Tiga rangkap dua baris catur sudah dipasang di papannya
Satu rangkap untuk jalan aku
Satu rangkap untuk jalan kamu dan
Satu rangkap lagi untuk jalan dia
Sayang benteng-benteng musuh terlalu kuat dan
Kudanya terlalu lincah
Menteri kami terdesak dan gajah sudah merentang tangan
Melindungi raja sekuat tenaganya
'Aska, kali ini aku tidak akan bisa meloloskan diri lagi, mereka akan datang dan menangkap aku untuk kedua kalinya.' Diana menarik nafas panjang lalu memandang Aska yang ada di depannya. 'Tolong bantu Catherine, dia masih sangat muda. Dan jangan biarkan dia menggoda Oswald. Bukankah dia sangat cantik, lebih baik kamu saja yang menggoda dia, Aska.' lanjut Diana.
Diana menelangkupkan kedua tangannya diatas meja dan membenamkan kepalanya di dalam kedua lengannya yang ada di meja itu, sambil berbisik lirih, 'Jenderal jangan ….'
Aska memegang pundak Diana yang sedang menyembunyikan kepalanya ke dalam lengannya tersebut.
'Kakak, ada apa ?' tanya Aska duduk didepan meja dimana dimana Diana terdiam beberapa saat.
'Dia pasti datang, Aska.' Diana memandang Aska dengan putus asa. 'Dia pasti datang, sebentar lagi waktunya dia pasti datang.'
'Siapa kakak ? Siapa yang pasti datang ?' tanya Aska kebingungan.
'Teroris Asia Tenggara sudah mulai masuk sebentar lagi.' Diana mulai sangat berputus asa. 'Dan mereka pasti akan mencari anggota kita.'
'Siapa dia kakak ?' tanya Aska yang melihat Diana sangat pucat dan ketakutan.
'Sudahlah, tolong jaga Catherine dan ajarin dia. Dia masih sangat muda. Okay, Aska.' Diana memaksakan tersenyum dan berdiri sambil memukul pundak Aska memberikan semangat.
Permainan catur sudah dijalankan dan bidak-bidaknya sudah mulai merangsek masuk ke pertahanan Kapadokya.
'Alfa, kamu dimana ?' Diana menggumam sambil meremas kertas yang ada di atas mejanya.
'Alfa….'
Sudah seharian tidak ada sinyal masuk.
Diana hanya bisa memandangi laptop kerjanya sambil mencoba mendengarkan setiap sinyal yang masuk ke perangkat dengarnya tapi sama sekali tidak ada tanda-tanda sinyal yang dicarinya dan ditunggunya masuk ke radar pendengarannya.
Beberapa kali frekuensi dengar sudah dirubah-rubahnya tetap saja sinyal Alfa mereka tidak juga masuk ke dalam radar dengar tersebut.
'Alfa…, kamu dimana?'
Suara lagu itu mendadak mengisi ruangan Diana. 'Alfa….' Diana memutar tubuhnya melihat ke seluruh ruangan namun tidak ada apapun disana hanya speaker ruangan saja yang mengeluarkan suara lagu karena waktu kerja sudah menunjukkan saatnya jam shift pergantian dilakukan.
'Diana, diam. Tetap pakai perangkat dengar kamu.'
'Alfa….' lirih Diana tidak berani berkata-kata.
'Kami baik-baik saja, semua sudah ada di dalam posisi dan sudah siap untuk menunggu masuknya teroris utama ke kota kita. Jangan takut dan jangan panik, semua dibawah kendali. Alfa End.'
'Alfa….' ulang lirih Diana tidak berani berkata-kata.
'662-711, dia selamat ….' Diana berdiri dan menepuk pundak Aska. Ingin dirangkulnya, didekapnya dan dipeluknya Aska yang ada di depannya terbengong-bengong melihat perubahan drastis Diana dari yang lesu, sedih, putus asa dan gontai menjadi begitu ceria, bersemangat dan penuh dengan api.
'Diana, kamu baik-baik saja ?' tanya Aska sambil menahan senyum melihat perubahan Diana.
'Kamu sangat cantik kalau tersenyum Diana.' bisik Aska dalam hatinya.
'Aku bisa tetap terjaga hanya untuk mendengar nafasnya, Ka.' jawab Diana sambil tertawa.
'Ah kakak, siapa lagi Alfa.. banyak sekali sih kakak.. ?' tanya Aska sambil cemberut.
'Tenang Aska, kamu tetap yang terbaik kok … Hehehe.' jawab Diana tetap dengan senyumnya yang sangat sempurna.
'Alfa … Mimpi untuk melihatmu tersenyum saat tertidur dan bermimpi sepertinya membuatku ingin menghabiskan seluruh hidupku dalam momen seperti itu. Memejamkan mata disisimu dan memimpikanmu selalu hadir dalam hidupku adalah mimpi terindah yang tidak akan pernah terlupakan. Aku sangat merindukanmu segala mimpi hanya untukmu dan aku ingin memejamkan mataku selamanya disisimu.' Diana hanya menghela nafas dan memikirkan saat-saat bahagia sebelum semuanya pernah terjadi. 'Alfa satu, cinta sejati di dalam hidupnya.' Diana hanya menggumam di dalam hatinya.
Dia hanya bisa mendengar suaranya dalam setiap frekuensi yang didengarnya.
Matanya seperti buta dan tidak pernah dapat melihat Alfa Satu tapi Diana selalu dapat mendengar suara itu dari setiap frekuensi yang didengarnya.
Pertama kali didengarnya suara itu seperti pernah didengarnya sebelumnya. Suara dari dunia di seberang samudra. Alfa Satu, hanya itu dia mengenal dan memberinya nama sesuai dengan nama yang diberikan oleh Alfa Satu kepadanya sewaktu mereka bertemu dalam frekuensi suara terindah.