" Kamu yakin ke apartemen dulu, bukan pulang ke rumah " Vyrlan menatap Crishtan yang tengah sibuk mengeluarkan kopernya dari bagasi.
" Hari ini aku ingin istirahat dulu, besok baru bertemu Oma dan tante " jawab Crishtan, ia butuh istirahat dulu. Dua hari ini ia bekerja terlalu keras pada perusahaannya dan ia berhasil mengakuisisi dua perusahaan besar dan meningkatkan saham perusahaannya.
" Jangan beritahu Oma dengan kepulanganku hari ini dan satu lagi panggil aku kakak, aku lebih tua tiga tahun dari kamu " lanjutnya sembari melangkahkan kaki menuju lift.
Deg.
Vyrlan menggaruk kepala belakangnya yang tidak gatal, selama ini ia tidak pernah benar-benar memanggil Crishtan dengan sebutan hormat, kecuali acara formal keluarga itu pun hanya di depan Oma Ratna yang masih memegang teguh tradisi kuno.
" Hei, ayolah " protes Vyrlan berlari menyusul Crishtan yang masuk lift.
♡♡♡♡
Crishtan menatap pintu apartemennya, bertuliskan angka 203 B, apartemennya berdiri di atas bangunan berlantai 15 dan ia tepat berdiri di lantai 10, ia sengaja memilih lantai 10 agar tidak terlalu bising dengan market yang berada di lantai 1 dan 2.
Crishtan menekan tombol sandi pintu yang berada di bawah knop pintunya.
Klik.
Pintu terbuka, terpampang di matanya ruangan minimalis, yang memadukan warna hitam, putih dan abu-abu khas laki-laki. Perabotnya simpel, terdapat 1 kamar besar yang disekat dengan lemari pajang berisi kumpulan buku-buku. Satu dapur kecil, kamar mandi dan ruang makan yang bersebelahan dengan ruang tamu.
Asisten Rumah tangga, yang disewanya tiap hari datang untuk membersihkan apartemennya. Jadi nggak heran kalau apartemennya super bersih.
Crishtan meletakkan kopernya dekat sofa, ruang tamu. Ia menghempaskan tubuhnya sembari meletakkan tangannya di atas keningnya. Perjalanan ini menguras tenaganya ditambah sebelum keberangkatannya ia mesti menyelesaikan masalah perusahaannya di Sidney sebelum ia serahkan pada wakil direkturnya.
Liburan kali ini bukan sekedar memenuhi permintaan Oma Ratna agar ia mau meluangkan waktunya di Jakarta tetapi jauh dalam lubuk hatinya, ia punya misi tertentu.
Vyrlan mendekati sepupunya itu dan melihat laki-laki di depannya itu terlelap.
Vyrlan memutar balik badannya dan keluar, memberi ruang istirahat untuk sepupunya dan besok akan datang kembali menjemputnya menemui Oma.
♡♡♡♡
Renia berdiri di sebuah unit apartemen, hari ini seperti biasa ia bekerja paruh waktu. Renia lama berdiri di depan lift menunggu liftnya berhenti.
Ting.
Lift terbuka, beberapa orang keluar dari sana, setelah kosong Renia memasuki lift dan menekan tombol bertuliskan angka 10.
Ting. Lift terbuka.
Renia berdiri tepat di depan unit no. 203 B, setelah menekan kata sandi, Renia masuk ke dalam dan di lihatnya sudah ada sepatu nike putih tepat berada dekat rak sepatu.
Hari ini yang punya apartemen kembali setelah bertahun-tahun tidak kembali, tepatnya 3 tahun lalu ketika ia pertama kali bekerja paruh waktu di sini, sebelum ia bekerja di Sovie cake dan ia bekerja diam-diam tanpa sepengetahuan Sovie dan Bunda Indun.
Renia tahu ia butuh uang banyak untuk membantu kebutuhan Bunda Indun, sebagai baktinya terhadap orang tua angkatnya itu.
Dilihatnya tempat itu kosong, keadaannya masih sama seperti ditinggal kemarin sore.
Hari ini Renia ingin tahu apakah pemilik apartemen ini masih membutuhkan tenaganya agar ia tahu apa yang harus dilakukannya ketika di pecat nanti.
