Memandang wajahmu matahari
Mata siapa yang tidak silau dibuatnya
Hanya bisa menutup mata
Atau berlagak buta di depan sang cinta
'Diana…, kamu sudah sadar ..'
'Aska….' Diana yang baru saja membuka matanya langsung bertemu dengan tatapan mata Aska yang memandanginya dengan cemas. 'Kenapa aku disini .. ?' lanjut Diana heran memandang selang infus dan peralatan bantu nafas di kanan kiri tempat tidurnya.
'Kamu pingsan karena keracunan makanan..' kata Aska sambil memegang tangan kanan Diana yang diperban dan diinfus. 'Dokter tadi terpaksa memberikan suntikan darurat untuk menghentikan rasa sakit di perut kamu, kamu tidak ingat Diana?' tanya Aska heran.
'Oh iya saya ingat, iya.. Saya sendiri yang ke rumah sakit diantar oleh kamu tadi malam. Saya tidak kuat lagi sakit di perut saya seperti mengejang.' Diana yang mulai sadar berangsur-angsur pulih ingatannya dan bisa mengingat kejadian demi kejadian yang dialaminya.
'Michael….' Diana yang melihat kedatangan suaminya memandang ke arah Aska dan dengan tatapan matanya memohon Aska untuk meninggalkan mereka berdua.
'Diana.., kamu baik-baik saja?' tanya Michael sambil duduk di kursi yang ada di ruangan tersebut.
'Saya sudah baik dan sehat, besok sepertinya sudah bisa beraktifitas kembali seperti biasa.' jawab Diana sambil tersenyum.
'Kenapa tidak menghubungi saya .. ?' tanya Michael mengkuatirkan Diana dan kesehatannya.
'Tidak sempat Michael, saya tahu juga kamu sibuk dan tidak berada di kota ini. Saya tidak ingin mengganggu konsentrasi kamu dan pekerjaan kamu.' jawab Diana pelan, sepertinya tubuhnya mengkonfirmasi bahwa kesehatannya masih lemah dan belum bisa terlalu dipaksakan untuk berbicara.
'Kamu tahu dimanapun saya berada, saya akan selalu ada buat kamu?' jawab Michael dengan nada otoritas yang selalu muncul setiap kali mereka bercakap-cakap.
'Jangan kamu anggap saya hanya status saja menjadi suami kamu.' lanjutnya.
'Bukankah memang begitu, Michael ?' jawab Diana pelan. 'Bukankah hanya di atas kertas saja kita berstatus suami istri.' lanjutnya. 'Dan bukankah kita menjalani kehidupan kita masing-masing sendiri-sendiri tanpa pernah ada sekalipun kita berada dalam satu rumah yang sama?'
'Diana…, saya mencintaimu.' jawab Michael.
'Saya tahu.' jawab Diana tetap dengan suaranya yang pelan. 'Kamu mau melindungi saya dari anggota-anggota yang lain yang kemungkinan akan mencelakakan saya karena kepercayaan saya yang berbeda sehingga kita berstatuskan suami istri sampai saat ini bukan ?' Diana tersenyum dan memegang tangan Michael. 'Dan saya berterimakasih karena kamu tidak pernah sedikitpun merasa berhak atas fisik saya.'
'Saya mencintaimu. Hanya satu kali saya pernah menyakitimu dan melakukan hal yang tidak benar, tapi Tuhan tahu bahwa saya tidak bermaksud melakukan hal itu, Diana. Saya pikir kamu masih ….,' Michael tidak dapat melanjutkan bicaranya karena jari tangan Diana menutup mulut Michael sambil tersenyum lemah.
'Tapi walaupun hanya status saja, kamu tetap adalah istri saya, di mata semua anggota. Tidak ada yang boleh menyakiti kamu walau sehelai rambut pun.' Michael terlihat marah dan dengan keras mencengkeram ujung selimut yang jatuh menjurai ke lantai.
