Chereads / Pilihan ( I Love You) / Chapter 3 - Di Malam Itu □□

Chapter 3 - Di Malam Itu □□

" Bagaimana Danny " tanya Oma Ratna mengenai rencana mereka mempertemukan Renia dan Vyrlan di Pulau Sepa. Agar mereka tetap bersama Oma Ratna sengaja menyuruh para nelayan dan pemandu wisata untuk menjaga jarak dari pulau tersebut dengan alasan cucunya sedang berlibur.

" Semua berjalan sangat lancar , nyonya " jawab paman Danny di seberang sana.

" Baiklah, terima kasih Danny, aku berharap cucu-cucuku itu bisa saling jatuh cinta " ucap Oma Ratna puas, tapi disisi lain ia merasa bersalah kepada cucu tertuanya yang baru akan kembali seminggu lagi dari Sidney. Crishtan Hardiwaksono Mulyo. Oma Ratna terpaksa melakukan hal licik seperti ini ia tidak mau langsung menentukan jodoh cucunya buat Renia, cucu mantu pilihannya. Dengan cara seperti ini ia berharap salah satu cucunya jatuh cinta kepada Renia. Agar ia tidak merasa bersalah pada masa lalu dan janji keluarga yang sudah lama terikat.

Oma Ratna memiliki dua orang putri. Putri pertamanya Aninda Nasution yang menikah dengan keluarga Hardiwaksono, Mulyo Adi Hardiwaksono, seorang pengusaha elit yang memiliki banyak perusahaan di dalam dan luar negeri dan putri keduanya Tania Nasution yang menikah dengan seorang dokter bernama dr. Harry Sanjaya, pemilik salah satu rumah sakit terbaik di Jakarta. Kedua putrinya hanya memiliki satu anak laki-laki. Crishtan dan Vyrlan yang terpaut usia tiga tahun.

" Ibu, mari makan siang " ucap Tania menghampiri ibunya di taman belakang.

" Akh, iyah kebetulan Ibu audah lapar " ucap Oma Ratna senang.

Mmm ... kali ini Ibu punya rencana apalagi sepertinya beliau senang sekali, batin Tania berharap ibunya tidak berbuat sesuatu lagi. Terakhir kali dengan ekspresi ini, ibu meminta Vyrlan untuk melanjutkan pendidikan S2 nya dan bisa dibayangkan rencana ibu selalu berhasil dan baru-baru ini Ibu juga berhasil membujuk Crishtan untuk balik ke Indonesia karena selama tiga tahun ini kakak dan keluarganya tidak pernah balik ke Jakarta, hanya kami yang bergantian menemui mereka disana.

" Ayo, katanya mau mengajaj Ibu makan malah berdiri disana " tegur Oma Ratna membuyarkan pikiran anaknya.

" Akh, iya " ucap Tania segera menghampiri ibunya.

♡♡♡♡

" Jadi apa yang membawamu kesini, nona nakal " selidik Vyrlan curiga sembari mengamati Renia dari ujung kaki sampai atas kepala.

Merasa diawasi, Renia menjaga jarak dari Vyrlan. Ia tidak suka pandangan licik ini.

Kenapa disaat genting seperti ini harus bertemu dengan laki-laki ini, laki-laki sombong yang tak tahu sopan santun, andai dunia ini berakhir Renia berharap bukan laki-laki ini yang berada bersamanya.

" Ini kebetulan, kapal yang membawaku kesini pergi meninggalkan aku " jawab Renia jujur.

" Lalu " tanya Vyrlan tidak percaya dengan alasan Renia.

" Aku ingin mencari bantuan dengan mengelilingi pulau ini dan kebetulan melihat tendamu, berharap seseorang untuk menolongku kembali ke penginapan " jawab Renia meyakinkan.

Vyrlan mengamati Renia sesaat dan percaya dengan alasan Renia ini, tapi ia merasa sedikit aneh, kenapa bisa seorang gadis melakukan diving dan ditinggal instrukturnya di pulau ini.

" Lalu apa yang akan kamu lakukan disini? " tanya Renia sambik mengamati sekitar tenda Vyrlan.

" Menurut kamu, apakah aku terlihat seperti sorang nelayan yang sedang menunggu jaring ikannya terisi penuh " jawab Vyrlan ketus.

Renia kesal dengan penuturan Vyrlan ini, tapi ia mencoba untuk bersabar karena saat ini laki-laki inilah yang bisa yang ia andalkan.

" Sepertinya kamu tidak punya pilihan nona, selain menginap disini " ucap Vyrlan menyusun kayu bakar untuk membuat api unggun.