" Assalamualaikum, permisi " ucap Renia sembari mengedarkan pandangannya, semua terlihat kosong, baik dapur maupun ruang tamu.
" Apakah dia di kamar? Sebaiknya aku tunggu di sini saja". Renia menghempaskan tubuhnya di sofa ruang tamu, ia melirik jam di pergelangan tangan kirinya, menunjukkan pukul 18.30 WIB. Perasaan lelah menghampirinya, dari Bandara dan harus meladeni pelanggan yang cukup ramai datang hari ini dan sekarang ia harus datang kesini. Renia menguap, rasa lelah membuatnya kantuk. Tanpa sadar, Renia sudah merebahkan tubuhnya dan mengambil posisi ternyaman untuk tubuhnya.
Hanya hitungan detik Renia sudah terlelap dari tidurnya, ia begitu lelah dan mengantuk. Di saat yang bersamaan Crishtan keluar dari kamarnya jet lag-nya telah hilang berganti rasa lapar, ia ingat dengan kotak kue pemberian Renia tadi. Segera ia melangkah menuju lemari pendingin yang terletak di dapur minimalisnya namun langkahnya terhenti ketika sosok perempuan cantik yang selalu ada di hatinya terpampang nyata di matanya dan sedang terbaring di sofanya. Crishtan berpikir sejenak apa yang membawa Renia datang ke apartemennya, namun sedetik kemudian ia mengambil kesimpulan, selama ini Renia yang telah merawat dan membersihkan apartemennya.
" Selama ini ia begitu dekat denganku, mulai saat ini aku yang akan selalu menjagamu " batin Crishtan mantap.
" Perempuan ini, begitu mudahnya tidur, apa dia tidak punya rasa waspada sedikit pun " gumam Crishtan sembari mendekat ke sofa, ia melihat dengan jelas wajah cantik Renia yang begitu indah, bulu mata lentiknya dan bibirnya yang mungil berisi begitu seksi untuk dilihat dan menggoda iman.
Crishtan menarik napas dalam dan menghembuskannya dengan kasar, berusaha mengendalikan perasaannya. Ia ingin memiliki Renia dalam keadaan yang baik dan ingin gadisnya jatuh cinta padanya secara alami tanpa paksaan.
Crishtan duduk di atas meja tamu dan mencondongkan wajahnya pada Renia, dilihatnya wajah yang manis itu dalam-dalam, Crishtan tak mampu menyembunyikan rasa rindunya, tangan terulur ke depan dan membelai rambut tipis yang menutupi wajah Renia dengan lembut. Ingin rasanya ia memeluk dan mencium gadis itu namun pikiran warasnya menahan hasratnya.
Crishtan tak mampu menatap lama, dia segera berdiri dan berjalan ke kamarnya dan mengambil selimut untuk Renia. Setelah beberapa saat, Crishtan kembali ke kamar dengan sekotak kue pemberian Renia tadi. Ia belum siap untuk bertemu Renia hari ini.
♡♡♡♡♡
Setelah bertemu Crishtan, Vyrlan datang menemui teman lamanya sekedar mengobrol namun sebelum obrolan mereka berakhir, Vyrlan minta pamit untuk meninggalkan temannya itu. Ia sedikit bosan.
Sekarang ia berdiri tepat di depan mansionnya. Ia masih enggan untuk masuk, pikirannya tiba-tiba melayang pada sosok gadis yang berhasil mengaduk-aduk perasaannya, gadis yang hanya beberapa saat di temuinya di Pulau Seribu. Sebenarnya ia berharap bisa bertemu lagi, sekedar berdebat dan menggoda gadis itu.
Vyrlan tersenyum penuh makna, sebelum ia kembali ke rumah sakit ia harus berhasil bertemu dengan Renia dan langsung membawanya ke keluarganya, ia tidak mau gagal lagi. Sudah cukup Omanya menggagalkan hubungannya yang sebelumnya.
" Akh ... Apakah perasaan ini terpancing karena Crishtan ingin menikah. Sial " umpatnya sembari mengacak rambutnya, frustasi.
◇◇◇◇