Rindu itu bukan kamu
Cinta itu juga bukan kamu
Tapi mengapa hati selalu sendu
Jika tiada kamu di sekeliling ruang dan pintu
'Diana.., ada apa ?' tanya Aska sambil terkejut melihat perubahan di raut wajah Diana.
'Surat ini, Aska…' kata Diana sambil mengulurkan kertas ditangannya.
'Aska..., aku harus bagaimana?' tanya Diana sambil menghela nafas yang cukup panjang.
'Dari siapa ?' tanya Aska. 'Lagian kamu kan belum menikah kenapa pusing.'
'Aska…., saya sudah menikah.' Diana berkata lirih. 'Saya masuk di organisasi dengan menulis status 'SINGLE'.
'Lalu darimana mereka tahu semua tentang status kamu ?' tanya Aska sambil ikut duduk di sebelah Diana.
'Saya tidak tahu. Sepertinya posisi saya akan digantikan oleh Catherine kalau mereka tahu tentang status saya.' jawab Diana. 'Saya tidak mau keluar dan mengundurkan diri dari organisasi ini, saya sangat betah berada disini.'
'Kapadokya sudah seperti rumah kedua saya setelah Jerusalem.' Mata Diana mulai berkaca-kaca dan titik-titik air matanya mulai membasahi sudut-sudut matanya.
'Ah nggalah Diana, semua memang sedang ditarik kok. Tenang aja. Itu surat tidak usah dipikirkan. Pulang yuk.' Aska lalu berdiri dan menarik tangan Diana untuk pulang sore itu. Kebetulan semua pekerjaan sudah diselesaikan dan tidak ada lagi tugas-tugas yang harus dikerjakan.
Aska adalah teman Diana sejak mereka masuk ke Kapadokya. Disanalah pertemanan itu tumbuh. Perbedaan usia yang cukup jauh antara Aska dan Diana tidak membuat hubungan mereka menjadi kaku dan renggang tapi sebaiknya hubungan mereka sangat dekat namun tidak berbau relasi yang diluar pekerjaan karena mereka saling mengerti perbedaan usia di antara mereka.
Aska yang selalu mengerti Diana dan selalu ada buat Diana, dalam setiap momen yang sangat penting dan genting Aska selalu ada di sana.
Keheningan mendadak turun di antara mereka dan hanya suara sepatu yang menuruni anak-anak tangga. Memang mereka sengaja tidak turun lewat lift tapi menuruni anak-anak tangga yang cukup banyak.
Lantai yang sudah mulai sepi menjadi teman mereka dalam menuruni tangga-tangga pintu darurat.
'Aska, menurut kamu gimana Catherine ?' tanya Diana berusaha memecah keheningan diantara mereka.
'Cantik.' jawab Aska singkat.
'Cuman itu saja, kok pelit amat jawabnya?' Diana membeliakkan mata tidak percaya.
'Ada lanjutannya sih, tapi kamu pasti kurang suka dengarnya.' Jawab Aska sambil tersenyum-senyum.
'Apa itu..Hehehe.' Diana tertawa-tawa sambil penasaran. Rasa sedih dan kesalnya atas surat yang diterimanya siang ini tidak lagi mengganggu perasaan hatinya. Aska memang temannya yang paling baik dan penuh pengertian.
'Cantik kamu.., tapi 15 tahun yang lalu …. Hahaha..' Aska tertawa sambil berlari menuruni tangga.
'Hahaha… kamu jahat …' jawab Diana tertawa.
'Aska, tunggu…' Diana menarik tangan Aska. Kali ini dengan sangat serius. 'Menurut kamu bagaimana dengan Oswald ?'
'Huh, Pastor itu ? Aku heran kamu bisa suka sama dia…' jawab Aska sambil mendengus tanpa mengeluarkan ingus.
'Memang kenapa ?' tanya Diana penasaran.
'Cakep juga tidak, mendingan juga aku…' Jawab Aska sambil tertawa.
'Hahaha… kamu ge-er amat sih.' Diana tertawa menutup mulutnya dengan saputangan putih renda merah muda yang selalu dibawanya.
'Habis kakak nanyanya aneh-aneh.. masakan menanyakan tentang pria terhadap pria sih.. Ya pasti jawabannya begitu.' Jawab Aska memandang wajah Diana.
'Ih kamu ngapain memandangin gitu.' Tak terasa pipi Diana memerah dipandangi Aska begitu rupa.
'Kalau menurut Kakak, kenapa Kakak suka sama Oswald ?' tanya Aska terus terang.
'Kenapa kok sekarang panggil Kakak, biasanya juga panggil Diana aja.' jawab Diana sambil mempercepat langkah kakinya.
'Diana, serius kenapa kamu suka sama dia ?' Aska menarik tangan Diana di anak tangga terakhir.
'Ngga ada, siapa juga suka sama Oswald… Hahaha.' Diana lalu berlari melewati pintu dan masuk ke mobilnya terparkir di halaman gedung itu.
Aska yang terkejut melihat Diana berlari lalu ikut mempercepat langkahnya dan berlari menyusul Diana.
'Kakak, ikut ….' kata Aska sambil mengetuk-ngetuk pintu mobil dan meminta-minta Diana supaya bisa ikut mobilnya.
Diana lalu menurunkan jendela di mobilnya dan menjawab, 'Boleh, asal tidak nanya-nanya tentang Oswald ya …' jawab Diana tersenyum simpul.
'Siap kakak….' Dan Aska membuka pintu mobil lalu masuk dan duduk di sebelah Diana.