Vyrlan berhasil membawa Renia tepat waktu. Kondisinya sudah stabil sekarang. Paman Danny juga berhasil menghubungi keluarganya. Ingin rasanya Vyrlan menunggu gadis itu sadar dan berpamitan secara langsung, tapi dia menahan diri takut hatinya benar-benar tenggelam dalam perasaan. Biarlah ini menjadi perasaan sesaat, batinnya.
" Apa tidak menunggu keluarganya datang dulu, tuan muda? " ucap Paman Danny berharap Tuan mudanya ini bertemu dengan Renia ketika sadar.
" Tidak paman, kejadian di masa lalu bakalan terulang kembali " ketus Vyrlan menusuk, membuat Paman Danny merasa bersalah karena selama ini dia menghalangi Vyrlan berhubungan dengan wanita pun demi bertemu dengan Renia. Sekarang masalahnya semakin runyam, Vyrlan malah tidak ingin berhungan dengan wanita pun.
" Tapi tuan ... ".
" Sudahlah Paman, aku harus segera kembali ke rumah atau tidak ibuku akan histeris lagi karena anaknya tidak ada di London dan kedapatan di rumah sakit ini " potong Vyrlan berlalu keluar menuju pintu keluar rumah sakit. Ia terpaksa membawa Renia ke salah satu cabang rumah sakit keluarganya dan berharap orang tuanya tidak mengetahui hal ini.
Disaat bersamaan Siska berjalan tergesa-gesa menuju resepsionis yang diikuti Nathan dari belakang.
" Pasien yang bernama Renia ada di ruangan mana ya mbak? " tanya Siska tersengal-sengal, wajah paniknya terlihat tak beraturan sama seperti napasnya. Tadi ketika mendapat telepon dari Paman Danny , Siska langsung saja meninggalkan kantornya tanpa peduli dengan meeting yang sedang berlangsung. Melihat kepanikan Siska, Nathan mempercepat meetingnya dan menyusul Siska yang menaiki taksi dari belakang. Beruntung Nathan dapat mengejar Siska tepat waktu.
" Di ruang Lili VIP no 9, lantai 3 " ucap Resepsionis tersebut.
" Terima kasih " ucap Siska.
Nathan menggenggam tangan Siska dan menuntunnya menuju lift. Siska terkejut karena Nathan berada di sampingnya sedetik kemudian Siska tersadar dengan meeting yang ditinggalkannya.
" Meetingnya? " ucap Siska bersalah.
" Jangan khawatir, pertemuannya baik-baik saja dan sudah selesai, yang terpenting sekarang kamu harus tenang, adikmu pasti baik-baik saja " ucap Nathan menenangkan.
" Aku berharap dia baik-baik saja " ucap Siska penuh harap.
Lift terbuka, lantai 3 ruang Lili VIP.
Siska menemukan ruang inap Renia, no. 9.
Siska membuka pintu dan mendapati Renia yang sudah sadar dan baru saja selesai diperiksa oleh dokter. Siska langsung menghampiri Renia dan memeluknya erat, hampir membuat Renia tercekik.
" Bagaimana dengan kondisi adik saya, dok? " tanya Nathan.
" Sudah tidak apa, hanya butuh istirahat dan besok sudah diperbolehkan pulang " ucap dokter tersebut dan pamit meninggalkan ruangan Renia.
" Kenapa bisa sampai di rawat, Re? " tanya Siska khawatir.
Renia berpikir sejenak, alasan apa yang ingin ia utarakan agar kakaknya ini tidak khawatir.
" Aa .. Aku kehujanan kak, sehabis diving terus drop ... dan untungnya agen perjalanannya membawaku kesini " ucap Renia seadanya dengan senyum tipis berharap kakaknya tidak berkomentar lagi.
" Sudah tahu nggak bisa lama-lama kena hujan masih juga ngeyel " ucap Siska marah yang dibuat-buat.
Renia cengengesan sembari menggaruk kepala belakangnya.
" Setidaknya dia sudah tidak apa kan, sayang " ucap Nathan duduk disisi ranjang Renia sembari mengelus kepala Siska lembut.
Renia melirik Siska dengan beribu pertanyaan di kepalanya, bukankah Siska tidak mau membalas perasaan kak Nathan, tapi sekarang kata 'sayang' itu apa maksudnya.
" Jangan memandangiku seperti itu, kamu tahu kan Nathan selalu memanggilku seperti itu " ucap Siska menjawab lirikan Renia.
" Tidak Renia, apa yang ada di dalam pikiranmu itu yang benar, aku berhasil menaklukkan hati kakakmu ini " ucap Nathan melirik usil Siska. Membuat Siska tersipu malu.
♡♡♡♡
" Masih sama seperti dua tahun yang lalu " gumam Vyrlan. Ia melangkah memasuki pekarangan mansion, aroma melati tercium jelas di balik hidungnya, pohon palem yang berjejer rapi di depan tembok pagar mansion dengan rumput halaman yang begitu menghijau. Halaman ini selalu rapi dan terawat.
" Tuan muda, anda kembali " seru Mang Maman di balik pagar tumbuhan dengan gunting rumput di tangannya.
" Lama tidak bertemu, Mang " sapa Vyrlan melambaikan tangannya. Ia berlalu meninggalkan Mang Maman yang masih berdiri memandangi punggung Vyrlan.
" Anakku " sambut Tania sembari menuruni anak tangga dengan anggunnya.
" Mama " ucap Vyrlan tersenyum memberikan pelukan pada ibunya, ia sangat merindukan ibunya hampir dua tahun ia tak bertemu dengan ibunya.
" Aku merindukanmu, Ma " ucap Vyrlan lembut.
" Aku juga sangat merindukanmu, anakku " ucap Tania semakin erat memeluk anaknya.
" Apakah cucuku ini juga merindukan Omanya? " sahut Oma Ratna yang baru saja keluar dari dapur.
Vyrlan menghampiri Oma Ratna dan melemparkan pelukannya pada wanita paruh baya itu.
" Sangat ... Sangat merindukan omelanmu, Oma " canda Vyrlan memeluk neneknya.
" Anak ini " ucap Oma menjewer kuping Vyrlan, membuat cucunya itu meringis kesakitan.
" Oma ... sakit " ucap Vyrlan mengelus kupingnya dan merajuk.
" Kamu itu ya, tetap aja pecicilan ".
" Akh, Oma ... jadi malu disanjung terus, aku naik ke atas dulu, kamarku sangat merindukanku " ucap Vyrlan pamitan.
Oma Ratna memandangi punggung cucunya dan melirik ke arah Paman Danny yang sedari tadi mematung di sebelahnya. (Kode keras lagi buat Paman Danny, Oma Ratna pasti merencanakan sesuatu lagi—hahahahhah)—( Authornya kesenangan lihat Paman Danny kesusahan).
♡♡♡♡
" Danny, dua hari lagi Crishtan akan balik, kita akan buat rencana buat dia bertemu dengan Renia " ucap Oma Ratna serius.
" Terus bagaimana dengan tuan Vyrlan, nyonya. Sepertinya tuan mulai tertarik dengan nona Renia " ucap Paman Danny serius.
Oma Ratna terdiam memikirkan ucapan Danny, kalau benar itu terjadi lalu bagaimana dengan Renia sendiri, lalu bagaimana dengan Crishtan ia tidak mau melukai cucu tertuanya itu. Kalau ia memutuskan memilih Renia untuk Vyrlan, apa itu adil untuk Crishtan?.
" Kita lakukan saja sesuai rencana awal " ucap Oma Ratna akhirnya.
◇◇◇◇