Chereads / Kapadokya / Chapter 6 - Delilah

Chapter 6 - Delilah

Langit sudah bertitah

Aku dan kamu binasa malam ini

Seperti tikus putih yang lapar

Melihat keju cheddar biru di depan mata

'No, Michael. I love you so much'. 'Yes absolutely.' 'No, he is nobody.' Diana menjawab sambil gemetar.

'You know what will happens to both of you if you betray me.?' suara di ujung telepon itu terasa sangat mendesak dan penuh otoritas.

'Yes, Michael.' 'I will never betray you.'

Klik. Suara telepon terputus di ujung jalur telepon itu semakin membuat Diana terasa gelisah.

'Kakak. Aku sudah siap.' tiba-tiba suara Catherine mengagetkan Diana yang masih menata hati dan perasaannya yang sangat gelisah dan ketakutan. Dia tahu Michael tidak akan diam jika dia tahu hubungannya dengan Oswald.

'Cantik sekali hari ini Catherine, baju kuning itu sangat cocok dengan rambutmu pagi ini. Sangat segar dan cantik.' Diana dengan cepat berhasil menyembunyikan segala perasaannya di depan Catherine.

'Hari ini kita kemana kakak ?' tanya Catherine sambil mempercepat jalannya untuk menyamai langkah Diana yang berjalan begitu cepat.

'Hari ini hari apa ?' tanya Diana.

'Hari Minggu, Kakak.' jawab Catherine belum tahu arah pertanyaan Diana.

'Hmmm… Nanti kakak kenalkan Catherine dengan teman kakak. Pasti kalian sangat cocok.' jawab Diana sambil tersenyum terpaksa. Dia tahu mau tidak mau Catherine harus bertemu dengan Oswald secepatnya atau Michael akan mengganggu keselamatan Oswald.

Mobil Verona yang dikendarai oleh Diana melaju dengan cepat melintasi jalanan yang kebetulan tidak terlalu padat. Sangat terasa dari cara mengemudi Diana, perasaan yang sangat tidak dapat disembunyikannya. Hampir beberapa kali Diana mencoba untuk melanggar rambu-rambu lalu lintas demi beberapa detik lampu merah.

Sekolah itu tampak sunyi dengan udara sejuk dan pohon-pohon yang memenuhi pekarangannya. Gerbang sekolah pagi itu tampak terbuka lebar, seperti sengaja dibiarkan agar Diana dan Veronanya bisa masuk dengan leluasa.

Jendela asrama biara itu terbuka salah satu dan seseorang melongokkan kepalanya ke arah gerbang yang baru dimasuki oleh mobil Verona silver yang keluaran terbaru.

'Oswald.' seru Diana sambil melambaikan tangannya saat melihat kepala Oswald yang melongokkan kepalanya di jendela.

Catherine dan Diana segera keluar dari mobil itu dan langsung disambut oleh seorang biarawan muda yang sangat tampan dan penuh semangat.

'Siapa ini, Diana?' tanya Oswald sambil tersenyum dan mengulurkan tangannya.

'Catherine.' Jawab Catherine sambil langsung menyambut uluran tangan itu dan bersalaman dengan Oswald.

'Catherine, jangan percaya wajah bayi Oswald, dia sudah seumur dengan aku.' Kata Diana sambil tertawa melihat Catherine yang terpesona melihat wajah Oswald yang memerah saat Diana memperkenalkannya dengan Catherine.

Ya, Oswald. Wakil kepala sekolah Katolik di sebuah Katedral terbesar yang ada di kota itu. Umurnya tidak jauh dibawah Catherine tapi dengan wajah bayi yang dimilikinya seringkali dikira seperti kakak kelas di SMA tersebut.

Kali ini hanya karena baju putih panjangnya yang sampai ke mata kaki membuatnya dikenali sebagai salah seorang pelayan Tuhan. Jika saja baju putih kemeja panjang yang dipakainya maka setiap orang yang melihatnya mengira paling dia hanyalah mahasiswa magang yang akan menjadi guru di sekolah tersebut.

Oswald memang sangat menarik hati siapapun yang memandangnya.

Hari pertama Catherine patah hati adalah saat misa pertama yang didatanginya dan langsung berhadapan dengan Oswald saat mengambil komuni pertama.