Bermalam. Disini. Dengan laki-laki ini, apakah benar-benar tidak ada kapal yang lewat, batin Renia cemas, ia tidak pernah berdua dengan laki-laki manapun apalagi dengan keadaan seperti ini.

" Tidak akan ada kapal yang berlayar sore ini kesini, percuma kalau menunggunya " ucap Vyrlan menebak isi hati Renia.

Dengan pasrah Renia terduduk lemas di tikar yang terhampar di dekatnya. Perjalanan yang begitu menyenangkan seketika berubah menjadi bencana dan ia harus berhadapan dengan laki-laki sombong ini berdua saja di pulau tak berpenghuni ini.

Vyrlan melirik Renia yang tampak shock dan senyum puas tersungging si bibirnya, ia tidak perlu repot untuk balas dendam pada gadis ini, karena ia sudah puas melihat penderitaan gadis yang ada di depannya ini.

Senja telah berganti malam.

Renia tak beranjak dari tempat duduknya. Angin malam menusuk kulitnya. Pakaian diving yang dikenakannya mulai terasa tidak nyaman dan membuat suhu tubuhnya dingin. Renia butuh baju kering yang hangat agar ia tidak terkena flu nantinya.

Tiba-tiba tangan Vyrlan menyodorkan pakaian ganti buat Renia. Renia menatapnya sesaat dan langsung meraihnya.

Ternyata laki-laki ini cukup pengertian, batinnya.

" Kamu ganti saja di dalam, aku hanya ada pakaian itu cukup untuk menghangatkan kamu " ucap Vyrlan memandangi Renia.

" Terima kasih " balas Renia sedikit menggigil kedinginan.

Renia segera masuk ke dalam dan mengganti pakaiannya. Tak berapa lama Renia keluar kembali dengan pakaian yang diberikan Vyrlan, ukurannya kebesaran dan celana santai yang dikenakan Renia cukup longgar tapi lumayan karena mengenakan pinggang karet jadi tidak kedodoran. Vyrlan memandangi Renia yang sedang berdiri di depan tenda dengan ekspresi kurang nyaman dengan pakaian yang dikenakannya.

" Terima kasih " ucap Renia lagi, tulus.

" Simpan saja terima kasihmu itu, suatu saat kamu harus membalasnya " ucap Vyrlan sekenanya.

Renia kesal dengan ucapan Vyrlan ini, andai waktu berputar balik, ia ingin kembali menarik kata- kata terima kasihnya dan bahkan tidak ingin berjumpa dengan laki-laki ini.

Vyrlan duduk diseberang Renia, sembari menghangatkan tubuhnya, cuaca malam ini sedikit berangin dan dingin. Ia baru selesai memasak mie instan.

" Nona kemarilah, aku tidak tahu kau suka atau tidak dengan ini tapi malam ini aku hanya bisa memasak mie instan ini, lumayan untuk mengganjal perut " ucap Vyrlan sembari memberi ruang pada Renia untuk duduk. Renia terpaksa menerima ajakan Vyrlan, mengingat perutnya yang terasa lapar karena terakhir kali diisi sebelum ia berangkat untuk diving.

Renia mengambil sumpit dari tangan Vyrlan dan mengambil penutup panci perebus mie tersebut dan tanpa basi-basi mengambil mie yang sudah memanggil-manggil dirinya untuk disantap.

Vyrlan memperhatikan Renia dengan saksama, gadis ini manis dan pemberani, jiwa berontaknya membuat Vyrlan penasaran dengan Renia.

" Kenapa tidak makan, apa aku mengganggu makan malammu. Kalau kamu ingin aku ganti rugi, setelah di penginapan nanti aku akan menggantinya " ucap Renia sembari menghabiskan sisa makanannya di mulut.

" Aku pegang kata-katamu " balas Vyrlan melanjutkan makannya.

Belum selesai mereka, menghabiskan makanannya, tiba-tiba hujan turun begitu cepatnya.

" Ayo cepat masuk ke dalam tenda " perintah Vyrlan buru-buru beranjak dari tempat duduknya.

Renia langsung mengikuti Vyrlan. Hujan seketika lebat. Untung saja tenda yang dimiliki Vyrlan termasuk tenda yang paling bagus dan mahal, kuat akan terpaan hujan dan badai.

Untung saja Paman Danny meninggikan letak tenda ini dengan memberikan panggung, kalau tidak mungkin lantainya sudah digenangi air, pikir Vyrlan.

Vyrlan menatap Renia yang terlihat ketakutan.

" Apa kamu takut, hujan? " tanya Vyrlan khawatir karena melihat Renia pucat.

Renia menganggukkan kepalanya, setiap kali hujan deras ia akan berlari ke dalam pelukan Siska dan bersembunyi dibalik pelukannya itu dan disaat seperti ini ia sangat butuh kehadiran Siska.

