Chereads / Kapadokya / Chapter 22 - Agatha Chapel

Chapter 22 - Agatha Chapel

Sepasang mata memandang

Sepasang hati jatuh cinta

Sepasang merpati siap terbang jauh

Mencari tempat untuk menjauhi sang ular pemangsa

Kembali mobil Verona Diana melaju kencang melintasi jalan - jalan protokol kota, dan rambu-rambu lalu lintas hampir dilanggarnya kembali demi beberapa detik lampu merah. Mobil Diana lalu memasuki halaman sekolah dimana Oswald dan kapel tersebut berada.

Gerbang dan pintu sekolah yang terbuka membuat Diana dengan mudah masuk dan langsung menuju ke kapel yang ada di sebelah taman di tengah-tengah sekolah tersebut. Seperti setengah berlari Diana langsung menuju ke kapel tersebut. Liburan sekolah yang cukup lama membuat suasana sekolah tersebut menjadi sunyi dan lengang.

Kembali pintu kapel yang terbuka itu membuat Diana dengan leluasa langsung masuk ke kapelnya dengan sebelumnya membuat tanda salib di tangannya Diana memasuki kapel itu.

'Oswald.' bisik Diana saat Diana melihat dua sosok manusia sedang berlutut dan berdoa di dalam kapel itu. Lanjutnya 'Catherine.'

Ternyata keduanya adalah Oswald dan Catherine, mereka sedang berlutut dan berdoa di dalam kapel tersebut.

Diana terduduk lalu mulai berdoa dengan sendirinya. 'Semoga tidak ada apa-apa.' Diana berdoa dan setelah selesai berdoa dia menunggu keduanya di luar kapel.

Berkali-kali diusapnya mukanya dengan tangannya sambil berjalan hilir mudik di sekitar kapel. Terasa lama sekali penantian itu buat Diana.

'Apa yang mereka doakan ? Mengapa lama sekali.' desah Diana sangat gelisah.

Diana lalu duduk di kursi yang ada di taman di tengah-tengah kapel tersebut sambil mulai mengeluarkan alat bantu dengarnya dan laptop portabelnya.

Monitoring ketat harus dijalankan sejak hari ini juga.

'Diana… , Alfa Satu masuk.' Suara terdengar di alat bantu dengar Diana yang dipakainya.

'Lanjut, Alfa.' jawab Diana pelan.

'Diana, Matahari akan datang akhir bulan ini ke kota kita.' Lanjut Alfa Satu, 'Semua anggota harus dan akan disiapkan untuk Siaga Satu dari pos masing-masing. Al Sayyaf mungkin akan mempercepat penyerangannya. Ada dua sasaran yang hendak dia tetapkan sebagai target. Matahari dan Ishtar. Kami belum tahu siapa Isthar yang dimaksudkan. Kami tetap akan menjaga dengan ketat pergerakan Matahari. Isthar kami harap kamu mencari tahu informasinya. Alfa End.'

'Alfa …' Diana memanggil Alfa lewat mikrofon alat bantu dengarnya tapi sepertinya Alfa sudah menghentikan transmisinya. Memang benar tidak boleh terlalu lama mereka melakukan kontak transmisi frekuensi karena akan diketahui oleh yang pengagum komunikasi frekuensi.

Diana mematikan mikrofone yang digunakannya. 'Aku tahu siapa Ishtar itu, Alfa. Dia Catherine. Mereka mau menobatkan dia menjadi Ratu akhir tahun ini.' kata Diana dalam hati, hatinya yang berdebar-debar dengan keras seperti hendak berlari keluar dari dalam dadanya.

'Diana…' mendadak terdengar suara Catherine yang menepuk pundak Diana. 'Sedang apa disini sendirian. Masakan kerja disini juga sih Diana,' Catherine yang melihat Diana membuka aplikasi di laptop portabelnya meringis melihat supervisornya tersebut masih saja bekerja dimanapun dia berada.

Diana hanya tersenyum dan memasukkan peralatan alat bantu dengarnya yang serupa dengan earphone biasa dan laptopnya ke dalam tasnya. 'Ah ngga kok Catherine, cuman dengerin musik aja. Habis kalian lama sekali tadi di dalam, berdoanya panjang sekali ya', lanjut Diana menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.

'Iya Diana, tadi aku dan Oswald berdoa. Kami mendoakan mama yang sedang sakit di Australia. Kemungkinan nanti mama akan dioperasi malam ini.' Sahut Catherine sambil duduk di sebelah Diana. 'Tadi aku sangat gelisah dan kuatir sekali, karena mama sudah divonis mengidap kanker stadium terakhir. Untung ada Oswald yang mau berdoa bersama-sama. Bukankah kalau ada satu atau dua yang berdoa dan menyebut nama-NYA, DIA akan hadir. Jadi kami berdoa bersama-sama.'

'Oh, jadi mama kamu nanti malam akan dioperasi ya ? Semoga lancar dan berhasil operasinya ya Catherine. Nanti saya juga akan doakan. Walaupun saya jarang berdoa, tapi untuk kalian bertiga saya akan coba untuk mulai berdoa kembali.'

Setelah bercakap-cakap beberapa lama dengan Oswald dan Catherine, Diana meninggalkan sekolah tersebut. Sepertinya waktunya tidak tepat untuk membicarakan masalah pekerjaan di saat-saat seperti ini.

Dan mobil Verona itu pun kembali melintasi jalan-jalan protokol kota. Diana yang mengemudi dengan tidak tenang sedikit lengah sewaktu melintasi perempatan lampu merah.

Dan…. 'BRAKKKKK ….'

Kecelakaan itu pun terjadi.