Renia terbangun dari tidurnya, ia mengedarkan pandangannya melihat sekitar. Tempat ini tidak asing baginya, tapi ini bukan kamar yang biasa menunggunya bangun di pagi hari.
Renia tersadar, kemarin sepulang dari kafe ia langsung ke apartemen majikannya untuk menanyakan jasanya masih di pakai atau tidak dan sekarang ia kedapatan tidur di sini.
Renia bangkit dari tidurnya dan menuju kamar mandi, sekedar mencuci mukanya. Setelah kembali segar, ia kembali duduk di sofa tersebut dan menunggu kembali sang pemilik apartemen.
Lima belas menit menunggu.
Renia beranjak dari tempat duduknya, ia memutuskan untuk kembali nanti sore. Sebelum pergi, Renia meninggalkan catatan yang bertuliskan ' Tuan, saya asisten rumah tangga di sini. Jika tuan tidak keberatan, saya ingin memperpanjang pekerjaan saya. Terima kasih. Renia ( 08126 ******)'.
Berharap yang punya apartemen berbelas kasih padanya dan menghubunginya untuk memperpanjang masa kerjanya.
♡♡♡♡
Suasana Kafe hari ini cukup ramai, hari ini Sovie kembali meluncurkan resep terbaru dari kafenya, jadi setiap pengunjung yang hadir hari ini di gratiskan mencicipi resep terbarunya dan memberikan kesannya, apakah cake yang baru ini bisa di masukkan dalam daftar menu kue mereka.
Seperti itulah setiap kali, Sovie mengeluarkan resep baru, ia menjadikan pelanggan sebagai penilai terakhir yang memutuskan layak atau tidaknya kue itu untuk disajikan.
" Renia, hari ini kenapa lesu amat dan tidak biasanya kamu mandi di kafe " tanya Tika yang melihat Renia sedikit lesu.
" Bukan apa-apa, lagi memikirkan sesuatu " celetuknya dan kembali membawa nampan berisi kue pesanan pelanggan, ia pergi dengan campur aduk.
Ia sendiri bingung apa yang sedang dipikirkannya. Setelah mengantar pesanan, Renia hendak membereskan meja yang lain yang tengah menanti tangannya untuk di bersihkan dan tanpa sengaja Renia melihat sebuah dompet tertinggal di atas meja tersebut.
Renia kemudian mengambil dompet tersebut dan memeriksanya, mana tahu ia dapat menemukan identitas si pemilik dompet.
" Permisi mbak, bisa tambahkan kami menu yang baru ini untuk di bungkus " ucap salah satu pelanggan yang meja bersebelahan dengan meja yang sedang di beresinya ini.
" Silakan menunggu ya, mbak " jawab Renia dan memasukkan dompet tersebut ke dalam saku celemeknya, ketika jam istirahat nanti ia akan memeriksa kembali dompet ini dan menghubungi si pemilik dompet.
♡♡♡♡♡
Kediaman Oma Ratna.
" Crishtan, Oma dengar semalam kamu pulang, maaf Oma tidak menyambutmu tadi malam " ucap Oma Ratna sesal.
" Tidak apa Oma, aku yang tidak enak hati, pulang tengah malam mengganggu jam istirahat orang di rumah " jawab Crishtan sembari menikmati sarapan paginya.
Semalam ia memutuskan untuk meninggalkan Renia sendirian di apartemennya. Ia benar-benar belum siap untuk bertemu.
" Hari ini Oma mau mengajak kalian ke cafe Sovie, kamu pasti kangen dengan Sovie dan kuenya " ucap Oma penuh siasat, agar kedua cucunya ini bisa ketemu secepatnya dengan Renia.
" Baiklah Oma " balas Crishtan, berharap bisa ketemu dengan Renia juga sekaligus lepas kangen sama sepupunya.
Vyrlan hanya pasrah, walau ia tidak suka hal-hal yang berbau manis demi Oma akan diturutinya. Enam tahun ia bergelut di bidang kesehatan, menambah keyakinannya untuk tidak menyukai hal-hal yang berbau gula dan garam. Sebenarnya ia bukannya tidak suka sama sekali, masih ada batas toleransinya terhadap gula dan garam namun untuk cake dan sejenisnya batinnya menolak keras. Kandungan gula dan garam di kue tersebut sebuah racun bagi tubuhnya.
