar mandi sembari bersiul. Hari-harinya akan berwarna kembali.
Tak butuh waktu lama, 10 menit di dalam kamar mandi, 15 menit untuk menimbang pakaian apa yang ia kenakan untuk menemui Renia. Jujur saja ini bukan Vyrlan sekali. Ia tidak pernah memusingkan stylenya namun entah kenapa hari ini ia ingin terlihat tampan di depan gadis itu.
Vyrlan tersenyum sendiri setelah mematut dirinya di depan cermin. Mengenakan kemeja putih yang lengannya digulung sedikit melebihi pergelangannya dan jeans biru pudar ditambah jam mewah yang melekat gagah di pergelangan kirinya. Perfect.
Vyrlan menuruni tangga dengan bahagia sambil bersiul-siul membuat ibunya, Oma Ratna, ayahnya sekaligus Crishtan menatapnya tak percaya dengan perubahan Vyrlan setelah dua hari yang lalu tampak begitu dingin dan kelam.
" Wah, apakah ini ada hubungannya dengan izin liburmu, son? " sahut ayahnya menyindir.
Vyrlan menatap keluarganya dengan senyum bahagia tak menghiraukan sindiran yang berasal dari ayahnya.
" Apakah gadis yang membuatmu jatuh cinta tersebut telah kembali " lanjut ayahnya tanpa memedulikan kebahagiaan anaknya.
Crishtan yang sedari tadi tenang diam-diam melirik Vyrlan yang memang tampak beda dari dua hari yang lalu dan kondisi Vyrlan tidak jauh berbeda dari dirinya walau itu tidak terlalu kentara di depan keluarganya.
" Aku mau jemput Renia, ingin mengenalkannya secara resmi pada semuanya " kalimat itu terlontar begitu saja di mulut Vyrlan.
Dua hari ini hanya itu yang di pikirkannya, membawa Renia dan memperkenalkannya secara resmi dan meminta restu ... mungkin hal selanjutnya adalah melamarnya.
Hal tersebut membuat Crishtan menegang seketika namun ia cepat mengondisikan hati dan pikirannya.
Renia.
Apakah ini jawabanmu, batin Crishtan miris.
" Son, kau serius " ucap ayahnya tak percaya namun di lain sisi ia ikut bahagia dengan anaknya itu.
" Iya dad, aku benar-benar jatuh cinta padanya. Jauh itu membuatku sakit " ucap Vyrlan membayangkan dua hari yang ditinggal Renia.
" Kalau begitu aku pamit, bye dad .. mom ... Oma ... akh, brother .. see you .. nanti aku ceritakan " ucap Vyrlan dengan santainya karena salah mengartikan tatapan Crishtan yang sedang menata perasaannya.
==
Oma Ratna bukannya tak menyadari perubahan Crishtan setelah pernyataan Vyrlan yang begitu mendadak tanpa menunggu keputusannya yang akan dikatakannya besok malam pada anak-anaknya karena berhubungan orang tua Crishtan akan datang besok.
Hal ini terlambat sudah. Keputusannya sudah diambil alih oleh pernyataan Vyrlan. Ini di luar prediksinya. Walau perjodohan ini belum sampai ke telinga anak-anaknya, ada rasa bersalah yang mendalam pada wanita paruh baya tersebut.
Crishtan. Cucunya. Anak malang itu.
" Danny, apa yang harus aku lakukan sekarang " ucap Oma Ratna pada asistennya di ruang pribadinya.
Danny hanya diam. Ia tak tahu harus menjawab apa. Salah kata, malah akan membuat tuannya banyak pikiran.
" Sebenarnya aku memang menunggu ke dua cucuku untuk berterus terang. Tapi tak di sangka Vyrlan mengatakannya secepat ini, pagi ini. Dan kau tahu Danny bagaimana reaksi Crishtan. Aku tahu anak itu sekarang pasti sakit " ada nada iba dan bersalah di dalam ucapan Oma Ratna dan Danny paham itu.
Belasan tahun mendampingi wanita paruh baya tersebut, Danny cukup memahami jalan pikiran tuannya walau terkadang caranya di luar nalarnya.
" Apa selanjutnya yang bisa saya bantu nyonya ".
" Kau lakukan rencana B. Besok anak tertua pulang. Persiapkan saja kedatangannya. Selanjutnya kau tunggu saja ".
==