Chereads / Pilihan ( I Love You) / Chapter 2 - Perjalanan Impian

Chapter 2 - Perjalanan Impian

Renia meminta izin kepada Bunda Indun dan Siska teman sekamarnya sekaligus sahabat terbaiknya, Siska adalah anak dari sepupu Bunda. Siska tahu latar belakang Renia tapi ia tidak peduli walau Renia itu anak yang ditemukan oleh bibinya di depan pintu rumah tapi bagi Siska, Renia adalah adik sekaligus sahabat terbaiknya.

" Hati-hati di sana, kalau sudah sampai hubungi aku " ucap Siska dalam pelukan Renia.

" Iyah, cuma tiga hari kok " ucap Renia menenangkan.

" Okey, jangan lupa bawa oleh-oleh untukku nanti ".

" Okey, Sister " ucap Renia tersenyum dan pergi menuju kapal ferry yang akan membawa dia ke pulau Pelangi, pulau impian bagi Renia.

Setelah mengantarkan Renia pergi, tiba - tiba Siska dikejutkan oleh suara klakson mobil yang tepat berada di sampingnya.

Siska tersenyum manis, membuka pintu mobil tersebut dan mengambil posisi duduk.

" Sudah puas melihat kepergian adikmu? " ucap laki-laki yang berada di balik kemudi itu dengan lembut sembari mengelus lembut rambut Siska.

" Iyah, tapi tetap saja berat rasanya, ini pertama kalinya kami berjauhan " ucap Siska sedih.

" Sayang " ucap laki-laki itu sembari memeluk hangat Siska, laki-laki yang tiga tahun ini yang selalu berada di samping Siska. Dia adalah Nathan Hardiwaksono pemilik perusahaan properti yang terkenal, tempat dimana Siska bekwrja sebagai sekretarisnya.

Nathan mengecup bibir Siska, berharap itu bisa menenangkannya, namun sedetik itu juga Siska menarik jauh badannya.

" Nath, kenapa kamu begitu peduli kepadaku, aku selalu acuh kepadamu, aku tidak pernah benar-benar membalas perasaanmu " ucap Siska lirih penuh bersalah. Siska selalu berusaha menghindar walau hatinya berkata lain.

" Kamu selalu tahu apa jawabanku, dari lima tahun yang lalu tidak berubah, selamanya tidak berubah " ucap Nathan penuh keyakian.

Siska senang mendengarnya, perasaannya kepada Nathan juga tidak berubah. Tapi status mereka yang terlalu jauh, membuat Siska mundur. Ia tidak mau merusak hubungan Nathan dengan keluarganya karena semua orang di kantor tahu Nathan sudah memiliki tunangan. Biarlah seperti ini sampai Nathan sendiri bosan dengan perasaannya.

♡♡♡♡

Beberapa jam kemudian.

Renia akhirnya sampai di Pulau Pelangi, ia menginap di bungalow contage bougenville dengan pemandangan yang langsung menghadap ke pantai, memberikan pemandangan eksotis.

" Akh, ini sangat nyaman " ucap Renia menghempaskan tubuhnya ke tempat tidur yang begitu nyamannya.

" Oh iya, harus menghubungi Siska dan juga bunda " ucap Renia sembari meraba tasnya dan mengambil hanphonenya.

Nomor Siska dan Bunda Indun tidak ada uang mengangkatnya. Renia mencoba sekali lagi tapi tetap sama. Ia meletakkan kembali handphonnya dan mencobanya lagi nanti.

Setelah cukup beristirahat, Renia keluar untuk menghirup udara sore di tepi pantai. Laut yang begitu tenang, membuat Renia tidak sabar untuk melakukan diving besok.

Pandangan Renia jauh ke bibir pantai, ia melihat beberapa bocah asyik menikmati ombak dan sesekali mereka mencoba mendekati ombak. Mereka tampak begitu menikmatinya.

Senyuman manis terukir di wajah Renia, mengingat masa kecilnya bersama Bunda dan Siska walau tanpa orangtua kandung, Renia merasakan kebahagian memiliki keluarga yang utuh.

