Anak kunci jurang maut sebentar lagi akan dibuka
Asapnya mengepul dahsyat
Panasnya membara membakar raga dan jiwa
Aku siap mati, begitu juga dirimu
Diana keluar dari ruangan itu. Dikebaskannya debu yang ada di ujung gaun panjang yang dipakainya. Dari pagi dia belum berganti baju sejak pentahbisan Oswald sampai dia keluar dari ruangan tersebut.
'Kamu marah, Aska ? Kamu bukan siapa-siapaku.' Diana mendesis dalam hatinya. 'Dan aku juga bukan siapa-siapamu. Kita disini untuk bekerja.'
'Aku menceritakan semuanya supaya kamu tahu, kami-kita, Kapadokya, punya rencana yang sangat berlapis jika kami menginginkan sesuatu. Dan sekarang kami, menginginkan dia. Oswald. Hidup atau mati.' Gumam Diana sambil berjalan meninggalkan koridor ruangan.
'Hidup untuk menjadi anggota kami, atau mati dalam malu karena sudah berkhianat terhadap devosi yang disampaikannya di hadapan Sang Penghulu Surga.'
Diana marah, Diana merasakan kemarahan yang amat sangat.
Kain segitiga hijau, kemauan pusat akan Oswald, dan cintanya yang sangat dalam terhadap Oswald membuat Diana sangat marah.
'Andai saja kamu bukan seorang Pastor dan aku tidak menikah dengan Michael, mungkin aku akan mencoba membuatmu berpikir untuk menikahi aku dan kita akan selamat dari perburuan Kapadokya. Dan aku akan hidup dalam damai untuk mencintaimu. Tapi DIA berkehendak lain, hitamnya kain poleng dan gelapnya tari kecak sudah menyentuh sukma dan ragaku, aku tidak layak lagi untukmu. Walau Michael tidak pernah menyentuh aku tapi jejak-jejak tubuh sang penguasa sudah merusak lukisan sukma yang tertoreh disekujur raga. Warna emas lukisan di tubuh sudah tercoreng moreng dan tidak berbentuk beraturan lagi. Lukisan Sang Pencipta sudah rusak dan tidak dapat dikembalikan lagi.'
Seperti Drupadi yang hendak mandi darah Dursasana begitulah Diana pada saat ini. Dia marah dan marah.
Rasanya seperti marah terhadap Sang Pencipta. Tangannya mulai mengepal terhadap langit.
Semua kesalahan yang merugikan seorang wanita hanya akibat kesalahan kecil tapi harga yang harus dibayar seharga seumur hidupnya.
Diana benci laki-laki, semua laki-laki busuk dan jahat dimatanya.
Bahkan dalam cintanya terhadap Oswald pun, Diana membenci laki-laki itu, dan jikalau sampai Oswald jatuh ke tangannya, Diana tidak akan berhenti mempermainkannya seperti setiap laki-laki yang mempermainkan wanita.
Bodoh. Mengapa wanita diharuskan bersatu dengan seorang pria. Mengapa karya penciptaan mengambil rusuk pria untuk menciptakan wanita lalu setelah diciptakannya wanita, sang wanita harus tunduk terhadap pria dan menghadapi semua hal yang dilakukan pria atas nama cinta kepada wanita.
Sebuah sentuhan kecil di bawah meja membawanya kepada kesedihan yang panjang, sebuah keputusan yang salah membawanya kepada tahun-tahun kesedihan yang dalam.
'Mengapa ?' tanya Diana di dalam hatinya. 'Mengapa harus menikah, mengapa harus birahi, mengapa harus bersetubuh, mengapa harus melahirkan, mengapa harus mengurus anak dan menyusuinya, mengapa harus melayani suami, mengapa dan seribu mengapa menyeruak ke dalam pemikiran Diana. Mengapa harus berkembang biak seperti hewan yang siap dipotong di pejagalan.'
Diana menangis.
'Bima …, mengapa kamu harus mati sewaktu dilahirkan.' Diana menghela nafas panjang sambil beruraian air mata.
Sudut parkir gelap mobilnya membuatnya bebas mengeluarkan seluruh isak tangisnya, kesedihannya dan kemarahannya.
'Tuhan jahat ?' pertanyaan itu muncul di dalam hatinya. Lalu hati kecilnya menjawab, 'Bukan DIA yang jahat, ular atau setanlah yang jahat. Dia sudah merusak semua ciptaan yang baik hingga dimurkai oleh Sang Pencipta dan dalam kesedihan dan susah payah semua harus menanggung hukuman dari Sang Pencipta lalu setan ingin semua manusia merasa bahwa Tuhanlah yang jahat.'
Diana bingung dalam dirinya. Dia tidak tahu harus berbuat apa. Menantikan Aruna datang malam ini adalah tidak mungkin, Michael pasti akan membunuhnya jika mengetahui semua hal itu. Mencintai Oswald juga tidak mungkin, karena Tuhan akan menghukumnya karena hal itu. Diana menangis sejadi-jadinya diatas kemudi mobil Veronanya dan dia pun jatuh tertidur.