Chereads / Kapadokya / Chapter 21 - Tarantula

Chapter 21 - Tarantula

Laba-laba terbesar Asia itu mulai bergerak

Rasa lapar di tubuhnya membuatnya murka

Jaring laba-laba beracun sudah ditebarkan dari ujung hingga ujung

Dan dia bersiap untuk mencari pasangannya

'Sebentar lagi Natal, kita harus bersiap Diana.' Aruna mengambil telepon genggamnya memutar sebuah nomor dan menunggu untuk diangkat di ujung jalur teleponnya.

'Halo.' sebuah suara wanita terdengar di ujung teleponnya.

'Diana.' seru Aruna.

'Ya, ini dengan siapa ?' tanya Diana di ujung telepon di sana.

'Aruna.' jawab Aruna singkat.

'Hmm. Ada apa Aruna ?' nada suara Diana berubah menjadi dingin dan siaga.

'Tarantula tiga bersiap untuk mencari pasangannya. Dia sudah siap mau kawin enam bulan ke depan. Bersiaplah.' jawab Aruna singkat dan penuh kekuatiran akan keselamatan Diana.

'Tarantula merah ?' tanya Diana dan nada kecemasan mulai merambat di suara Diana yang terdengar di ujung telepon.

'Bukan. Kuning hitam.' Aruna menjawab Diana pelan.

'Sial.' Diana mengumpat di ujung teleponnya.

Klik. Bunyi HP dimatikan terdengar di teleponnya.

Tarantula kuning hitam akan membuat masalah di kotanya akhir tahun ini. Walaupun Tarantula kuning hitam ini tidak terlalu beracun dan berbahaya dari segi serangan karena biasanya mereka hanya melakukan serangan fisik ke bangunan dan bukan serangan personal.

Tarantula merah pernah menyerang Jakarta dua puluh tahun yang lalu dan itu sangat mengerikan. Gerakannya masif dan terencana. Seperti tarantula Brazil, Tarantula merah ini sangat agresif terutama jika berjenis kelamin laki-laki. Racun yang memasuki tubuh seorang laki-laki akan menyebabkan seorang pria dapat membuat pria mengalami ereksi. Dan ereksi tersebut dapat berlangsung dalam waktu berjam-jam dan sangat menyakitkan.

Tarantula kuning hitam hanya akan menyerang infrastruktur dan tidak akan menyentuh tubuh seorang manusia perempuan. Tapi biasanya skala eksplosif bomnya relatif besar. Satu gedung Sabuga bisa runtuh rata dengan tanah hanya dengan ⅛ jenis bom yang biasa mereka pakai.

Dan enam bulan ini waktu efektif mereka untuk mempersiapkan rencana dan amunisinya. Biasanya mereka menggunakan teroris lokal untuk melaksanakan rencananya. Dan mereka akan mencari ratu laba-laba untuk diangkat menjadi Ratu mereka atau dibunuh jika tidak mau bergabung. Karena biasanya tarantula betina akan membunuh pejantannya setelah mereka melakukan ritual musim kawin.

Dan Diana tahu siapa yang menjadi target sasaran mereka.

Jaringan mereka sebenarnya indah dan eksotik sekali seperti warna tarantula Haplopelma Dorie dengan bulu-bulu halus dan warna yang sangat menggairahkan. Loyalitas mereka sangat perlu diacungi jempol. Sayang mereka sangat ganas dan buas, andai saja mereka bisa dijinakan dan racunnya bisa ditawarkan maka mereka bisa menjadi agen yang sangat efektif.

Biasanya mereka sudah diperlengkapi dengan ilmu-ilmu batin sehingga dapat mempengaruhi orang dengan mudah. Mereka bisa berkomunikasi hanya dengan sedikit kata-kata dan setiap anggota mereka sudah mengerti apa yang harus mereka lakukan.

Mereka bisa membuat realitas baru di pikiran orang-orang yang hendak mereka pengaruhi.

Mereka dapat membuat seseorang mengambil keputusan - keputusan yang sebenarnya bertentangan dengan hati nurani orang itu. Hasilnya orang tersebut bisa gila, mati atau malah menjadi kuat dan memunculkan kelebihan di dalam dirinya.

'I love you, I love you, I love you….' Ringtone HP Diana berbunyi kembali untuk yang kedua kalinya. Kali ini Diana langsung tahu siapa yang meneleponnya.

'Michael …' sapa Diana dari speaker telepon genggamnya.

'Hmm Diana, dia sudah cerita bukan ?' tanya Michael sambil menghela nafas panjang yang sangat terdengar di telepon genggam Diana.

'Sudah.' jawab Diana singkat. Diana sudah tahu bahwa yang dimaksud Michael adalah Aruna.

'Berhati-hatilah, waspadalah dan tetap berlaku ramah kepada setiap orang apalagi yang berbeda penampilannya dengan dirimu. Kamu tahu maksud saya kan Diana ?' suara Michael terdengar tegas dan sangat menuntut.

'Saya mengerti, Jenderal.' jawab Diana serius.

'Kali ini saya butuh kamu sekali lagi untuk menjalankan sebuah misi. Semoga misi ini berhasil dan dapat mencegah serangan akhir tahun ini terjadi.' kembali terdengar suara Michael yang bergetar karena kekuatirannya yang dalam akan keselamatan Diana. 'Sebelumnya saya minta maaf atas kejadian kamu dan Aruna sepuluh tahun yang lalu.'

Lanjutnya, 'Kali ini saya berjanji tidak akan ada anggota yang akan mengganggumu secara fisik.'

Diana hanya terdiam sambil terus mendengarkan instruksi yang disampaikan oleh Michael. Hingga setelah 40 menit Michael menjelaskan hal-hal apa saja yang Diana harus lakukan maka Michael menyelesaikan percakapan tersebut.

'Diana, Delilah …., hati-hati.' suara terakhir Michael tersebut terdengar sebelum dia mengakhiri percakapan di telepon genggam tersebut. 'Saya sangat mencintaimu.'

Dan telepon itu terputus sebelum Diana sempat menyampaikan satu katapun.

Diana lalu mengambil kursinya, duduk dan menghela nafas yang sangat panjang lalu mulai mengambil peralatan kerjanya seperti biasa, alat bantu dengar, laptop dan secangkir kopi hitam.

Pekerjaan yang sangat besar akan segera dilakukan.

Sebuah strategi sedang disiapkan.

Dan atas nama cinta semua akan dijalankan.

Mendadak Diana tersadar dan terkesiap, bukan dia target serangan mereka. Target serangan mereka adalah Catherine. Gadis itu sama dengan dia, bulu kuduk Diana langsung meremang. Gadis muda itu, jangan sampai terjadi seperti dirinya sepuluh tahun yang lalu. Gadis muda itu harus diberi tahu, mereka tidak akan berani menyerang Delilah.

Bukan Mary Magdalene yang akan menjadi korban, Mary Magdalene sudah berlalu.

Mereka akan mulai dari awal lagi, Eva dan Adam.

Catherine dan Oswald.

'Sial. Terkutuklah mereka !' Diana mengumpat lalu meletakkan peralatan kerjanya dan langsung menuju ke mobilnya dan memacu kendaraannya dengan cepat menuju ke Kapel Agatha.

'Sial mereka sudah tahu.' Kembali terdengar sumpah serapah dari mulut Diana. 'Semoga belum terlambat.'