Tanpa tersadar pikiran Renia melayang ke masa lampau dimana ia bermain di pantai seperti bocah-bocah itu, tanpa sadar ia berjalan dan menabrak seseorang dan membuatnya sama-sama jatuh dan terduduk.

Renia terdiam sesaat dan melihat ke arah orang yang bertabrakan dengannya, seorang laki-laki tinggi dengan badan bagus yang memikat. Renia menggelengkan kepalanya, ini bukan waktunya untuk mengagumi orang ini.

Renia mengambil posisi duduk yang nyaman dan melotot tajam kepada laki-laki itu.

" Hei, kamu seharusnya lihat-lihat dong kalo jalan " omel Renia duluan agar ia tidak dicaci oleh pria di depannya ini.

Laki-laki itu berdiri tanpa berkata apa-apa, setelah membersihkan dirinya dari pasir. Ia melangkah mundur dan berbalik tidak ingin berdebat bahkan sedetik pun. Ia tidak mau merusak liburannya yang hanya beberapa hari ini. Yah, Vyrlan tidak ingin memulai masalah walau ini bukan tipikalnya yang mau mengalah.

" Hei, kamu jangan pergi. Minta maaf, jangan seenaknya begitu " teriak Renia kesal.

Vyrlan tetap melangkah pergi tanpa peduli dengan teriakan Renia.

" Awas kamu yah " Renia terdiam sesaat dan melihat sekitarnya dengan senyuman licik, ia menduduk dan mengambil pasir pantai yang basah dan membuatnya seperti bola dan (sesuai dugaan) itu digunakan untuk melepar Vyrlan.

Buuk ...

Bola pasir tersebut tepat sasaran, punggung lebar Vyrlan kena lemparan Renia membuat langkah Vyrlan terhenti.

" Gadis sial, cari mati kamu " gumam Vyrlan berbalik menghampiri Renia yang terlihat puas karena berhasil membuat Vyrlan kembali.

Vyrlan membuka kacamata hitamnya, sorot mata yang tajam dan bibir seksinya tidak lagi sedatar tadi ini lebih kepada amarahnya yang tertahan tadi. Vyrlan mendekat ke Renia dan menggenggam pergelangan Renia, wajah mereka bertemu hanya dwngan jarak beberapa centi.

Renia yang rasa percaya dirinya yang tinggi, langsung terdiam tak bergeming melihat ekspresi Vyrlan yang tak bisa Renia bayangkan.

" Dimana letak keberanian tadi, nona " ucap Vyrlan sinis.

Renia terpaku sesaat, Laki-laki di depannya ini tinggi dengan bahu bidang yang gagah, wajahnya yang tegas dan suara beratnya ditambah sorotan tajam matanya yang indah, benar-benar visual yang sempurna.

Renia menggelengkan kepalanya, ini bukan saatnya untuk mengagumi laki-laki yang ada dihadapannya ini.

" Se .. Seharusnya kamu minta maaf padaku " ucap Renia akhirnya setelah mengumpulkan keberanian. Tapi tatapan laki-laki di depannya ini tetap saja membuat keberaniannya tadi hilang separuhnya.

Vyrlan tersenyum pahit.

" Kau ingin menggodaku, nona " tatap Vyrlan percaya diri.

Sial. Bagaimana laki-laki ini begitu percaya dirinya. Aku akui dia laki-laki tampan, pandangan pertama pasti akan membuat wanita manapun jatuh cinta padanya, tapi tidak denganku. Aku Renia bukan wanita yang mudah jatuh hati pada laki-laki di depan ini.

" Jangan mimpi " ucap Renia pasti dan seketika menginjak kaki Vyrlan sekuat tenaga, membuat Vyrlan melepas genggamannya dan memberi kesempatan Renia untuk kabur sebelum Vyrlan menghabisinya disana.

" HEI, PRIA DINGIN RASAKAN ITU " teriak Renia sembari menjulurkan lidahnya, mengejek Vyrlan yang tampak kesal.

" Sial, beraninya kabur dari genggamanku. Kita lihat saja nanti kalau bertemu lagi kau tidak aku ampuni " ucap Vyrlan kesal dan cepat beranjak dari pantai yang membuat moodnya hilang seketika untuk menikmati sunset.