Hampir lepas hosti itu dari tangannya dan hampir jatuh karena grogi dan patah hati, mahasiswa magang yang dilihatnya itu ternyata adalah Frater tertampan yang pernah dilihatnya.

Dan lebih lagi saat mereka saling berkenalan lebih jauh, ternyata usianya tidak terpaut banyak dengannya.

Mereka bertiga menuju ke kapel kecil yang ada di sudut sekolah tersebut. Sekitar satu jam lagi misa akan dijalankan. Catherine sudah memasuki ruangan kapel sementara Diana dan Oswald sedang bercakap-cakap di depan kapel.

'How's Michael?' tanya Oswald sambil memelankan suaranya berusaha supaya tidak ada yang mendengar.

'Biasalah, saya sudah ada di genggaman tangannya tidak mungkin lagi untuk melarikan diri kemana-mana. Semua gerak-gerik saya sudah diamati oleh pelihat-pelihat Michael.' jawab Diana sambil menundukkan kepalanya.

'Jenderal itu …..'

Percakapan Diana terputus saat dilihatnya Catherine keluar dan melangkahkan kakinya mendekati keduanya.

'Diana, mari masuk sebentar lagi misa akan dimulai.' ajak Catherine memasuki ruangan tersebut.

'Oswald, saya masuk dulu. Nanti kita bicara lagi.' Diana tersenyum sambil mengikuti Catherine memasuki ruangan kapel tersebut.

'Kamu kenal dimana sama Oswald, Diana. Sepertinya kalian sangat akrab sekali.' Catherine berbisik sambil sekali-kali melirik ke arah Oswald.

'Saya pernah melakukan pengakuan dosa sama dia, Catherine. Dia seorang Pastor yang sangat baik.' jawab Diana sambil tersenyum.

Tidak terasa dua jam misa sudah berjalan dengan baik dan mereka lalu keluar dari sekolah itu untuk melanjutkan aktivitas hari Minggu. Kebetulan Diana dan Catherine merencanakan untuk bepergian ke luar kota untuk mencari udara segar di ujung kota itu.

'Sudah mau pulang?' tanya Oswald sambil memamerkan senyumnya yang sempurna dengan sederetan giginya yang sangat rapih dan indah.

Diana hanya tersenyum-senyum saat melihat Catherine yang memerah mukanya, dan tampak tersipu-sipu saat melihat senyum Oswald yang menawan tersebut.

Apalagi jubah putihnya sudah ditanggalkan dan hanya memakai kemeja non formal biasa seperti layaknya pria-pria muda yang sedang ingin menghabiskan siang di hari Minggu dengan teman-temannya.

'Kita mau jalan-jalan, mau ikut ?' tanya Diana langsung pada tujuannya.

'Boleh. Kemana?' tanya Oswald.

'Berhubung ada kamu, jadi sekarang kita akan menuju ke Pulau Seribu saja.' jawab Diana sambil tersenyum simpul.

'Kamu ….' Oswald hanya tertawa tapi diambilnya kunci mobil yang dimain-mainkan oleh Diana.

'Kamu … ?' Catherine hanya terbengong-bengong melihat dan mendengar percakapan keduanya. Sepertinya mereka sangat akrab sekali satu sama lain.

Diana dan Oswald hanya tertawa-tawa melihat keheranan Catherine saat memandang keduanya.

'Kamu cantik sekali … ' Oswald sambil tersenyum berkata-kata seakan bercanda.

'Ha…, Diana ?' Catherine memandang Diana dengan mata terbeliak dan menelan ludahnya. 'Kalian.. ?' sambungnya lagi sambil seakan tak percaya akan penglihatan dan pendengarannya.

Diana hanya tersenyum-senyum dan menarik tangan Catherine masuk ke mobil.

'Diana, Michael …..' sahut Catherine serius sambil menarik tangan Diana dan memandangnya dengan sangat serius.

'Ssst, silent. Don't talk and say anything about Michael.' Diana langsung memegang telinganya yang tidak gatal dan mengusap mukanya dengan tangan kanannya.

'Delilah ….' desis sebuah suara lirih.

Diana langsung memandang ke arah tersebut seakan-akan mendengar sebuah suara, namun ternyata semuanya kosong dan tidak ada apa-apa selain daun dan pohon yang bergoyang-goyang tertiup angin.