Vyrlan segera menyusul Renia yang telah berdiri tepat di depan cashier counter, memberikan tiket mereka. Lima menit di dalam pekarangan tersebut. Vyrlan tidak beranjak dari tempatnya, pandangannya seperti mengawasi sesuatu yang mencurigakan.
" Ada apa? " tanya Renia bingung karena Vyrlan hanya mengedarkan pandangan ke kiri ke kanan tanpa bergerak sedikit pun untuk menentukan spot yang terlebih dahulu untuk dikunjungi.
Vyrlan menyunggingkan senyumannya sambil menggenggam tangan Renia dan menariknya untuk keluar dari kebun binatang dan menuntun Renia menuju tempat parkir.
Dengan tenang Vyrlan membukakan pintu untuk Renia, Renia masuk dan duduk dengan pikiran yang susah ia jabarkan, bagaimana tidak Vyrlan yang tiba-tiba menariknya keluar dan sekarang mereka di dalam mobil lagi.
Vyrlan memasang seatbealnya dan memandang Renia yang telah memasangkannya juga. Tanpa menunggu waktu Vyrlan melajukan mobilnya meninggalkan tempat parkir.
" Kita mau ke mana? ".
" Tempat yang begitu indah, kau akan suka nantinya ".
♡♡♡♡♡
Benar ucapan Vyrlan, Renia benar-benar menyukai tempat ini. Seaworld. Renia sudah lama ingin jalan-jalan ke Seaworld tapi tidak pernah terwujud karena pekerjaannya. Biasanya hari libur kerja ia pergunakan untuk bekerja di apartemen Crishtan. Membersihkan area apartemen itu sedetail-detailnya dan mencuri waktu untuk sekedar istirahat di apartemen mewah itu, sekedar berbaring di sofa yang empuk itu dan sesekali menikmati ramen instan di sana.
Ya, walau itu tidak akan bisa dilakukannya lagi, mengingat si pemilik sudah menempatinya.
" Apa kau suka, huh? " tanya Vyrlan, walau sebenarnya ia tahu kalau Renia menyukai hal-hal yang berbau hewan laut dan pemandangan dasar laut.
Kebun binatang itu hanya untuk mengecoh pengawal neneknya. Vyrlan menyadari kalau dirinya sedang di awasi. Ketika pengintai-pengintai itu lengah, Vyrlan membawa Renia dengan gaya elegannya tanpa menimbulkan kecurigaan Renia. Ia tidak mau gadis ini merasa ketakutan.
Vyrlan yakin, neneknya pasti tidak akan tinggal diam kalau dia menjalin hubungan khusus dengan perempuan mana pun. Dan Vyrlan meyakinkan dirinya, untuk kali ini ia tidak akan mengalah lagi.
" Ini lebih baik dari tempat tadi " ucap Renia yang tidak dapat menyembunyikan rasa senangnya. Tempat ini begitu menyenangkan bagi Renia, di sini ia bisa menyalurkan pikiran liarnya.
Bermacam hal dapat ia pikirkan. Rasa rindunya pada orang tuanya yang tidak ia ketahui ataupun rasa lelah dalam menghadapi garis takdirnya.
" Apa yang kau pikirkan? " tanya Vyrlan menoleh pada Renia sambil mengiri langkah gadis tersebut.
" Aku lagi berkhayal, berandai ikan itu adalah aku ... rasanya pasti luar biasa. Bebas ke sana kemari tanpa beban " Renia tersenyum ke arah Vyrlan, kali ini senyum tulus yang diberikannya sebagai hadiah karena mengajaknya ke tempat kencan yang terbaik bagi Renia.
Vyrlan merasakan sesuatu yang beda pada perasaannya ketika melihat senyuman itu. Begitu tulus dan memabukkan, ingin rasanya ia mengecup bibir yang sedang merekah tersebut menyelami isi di dalamnya dan rasanya ia ingin membagi pikiran gadis tersebut ke dalam pikirannya.