" Baiklah Oma, aku agak telat datangnya nanti, ada janji temu sama teman " ucap Vyrlan mengakhiri sarapannya dan minta pamit pada Oma dan Crishtan.
@@@@@
Renia membuka dompet yang ditemukannya dan memeriksa isi dompet tersebut. Terdapat lembaran uang tunai, tapi Renia tidak minat untuk menghitungnya. Di lihatnya kartu nama seseorang di antara sekat-sekat itu. Tanpa menunggu Renia mengambil ponsel dan menghubungi nomor yang tertera.
Beberapa detik menunggu, ponselnya terhubung ke nomor yang di telepon.
" Halo ... ".
" Iya, halo ... ".
" Maaf, apakah ini dengan tuan Vyrlan Harry Sanjaya " tanya Renia yang sedang beristirahat di taman belakang.
" Ya ".
" Maaf, saya menemukan dompet Anda tertinggal di kafe kami ".
" ... Oke ... Nanti saya jemput, silakan tinggalkan alamatnya dan terima kasih " ucap Vyrlan di seberang sana menutup pembicaraan.
Renia menatap kartu nama tersebut dan menyimpannya kembali ke dalam dompet dan meletakkan dompet tersebut ke dalam saku celemeknya.
@@@@@
Vyrlan membaca pesan dari seorang wanita yang mengabari dompetnya tertinggal di meja kafe, alamatnya tidak asing bagi Vyrlan dan kebetulan hari ini ia dan nenek janjian di sana. Vyrlan heran kenapa dompetnya ada di sana, ia tidak pernah ke kafe itu dan ia jarang mengenakan dompet karena selama ini ia sering melakukan transaksi melalui smartphonenya kalau terpaksa ia menggunakan dompet itu pun harus di ambilnya ke dalam mobil.
Tanpa menunggu waktu Vyrlan memutar kemudi mobilnya menuju kafe Sovie.
@@@@@
Sovie Caffe.
Renia menunggu orang yang menjemput dompet itu di taman belakang. Tadi Tika mengatakan kalau laki-laki itu ingin menemuinya secara pribadi.
Renia meletakkan kopi hitam pesanan laki-laki itu, ia tidak memesan cake maupun bread seperti pelanggan-pelanggan biasanya.
Renia menebak, laki-laki ini pasti pria paruh baya yang sedang mengurangi kadar gulanya. Dilihat dari gelar yang terdapat di kartu nama itu, ia bekerja sebagai dokter.
" Permisi " ucap seseorang yang baru datang dari pintu samping yang terhubung ke taman belakang.
Renia membalikkan badannya dan terdiam sesaat melihat laki-laki yang terdiam dalam berdirinya.
Dia bukan laki-laki paruh baya, dia masih muda dan wajah itu tidak asing di mata Renia, laki-laki yang telah merebut ciuman pertamanya sekaligus penyelamatnya. Renia berharap tidak pernah bertemu lagi dengannya, namun takdir seakan tidak berpihak padanya.
Sekarang tepat di depannya, laki-laki itu berdiri.
" Wah ... tidak menyangka bertemu lagi " ucap Vyrlan melangkahkan kakinya mendekati Renia. Dengan sigap Renia memundurkan langkahnya, ia tidak tahu apa yang akan di lakukan laki-laki ini.
Vyrlan menyeringai usil, semakin Renia waspada semakin ia ingin menggoda gadis yang beberapa hari ini mengusik hati dan pikirannya.
Tanpa sadar Renia tersandung pot bunga besar yang terletak di samping tempat duduk tersebut, namun dengan sigap tangan Vyrlan mendarat di pinggangnya dan menarik Renia mendekat padanya.
Vyrlan lama menatap wajah itu, wajah manis yang menggoda, terlintas dalam pikirannya siluet menggoda Renia di malam itu.
Tanpa menunggu waktu, kecupan kilat mendarat di bibir Renia membuat Renia mendorong tubuh Vyrlan.
" KAU !! " ucap Renia marah, mukanya merah padam. Ini kedua kalinya Vyrlan mengambil ciumannya walau singkat tapi itu cukup terasa di bibirnya.
" Jadilah pacarku " .
◇◇◇◇◇◇◇