Kamu, Kapadokya
Langit-langit senja itu telah turun di kaki langit.
'Jenderal, jangan….' Delilah memegang kedua tangan Michael yang duduk di depannya. Keduanya terpisah oleh sebuah meja yang penuh dengan berkas dan sebuah komputer portabel.
'Jangan ambil keputusan itu, biar saja. Saya rela untuk tidak mendapat pengakuan dan penjagaan keamanan selama di kota ini. Biar saja mereka memandang apapun asal jangan organisasi ini diketahui dan dibubarkan dengan paksa oleh oleh siapapun. Kita sedang melawan orang-orang jahat, Jenderal. Jangan perasaan apapun menjadikannya kesempatan untuk mereka merusakan sistem kerja kita.'
'Diana … ' Michael tidak lagi memanggil perempuan di depannya dengan Delilah, dia memanggilnya dengan nama yang sangat disayanginya. Diana.
'Sylvester …., jangan.' Diana berdiri dan menarik nafas panjang dan menghembuskannya dengan sangat berat. 'Jangan sampai mereka tahu apapun.' lanjutnya.
'Yes, we must fight and I want you on my side, Michael.' Delilah memandang wajah suaminya itu dengan wajah sangat serius.
'Yes, dear. Absolutely. My Delilah.' Michael lalu berdiri dan berjalan keluar dari ruangan tersebut.
'Michael..' Delilah memanggil Michael sebelum dia keluar dari pintu di ujung ruangan. Kedua tangannya memegang telapak tangan Michael, lanjutnya 'Terimakasih.'
'Delilah..,' Michael hanya memeluk pundak Delilah. 'Lupakan. Dan jalani hidup kita baik-baik.' Michael tersenyum dan mengecup kening Delilah.