Akh, ini bukan kali pertama Vyrlan mengecup bibir itu, tapi setiap melihatnya Vyrlan merasa jantungnya akan melompat keluar. Sebagai seorang dokter, iya tahu kalau ini bukan gejala gagal jantung tapi lebih ke demam cinta. Vyrlan tidak butuh waktu untuk mengetahui perasaan ini. Ia benar-benar jatuh cinta pada Renia, gadis pemberontak yang manis.
Renia sibuk menceritakan berbagai jenis ikan yang mereka lihat sampai ia tersadar kalau Vyrlan tak lagi mendengar ucapannya tapi pandangannya justru hanya tertuju padanya. Menimbulkan rona merah pada Renia karena malu.
" Apa begitu penasarannya kau padaku? ".
Yang ditanya hanya diam dan melemparkan senyum menggodanya dan berhasil membuat Renia kikuk.
" Aku sibuk mendengar ucapanmu, seperti dongeng " ucap Vyrlan datar.
Renia mencibir, memajukan bibir bawahnya kesal.
Akh, lagi. Bibir itu selalu menggodaku, batin Vyrlan yang sedari tadi menahan diri untuk tidak mengecup bibir Renia.
" Kau tahu Dokter, suatu saat aku ingin punya kafe yang di dalamnya ada akuarium besar ... aku ingin memanjakan pelangganku agar mereka berasa makan di dasar laut " lanjut Renia menceritakan impian masa depannya.
" Re ... " sahut Vyrlan menghentikan langkahnya.
" Mhm " Renia menghentikan langkahnya dan mendongakkan wajahnya pada Vyrlan.
Secepat kilat, bibir Vyrlan mendarat di bibir Renia, ciuman itu bukan lagi sebuah kecupan seperti biasanya. Ciuman itu begitu lembut penuh damba. Vyrlan melumat bibir itu, menikmati setiap isapannya. Renia hanya mematung, membiarkan Vyrlan memimpin ciuman itu, tanpa disadari Renia menutup matanya dan menikmati ciuman Vyrlan yang lembut dan dalam.
Suasana yang begitu sepi, hanya mereka berdua di dalam lorong tersebut. Biota laut jadi saksi betapa merindunya kedua bibir insan tersebut.
Ciuman itu terhenti, mereka menarik oksigen dalam-dalam dan menenangkan perasaan masing-masing.
" Suatu saat, aku wujudkan impianmu " ucap Vyrlan menarik Renia dalam pelukannya, seakan-akan ia tak rela gadis itu pergi darinya.
" I'm falling in love whit you " bisik Vyrlan hingga terkesan sekedar menggerakkan bibirnya tanpa suara. Renia mendongakkan kepalanya meminta penjelasan, karena ia sama sekali tak mendengar ucapan Vyrlan.
Vyrlan memberikan senyumannya dan membenamkan kepala Renia di dadanya yang bidang mengecup puncak kepala Renia. Ia tidak mau momen yang manis ini berlalu begitu cepat.
Sementara di sudut lainnya yang tidak terlalu jauh dari mereka namun cukup untuk tak terlihat dari keduanya.
Oma yang jail dan penuh siasat. Berkat Oma, area lorong tersebut kosong. Semua pengunjung yang akan memasuki lorong akuarium yang memesona tersebut di usir oleh Oma walau harus memakai biaya untuk menyewanya, Oma tidak peduli karena ia mendapatkan momen yang begitu intim dan indah. Oma tersenyum puas setelah mendapatkan jepretan cantiknya.
Sementara itu, Danny si asisten pribadi Vyrlan tertunduk malu ketika melihat majikan sekaligus anak asuhnya, mesra di tempat umum. Sebuah senyuman terukir di sudut bibirnya.
Deheman Danny membuyarkan senyuman Oma dan memberikan lirikan pada Oma untuk segera menjauh karena Danny melihat Vyrlan dan Renia akan segera berjalan keluar.
" Baiklah Danny kita keluar, aku sudah mendapatkan apa yang aku mau " ucap Oma senang dan bahagia. Tapi yang jadi masalah baginya sekarang adalah Crishtan. Oma jadi ragu untuk melanjutkan misinya pada Crishtan. Melihat betapa manisnya interaksi Renia dan Vyrlan, Oma melihat ada cinta di kedua mata cucunya itu.
