Cinta itu membuatmu mati
Sengsaranya membuatmu menderita
Membakar hati dan tubuhmu dalam api yang menyala-nyala
Panasnya seribu kali api tungku milik sang raja
'Anggi. ' suara seorang wanita muda memanggil Pastor tersebut yang langsung mengenali suara itu.
'Rosa..' Anggi langsung tersenyum dan berjalan ke arah wanita muda tersebut berada.
Anggi langsung memeluk Rosa dan keduanya menangis tersedu-sedu. Lama sekali mereka berpelukan dan melepaskan semua emosi yang begitu menyesakkan dada mereka.
'Kamu sudah sehat, Rosa ?' tanya Anggi setelah melepaskan pelukannya dari bahu Rosa.
'Sudah, sudah baikan dan lebih stabil.' jawab Rosa sambil tersenyum tipis dan menghapus aliran air mata di pipinya.
Keduanya lalu duduk di bangku yang ada disitu sambil berpegangan tangan seperti anak SMA yang lama tidak bertemu dengan kekasihnya.
'Anggi, terima kasih untuk semua … ' Rosa tersenyum dan mempererat pegangan tangannya kepada Anggi.
'Terima kasih apa Rosa ? Aku tidak melakukan apa-apa.' Jawab Anggi membalas senyum Rosa.
'Kemarin seorang laki-laki datang ke kantor aku, Oswald namanya, dia bercerita banyak sekali tentang kamu.' jawab Rosa. Lanjutnya, 'Dia bercerita selama beberapa minggu kamu berdoa puasa untuk aku dan keluarga aku. Lalu dia mendoakan aku.'
'Oswald, beraninya dia …. ' Anggi setengah menarik nafas sambil bersyukur juga sahabatnya mengunjungi Rosa untuk melihat keadaan Rosa dan mendoakannya.
'Aku baik-baik saja sekarang Anggi, aku sudah punya pekerjaan yang baik, anak yang baik dan suami yang menyayangi aku.' jawab Rosa sambil tersenyum.
'Dan kamu mencintai suami kamu … ?' tanya Anggi sambil menelan ludah tidak berani mendengar jawaban yang akan disampaikan oleh Rosa.
'Anggi…., aku belajar mencintainya.' jawab Rosa singkat.
'Anak kamu yang pertama ?' tanya Anggi.
'Meninggal.' jawab Rosa singkat.
'Hmm…' Anggi mengusap mukanya yang mendadak berkeringat karena panasnya hati yang mulai membara di dadanya.
'Terima kasih Anggi, sekali lagi terimakasih untuk semua doa dan perhatian kamu sama aku.' Rosa kembali mengucapkan terima kasih dan tersenyum menatap mata Anggi yang begitu indah.
'Rosa, aku ini setan. Aku masih mencintaimu.' hati Anggi berbisik pelan. Dia hanya tersenyum mendengar setiap kata-kata yang keluar dari mulut Rosa mengenai betapa perhatiannya suaminya dan betapa baiknya dia selama Rosa sakit.
Jarak dua jengkal diantara mereka terasa begitu jauh bagi Anggi. Dipandanginya bibir Rosa yang bercerita panjang lebar dan dalam.
'Rosa aku ingin menciummu,' bisik Anggi lirih.
'Apa ?' tanya Rosa yang tidak mendengar dengan jelas perkataan Anggi.
Anggi mendadak berdiri dan menarik Rosa ke ujung dinding ruangan kelas yang sudah sunyi karena jam pelajaran sudah selesai.
Rosa kembali seperti kerbau yang dicocok hidungnya, hanya terdiam dan memandang Anggi yang mendadak mendorongnya ke dinding.
'Anggi, jangan…' suara Rosa pelan sekali mencoba untuk menolak godaan keinginannya sendiri yang sama dengan keinginan Anggi.
Hampir Anggi mencium Rosa jika dia tidak tiba-tiba ingat akan bunyi isak tangis Rosa kala itu di kapel. Jika tidak ingat akan perbuatan laki-laki jahat yang menyakiti cinta sejatinya tersebut. Anggi hanya berdiri di hadapan Rosa lalu mengepalkan tangannya dan memukul tembok di sebelah Rosa.
Rosa yang terdiam memandang Anggi yang gelisah dan akhirnya menariknya keluar ruangan dan mencari tempat yang ramai.