♡♡♡♡

Hari ini Renia akan melakukan diving, cuaca hari ini cukup bersahabat pas sekali untuk melakukan diving. Renia sudah bersiap-siap dengan peralatan divingnya.

Dengan aba-aba dari instruktur Renia bersiap-siap untuk menyelam.

" Nona waktu ada untuk diving sekitar 45 menit, setelah itu anda harus kembali ke atas " intruksi sang instruktur.

" Baik pak " senyum Renia tidak sabar untuk menikmati pemandangan di dalam sana, ia sudah biasa ikut diving ditambah lagi arus air laut begitu tenang dan tidak terlalu dalam membuatnya tidak butuh bantuan instruktur.

Sementara itu disisi lain, Vyrlan menikmati pelayarannya menuju pulau Sepa untuk menikmati kemah secara pribadi, Vyrlan membooking satu pulau itu untuk menikmati privasinya.

Paman Danny telah selesai mendirikan tenda buat Vyrlan.

" Paman, kalau sudah selesai anda boleh meninggalkan saya sendirian disini, besok jemput saya pukul tiga sore disini " ucapnya sembari membereskan peralatan kebutuhannya.

" Baiklah tuan muda, kalau begitu saya pamit " ucapnya mengundurkan diri.

Paman Danny kembali ke atas ferry dan menghubungi orang yang bersama dengan Renia.

" Baik tuan, saya akan mengarahkan nona ini ke pulau Sepa " ucap instrukstur di seberang sana.

Paman Danny menutup telponnya dan segera pergi meninggalkan pulau Sepa.

Sementara itu, Renia sudah kembali ke atas, ia sangat puas dengan pemandangan di bawah laut tadi.

" Nona, kita akan menepi sebentar ke Pulau Sepa itu, peralatan diving kami kemarin sempat tertinggal disana dan mumpung kita berada dekat dengan pulau itu, lebih baik aku mengambilnya kesana " ucap instruktur itu mencari alasan agar Renia bisa tinggal disana sesuai perintah Paman Danny.

" Baiklah pak, terserah anda saja " ucap Renia tanpa menaruh curiga sedikit pun.

Akhirnya mereka merapat di balik pulau tempat Vyrlan mendirikan tenda.

" Nona tunggu sebentar, saya pergi kesana dulu, kalau nona bosan diatas silahkan turun dulu dan melihat-lihat " ucap instruktur itu penuh siasat.

Renia pun memutuskan untuk turun dan berkeliling sebentar mumpung sudah turun pikirnya.

" Pak bolehkah saya berkeliling sebentar " pinta Renia yang disambut sangat baik oleh Instruktur tersebut.

Dengan perlahan Renia menyusuri tepi pantai.

" Pantai di pulau ini sangat bersih, sayang sekali handphone ku tinggal di kapal " ucap Renia berbalik untuk mengambil handphonenya. Tapi sayang, kapal yang ditumpanginya tadi tidak lagi berada disana. Renia mengalihkan pandangannya ke laut lepas dan terlihat kapal tadi audah berada jauh disana.

" PAAKKK !! " teriak Renia berharap suaranya masih terdengar disana.

" Bagaimana ini, apa yang harus ku lakukan di pulau tak berpenghuni ini dan aku tidak sempat berganti pakaian tadi, Sial " umpatnya putus asa berharap ada yang menyelamatinya.

Renia mencoba mencari pertolongan, ia berharap ada orang berada di pulau ini.

Setengah perjalanan sudah Renia menyusuri pulau ini dan tak ada tanda kehidupan di dalamnya ketika keputus asaan menghampirinya, Renia melihat sebuah tenda berdiri kokoh di ujung penglihatannya, tanpa pikir panjang Renia berlari menghampiri tenda tersebut.

Renia sekarang tepat berdiri di depan tenda tersebut dan melihat sekitar tidak ada tanda-tanda keberadaan manusia. Ketika mencoba membuka pintu tenda, seseorang nongol dari dalam.

Seorang laki-laki keluar dari tenda tersebut dan dia adalah Vyrlan.

Renia terkesiap.

" Kamu " ucap mereka serempak.

♡♡♡♡