Sementara Sovie dan Nathan dibuat kesal oleh Vyrlan karena berhasil mengecoh mereka, untung Sovie peka dengan sekelilingnya dan sudah memprediksikan kalau Oma akan ikut andil dalam rencana ini.
Benar dugaan Sovie ketika Renia dan Vyrlan memasuki lorong akuarium, semua area di sekitarnya di clearkan dan Sovie berhasil menyuap petugas tersebut meng-atas-namakan Oma Ratna. Berhasil.
" Aish, bocah itu selalu cepat dalam bertindak dan itu romantis sekali " ucap Nathan antara malu, senang dan miris dengan percintaannya yang penuh rintangan.
" Itu karena dia pintar dan kau bodoh, Nath. Sama bocah saja kau kalah " umpat Sovie.
" Aduh mbak, kapan kau akan berpihak padaku " rengek Nathan.
" Kalau kau berhasil dengan cintamu itu " ucap Sovie sekenanya.
Nathan menggaruk kepalanya yang tidak gatal ucapan Sovie menghantam ubun-ubunnya, karena untuk hal yang terakhir itu ia belum punya rencana. Titah keluarganya terlalu berat untuk ditentangnya, tapi ia akan mencari cara untuk melawan itu.
" Akh, Crishtan sepertinya harus berjuang keras melawan bocah itu " ucap Sovie menghembuskan nafas dengan kasar.
" Apa mbak punya rencana buat Crishtan untuk melawan pesona Vyrlan? Karena yang aku lihat, keponakanmu itu juga menikmati kebersamaannya dengan Vyrlan. Apa kau tidak akan menyakiti perasaannya ".
Sovie tahu ucapan Nathan ada benarnya, dilihat dari sudut mana pun Renia begitu menikmati momen kebersamaannya dengan Vyrlan apalagi setelah ciuman mereka yang sangat intim dan pelukan hangat itu, namun di sisi lain ia juga melihat sorot yang begitu mendamba dari Crishtan. Bagi siapa yang tahu, mereka akan sadar betapa sorot itu begitu mencintai pujaannya.
Ya, Sovie adalah tipikal wanita sensitif. Berbekal ilmu psikolognya, ia bisa mempelajari setiap gerakan-gerakan sensitif lawan bicara atau orang yang di pandangnya.
" Kita lihat saja nanti, Nath. Aku ingin tahu dulu rencana Oma. Kalau akhirnya Oma lebih menitik beratkan kepada Vyrlan. Kita yang akan bertindak untuk si kaku itu " ucap Sovie optimis. Sovie pejuang Crishtan, karena ia yakin Crishtan mampu memberikan yang terbaik untuk ponakannya.
" Bagaimana dengan Renia? " tanya Nathan memikirkan perasaan gadis itu, walau ia dan Sovie sepupu jauh Renia masih termasuk keponakannya. Ia peduli dengan perasaan gadis manis itu.
" Aku akan bicara nanti sama dia, kalau kenyataannya dia menyukai Vyrlan, aku akan mundur mendukung Crishtan. Tapi kalau ponakanku itu plin plan, aku tak segan-segan menyatukan dia dengan Crishtan " ucap Sovie yakin dan memberikan senyuman termanisnya untuk Nathan agar mendukungnya.
" Baiklah ... Baiklah, aku padamu " ucap Nathan melihat senyuman Sovie manis tapi menusuk.
" Kau sepupu yang bisa di andalkan ".
" Dan bodoh, huh? " lanjut Sovie menyindir percintaan Nathan yang belum berujung.
" Ya ... ya ... senang aja terus meledek, miss " ucap Nathan berlalu kesal meninggalkan Sovie yang menertawai penderitaannya.
♡♡♡♡♡
Renia berbaring di kamarnya, jemarinya tak henti-hentinya memegang bibirnya. Sentuhan bibir Vyrlan masih terasa di bibirnya. Renia mengambil bantal gulingnya dan membenamkan mukanya berharap rasa malunya tersalurkan pada bantal tersebut.
