Kain poleng hitam putih
Terikat di pohon
Tari kecak menari gempita
Aku dan kamu bercinta
'Aku bodoh.' Diana meneruskan ceritanya. 'Kami masih muda saat itu. Kesegaran pagi adalah milik kami. Kami seperti bunga yang mekar di pagi hari, harumnya menggoda setiap tangan untuk memetiknya. Tapi dia juga bodoh, seperti sepasang pengantin yang saling berbulan madu kami bercinta malam itu.'
'Dia kira aku miliknya, padahal aku bukan miliknya.'
'Keputusan yang bodoh dalam ketakutan yang tidak beralasan membuat kami mengambil keputusan yang bodoh malam itu. Malam yang bodoh.'
'Tuhan sudah mati,' katanya malam itu.
'Ya, dia benar. Tuhan sudah mati malam itu, karena kami yang membunuh-Nya. Kami yang membunuh-Nya dalam dosa hawa nafsu kami. Kami yang jahat dan bodoh ini tidak akan bisa lari kemanapun di muka bumi ini. DIA akan datang untuk membunuh kami.'
'Kakak, kalian sudah saling mengenal ?' tanya Aska menyelidik. Tidak seperti biasa Diana banyak bercerita, jadi saatnya kesempatan untuk mendengarkan semua perkataannya.
'Kami hanya berkenalan selama dua belas hari, tapi dia sangat baik waktu itu. Aku baru mengatakan kepadanya aku sudah menikah sewaktu kami meninggalkan kota Surabaya menuju ke Bogor.'
'Di Bogor semua itu terjadi. Hari yang aneh. Malam sudah larut ke kaki langit dan kami mencari hotel terdekat untuk menginap. Dua kamar sudah aku coba untuk pesan, tapi semua kamar penuh dan kartu kredit aku diblokir, kartu ATM aku tidak dapat berfungsi dan tidak ada uang sepeserpun di kantong aku.' Lanjut Diana. 'Dia seakan tidak mempunyai uang sama sekali waktu itu, hingga terpaksanya aku menginap satu kamar dengan dia, bodoh sekali.'
'Lalu terjadilah semua itu, dia lalu meminta HP aku untuk dijualnya, katanya. Dan ditukarkan dengan uang untuk membayar uang sewa kamar. Dan anehnya semua aku lakukan tanpa perlawanan.'
'Setelah kejadian bodoh itu, dia membawa aku kembali ke Surabaya. Sepanjang jalan aku tidak mau lepas dan berpisah dari dia. Hingga kami berhenti disebuah warung dan dia memberi aku minuman air jeruk hangat. Baru aku tersadar, Ya Tuhan apa yang sudah aku lakukan.'
'Aku hanya tersenyum, lalu kami pun berpisah. Hingga kini tidak pernah ada lagi pertemuan dengannya. Nomor HP yang ditinggalkannya aku masih ingat. Jam tangan yang dipakainya, warna bajunya aku masih ingat, semua hijau. Ya, hijau adalah warnanya. Tidak salah lagi, pasti dia.'
'Siapa namanya kakak ?' Aska menarik nafas panjang sekali lalu menghembuskannya. Dia sadar, dia tidak mungkin memiliki Diana, hatinya sudah milik orang lain. Tubuhnya sudah pernah menjadi milik orang lain juga, dan cita-cintanya pun sudah dimiliki oleh ideologi yang lain. 'Dia jatuh cinta. Mungkin pria itu memperlakukannya dengan sangat baik malam itu.' Dengus Aska sambil memalingkan wajahnya.
'Namanya Catur, Catur Ramalingam.' Diana sekenanya menjawab.
'Hah, orang India ?' tanya Aska terbeliak tidak percaya.
'Hahaha, kamu mau saja dikibulin. Itu nama pemain di film Three Idiots, kamu salah satunya … Hahahaha.' Diana tertawa terbahak-bahak.
'Kakak….' Aska cemberut sambil memandangi layar komputernya yang hitam karena screensaver.
'Kamu cemburu ya .. ' Diana sekali lagi menggoda Aska sambil tersenyum-senyum menang. 'Dia cuman teman, Aska. Dia cuman teman.'
'Tapi, kami siap mati, Aska. Kami siap mati.' Kain hijau terlipat segitiga sudah ditangan, setiap orang pemain dalam adegan ini harus bersiap-siap jika nanti waktunya bendera setengah tiang dikibarkan, tanah merah digali dan dijadikan lobang, peti mati bersiap untuk memasukinya dan taburan kelopak bunga mawar merah menjadi bau wanginya.
Tidak akan ada yang mengenal para pemain ini, semuanya akan mati, entah sebagai penjahat, dan entah sebagai korban. Tapi semua adalah pahlawan bagi keselamatan bangsa dan negara. Teroris, komunis dan anarkis menjadi musuh kami sejak kami dikandung di magma perut bumi yang bertahta di Kapadokya. Ketakutan akan menjadi makanan kami siang dan malam tapi kami akan bertahan, sampai darah tercurah dan daging tercabik baik oleh pedang, senapan maupun bom para penjahat laknat di bumi persada.
Indonesia tetap satu, aku dan kamu. Merah dan putih. Cakrawala dan sangkakala sampai surga turun kembali ke bumi. Dia cakrawala.
Michael tidak pernah menyentuh seujung rambut pun dari tubuh Diana, tapi lelaki ini bahkan menjamu Diana dengan pesta pora dan kenikmatan. Nasi goreng babi dan teh manis hangat menjadi sarapan mereka pagi itu, setelah mereka berpuasa seratus tahun lamanya.