Bersinarlah Matahari Pagi
Bersinarlah di tanah Kapadokya
Biarlah tanah ini mendapatkan anugerah dan belas kasihan-Mu
Sang Penguasa Surga bebaskanlah kami, Tebuslah kami
Dalam cinta-Mu, budak celaka ini
'Tuan, hukumlah aku sama seperti Engkau menghukumnya.' Diana memegang tangan Aruna dan berlutut menghadap Sang Pencipta.
'Tangan ini pernah menolong Diana saat serigala itu hendak menerkam dan mencabik-cabik Diana saat di hutan belantara itu.' Diana menangis berlutut dan memohon kepada Tuannya Sang Pencipta langit dan bumi.
'Jika hukuman pukulan dan pengusiran buat Aruna, biarlah hukuman itu kami tanggung bersama.' Diana meneruskan perkataannya.
'Tidak !' Kata Sang Penguasa langit dan bumi. 'Kalian harus berpisah, Diana tetap harus pergi bersama dengan seluruh Jerusalem menuju ke kota yang hendak kita tuju.
'Aruna, -Kapadokya. Hukumanmu tidak jadi ditanggungkan kepadamu. Kamu harus tetap di kota ini untuk mengusahakan tanah yang ada di sini. Lalu jangan sekalipun kalian saling berhubungan satu sama lain lewat apapun.' Hukuman dari Sang Pencipta sangat ringan kali itu.
'Diana, tanggalkan anting-anting itu. Lalu pergi dan persembahkanlah ke dalam api. Kamu milikku dan bukan budaknya.' Sang penguasa surga sudah bertitah. 'Kapadokya, kembalilah ke menara dan kerjakanlah seluruh hukumanmu.'
'Diana…' Aruna tersenyum ke arah Diana dan membiarkan penjaga menarik tangannya untuk melepaskan pegangan tangannya di Diana dan membawanya kembali ke menara. 'Teman.' bisiknya sebelum Aruna menghilang di balik pintu menara.
'Aruna…' Diana mendesah sambil menunduk dan menghapus air matanya.