'Siapapun yang membuat kamu dirawat hari ini harus mempertanggungjawabkan semua perbuatannya di depan seluruh anggota.' Michael melanjutkan perkataannya dengan kegeraman yang memuncak.
'Michael.' Tak terasa Diana menitikkan air mata di ujung pipinya. Michael yang melihat airmata itu langsung mengusapnya dan mencium keningnya.
Dokter yang berbicara padanya malam tadi menyampaikan bahwa suntikan yang harus diinjeksikan ke tubuh Diana adalah suntikan khusus seharga 10 juta per dosis dan harus diinjeksikan sebanyak 3 dosis malam itu.
Kondisi Diana yang datang dengan sangat lemah dan kesakitan membuat dokter sangat khawatir. Perutnya mengalami kontraksi yang sangat berat seperti perempuan yang hendak melahirkan. Komplikasi diare berat dengan datang bulannya membuat uterusnya bekerja dengan sangat berat dan mengalami kontraksi yang sangat keras.
Aska yang mengantar Diana malam itu sangat khawatir sehingga langsung menghubungi Michael melalui kontak serantanya. Diana yang meneleponnya malam-malam memintanya untuk mengantarkannya ke IGD RS. Dan sambil menahankan rasa sakit yang teramat sangat Diana dibaringkan di salah satu tempat tidur yang ada di ruangan itu.
Sebelumnya sebenarnya Diana sudah agak sakit perut karena datang bulan, namun tengah malam setelah jamuan makan itu langsung sakit, diare, demam dan kontraksi hebat.
Jamuan itu sendiri sebenarnya bukanlah jamuan yang beresiko karena semua yang diundang adalah tamu kehormatan yang Diana sambut kehadirannya dan sangat Diana percaya sebagai seseorang yang bermartabat dan seorang rekan yang sangat baik.
Jamuan makan itu dimakan oleh semua orang yang hadir dan tidak ada satu pun dari mereka yang sakit. Tapi dari indikasi laboratorium yang diambil oleh dokter dari analisa darah pada saat itu didapati adanya infeksi bakteri dan anemia atau kemungkinan alergi.
Sel darah merahnya dibawah normal sehingga ketika sampai di Rumah Sakit Diana langsung menutup matanya akibat hampir tidak sadarkan diri.
Dokter jaga langsung memeriksa dan memberikan injeksi khusus saat kontraksi perutnya mulai menghebat. Ada sekitar satu jam Diana tertidur tidak sadarkan diri dan hampir koma, hingga suara Aska memanggilnya dari luar alam bawah sadarnya.
'Michael, pulang.' kata Diana sambil memandang Michael yang dikenalnya.
'Tidak, aku akan menunggu kamu pulang baru kita sama-sama pulang.' jawab Michael menghela nafas kesal.
'Michael, pulang.' Ulang Diana sambil memandang wajah Michael dengan penuh kasih.
'Tidak Diana, aku akan selalu ada disisimu dan mendampingimu kapanpun demi keselamatanmu.' jawab Michael sambil memegang lengan Diana yang dingin karena paparan AC di kamar tersebut.
'Michael, pulang.' Ulang Diana lagi. 'Hanya Tuhan saja yang mampu melindungi aku dari orang-orang yang berniat jahat terhadap aku. Karena bahkan kamu pun tidak akan mampu, jika Tuhan tidak hendak melindungi aku. Jadi Michael pulanglah.'
Michael hanya diam dan menunduk.
Hening memecahkan malam di antara mereka.
Hanya suara bunyi jangkrik di luar ruangan mereka saja menemani keduanya dalam diam.
'Baiklah, aku pulang. Kamu jangan pulang dulu malam ini, besok saja. Administrasi semua sudah beres, dan jangan lupa minum obat.' Michael akhirnya berdiri lalu mencium kening Diana dan pergi meninggalkan kamar perawatan tersebut.
'Michael …. ' Diana hanya bisa membatin dan tersenyum.