" Akh, sial gadis ini merepotkan sekali " gumam Vyrlan tapi tidak tega juga memakinya.

♡♡♡♡

Di sana, Siska masih berkutat di balik layar laptopnya menyelesaikan beberapa dokumen penting untuk persentase meeting Nathan untuk besok pagi.

Waktu menunjukkan pukul 20.30 WIB. Semua karyawan kantor sudah meninggalkan kantor jam 5 sore tadi, terakhir karyawan yang lembur baru saja berpamitan kepadanya.

Siska memijit pangkal hidungnya, capek melanda seluruh tubuhnya. Ia meregangkan badannya mengurangi rasa capeknya dan cukup efektif untuk meringankan letihnya.

Tiba-tiba Nathan memijit bahunya dari belakang, memberikan rasa nyaman luar biasa kepada Siska.

" Butuh bantuanku? " ucap Nathan lembut sembari menekan lembut kepala Siska dengan dagunya.

" Sedikit lagi juga selesai, Pak " jawab Siska menenangkan jantungnya yang berdetak tak karuan karena perlakuan lembut Nathan padanya.

" Sudah berapa kali aku bilang, sebut namaku " ucap Nathan kesal.

" Maaf Pak, ini masih lingkungan kantor, aku harus menghormatimu sama seperti karyawan yang lainnya dan bisakah kamu tidak menggangguku. Kamu menghambat pekerjaanku " urai Siska tenang.

" Apakah pekerjaan itu lebih penting daripada aku " ucap Nathan kesal.

" Begitulah " jawab Siska melanjutkan kembali pekerjaannya.

Nathan terdiam dan mengambil kursi yang berada di meja sebelah Siska, ia duduk sembari memperhatikan Siska melakukan pekerjaannya, ia tidak mengganggu lagi.

Lima menit kemudian.

" Akhirnya " ucap Siska lega, besok ia akan sedikit lebih santai dan tak perlu menghawatirkan meeting besok pagi.

" Sekarang boleh aku mengambil waktuku " goda Nathan memegang kursi Siska dan memutar menghadap dirinya.

" Aku mesti pulang sekarang, Bunda sendirian di rumah ".

Nathan tersenyum licik. Ia beranjak dari tempat duduknya dan mendekat ke arah Siska. Wajah mereka hanya berjarak beberapa 1 cm. Siska tersipu malu dan merundukkan pandangannya, menatap Nathan akan menggoyahkan pertahanannya.

Senyuman nakal tersungging di bibir Nathan. Ia memegang dagu Siska dan seketika mendekatkan bibirnya ke bibir Siska, Siska berusaha untuk menghindar tapi kali ini tidak bisa. Ia terperangkap di kursi sialan ini. Nathan sudah menduganya, ia semakin dalam mencium Siska, membuka perlahan bibir gadis itu dan membuat pertahanannya runtuh.

Nathan semakin melumat bibir Siska, Nathan menumpahkan rasa rindunya selama ini. Lima tahun ia memendam rasa itu tapi saat ini Nathan tak lagi menunjukkan kesabarannya, rasa rindunya menumpuk jadi satu di dalam ciumannya.

Siska tidak lagi berontak, hati dan pikirannya tak lagi selaras. Badannya mendorongnya untuk lebih dekat dengan Nathan. Bibirnya pasrah, ia bahkan membalas cumbuan itu.

Nathan tidak melewatkan kesempatan itu, Nathan meraih tangan Siska dan melingkarkan ke lehernya, ia mengangkat Siska ke dalam pelukannya dan membawa Siska duduk si meja kebesarannya.

" Jadilah milikku " bisik Nathan lembut.

Siska terdiam sesat dan tanpa sadar menganggukkan kepalanya mengiyakan bisikan Nathan.

Nathan kembali mencumbu Siska, kali ini bibirnya bergerak ke leher jenjang Siska membuat Siska mendesah halus, membangkitkan gairah Nathan.

Nathan langsung tersadar, cumbuannya terhenti. Di peluknya erat Siska dan memaki dirinya sendiri.

" Maafkan aku, sayang " ucap Nathan penuh penyesalan. Nathan memandangi wajah Siska yang tersipu malu, dikecupnya kening gadis itu dan merapikan kemeja yang dikenakan Siska.

" Aku antar pulang ya ".

Siska menganggukkan kepalanya, ia tidak bisa berkata-kata perasaannya campur aduk ingin rasanya ia pergi menghilang saat ini. Benteng yang selama lima tahun ini dibangunnya tiba-tiba roboh dalam sekejap.

◇◇◇◇