Setelah kejadian romantis yang di alaminya, ia dan Vyrlan berada pada posisi yang canggung walau Vyrlan mengajaknya mengobrol ketika makan malam bersama tadi, hal itu tidak berhasil bagi Renia karena ia tak mampu menutupi rasa malunya.
Renia mengingat ucapan Vyrlan, kalau ia akan membawa Renia ke Georgia untuk menikmati Georgia Akuarium, akuarium terbesar di dunia tersebut. Dan kalau bisa jujur Renia sangat menunggu momen tersebut.
" Mmm " deheman Siska membuat Renia membuka pandangannya dari bantal guling.
" Kakak sudah pulang? ".
" Kau tidak sadar kalau aku sudah pulang sepuluh menit yang lalu " ucap Siska sambil duduk di tepi kasur Renia dan memandang lekat-lekat pada adiknya tersebut.
" Kau sedang jatuh cinta " tebak Siska.
Membuat Renia terlonjak dan duduk seketika.
" Apa begitu jelas " ucapnya polos.
Siska menganggukkan kepalanya sembari melempar senyum manisnya.
" Siapa dia, yang berhasil membuatmu merona seperti ini? " tanya Siska lagi sambil mencolek pipi Renia yang bersemu merah.
" Bukan pacar, tapi saat ini dia spesial " jawab Renia malu-malu.
" Mmm " goda Siska tak percaya.
Renia melempar bantal gulingnya, " Apaan sih kak " lanjutnya dan melangkah keluar menghindari pertanyaan dan ejekan selanjutnya dari Siska.
" Hei, ceritakan padaku, apa yang membuatmu merah sepeti tomat " teriak Siska sebelum akhirnya Renia menutup pintu kamar.
" Adik kecilku sudah besar, tapi siapa dia yang berhasil meluluhkan hatinya " gaman Siska penasaran sekaligus senang melihat adik angkatnya itu jatuh cinta.
♡♡♡♡♡
Vyrlan bersiul senang menikmati kencannya hari ini. Bayangan Renia yang tersipu malu setelah ciuman itu, benar-benar membuatnya rindu pada gadis yang baru saja di antarnya pulang dan sekarang Vyrlan berada di apartemen Crishtan.
" Kau terlihat senang " ucap Crishtan yang sedang berkutat dengan laptopnya sedikit terganggu dengan siulan Vyrlan yang memecah konsentrasinya. Hari ini moodnya kurang bagus, karena perusahaannya di Melbourne mengalami sedikit kendala dan ia mesti memeriksa laporan dari asisten pribadinya sekaligus orang yang dipercaya untuk sementara menangani perusahaannya. Dan ia merindukan Renia hari ini. Rindu dengan senyuman gadis itu dan ingin mencicipi kembali masakan buatannya.
" Tentu saja dia senang, dia habis ken... " sahut Nathan lalu menutup mulutnya agar tak keceplosan karena ia berhasil mengikuti kencan Vyrlan dan melihat adegan romantis yang seharusnya tak ia lihat karena itu membuatnya merindukan Siska hari ini.
Crishtan menyengitkan keningnya tak mengerti karena ucapan Nathan menggantung dan di balas tatapan curiga dari Vyrlan membuat Nathan menyesal dengan ucapannya.
" Kau terlihat seperti orang yang sedang menikmati kencan " ucap Nathan berkilah untuk menghindari kecurigaan Vyrlan.
Crishtan menatap Vyrlan menanti jawaban dari sepupunya itu.
" Anggap saja seperti itu " ucap Vyrlan sambil meneguk air minumnya dan kembali bersenandung. Menikmati kebahagiaannya sendiri. Ia lagi tak mau berbagi.
Nathan mengangkat bahunya memandang Crishtan yang sepertinya tak lagi peka dengan situasi di sini.
◇◇◇◇◇◇
to be continued ...
tungguin cerita berikutnya ...
team Vyrlan
team Crishtan
suaranya mana ...
Yuu greget ama Nathan nie ... dy itu pintar tapi bodohnya nggak ketulung kalau soal cinta, hehe.