Laras dan Todi berangkat ke rumah Laras sorenya. Laras tidak banyak berbicara, dia malas. Sementara Todi, sedikit salah tingkah, dia mencoba mencari cara agar istrinya tidak lagi kesal.
Laras beruntung, urusan Ayah dan Luna cepat selesai, Ayah menelpon Laras dan meminta Laras dan Todi untuk makan malam bersama di sebuah restoran didekat rumah. Weekend di Bandung memang benar-benar mimpi buruk untuk pengendara mobil. Kemacetan panjang disana sini, membuat Todi dan Laras terpaksa harus langsung menuju restoran tempat yang diminta Ayah.
"Kita langsung ke sana aja?" tanya Todi.
Laras hanya mengiyakan dengan sebuah anggukan. Sedari tadi dia sama sekali tidak pernah menatap wajah suaminya.
"Masih marah?" tanya Todi hati-hati, dia tetap bertanya walaupun sudah tahu jawabannya.
"Iya," jawab Laras. Tidak mengalihkan pandangannya dari pemandangan di luar.
"Maaf," ucap Todi lagi.
Setelah hampir 2 jam berkendara, mereka akhirnya sampai. Ayah dan Luna sudah berada disana.
"Laras, sini! " teriak Luna sambil melambaikan tangannya. Melihat ayah dan Luna, Laras tersenyum bahagia.
"Kak Luna!" seru Laras, berjalan cepat menuju meja Luna dan ayah. Todi mengikuti dari belakang. Dia sedikit lega melihat istrinya tersenyum lagi.
"Ayah, Luna, maaf terlambat ya, macet sekali," ucap Todi sambil menyalami ayah, sementara Laras sudah memeluk kakak semata wayangnya dengan erat. Dia rindu sekali.
"Kok tambah ceking kamu dek?" tanya Luna, memperhatikan badan Laras.
"Capek," jawab Laras sekenanya, lalu dia beralih memeluk ayah.
"Ayah, kangen. Ayah sama kak Luna tega, keluar kota mulu," ucap Laras, manja.
"Maaf ya sayang, kamu juga sibuk kan?" ucap Ayah. Laras hanya mengangguk.
"Ayo, cepetan pesen makan, kalian berangkat jam berapa tadi?" ayah mulai membuka pembicaraan dengan Todi. Laras membaca menu makanan, memanggil pelayan, lalu menyerahkan buku menu kepada Todi dengan wajah kesal, tanpa berkata sepatah kata pun.
Setelah selesai memesan makanan, mereka berempat mulai mengobrol. Laras lebih banyak mengobrol dengan Luna dan ayah. Todi sebagian besar hanya diam, atau menjawab beberapa pertanyaan ayah. Luna menangkap keanehan dari pasangan didepannya ini. Terakhir Luna bertemu dengan Todi dan Laras, mereka romantis sekali. Mungkin mereka sedang berantem, pikir Luna.
Laras pamit sebentar ke kamar mandi. Luna mengikuti, sementara ayah dan Todi masih sibuk berbincang.
"Lagi berantem sama Todi?" tanya Luna, menepuk pundak Laras saat baru masuk ke kamar mandi. Meneliti wajah adiknya yang tampak terkejut. Laras memang sulit untuk berbohong. Luna segera mengetahuinya.
"Yah..gitu kak, sedikit aja, enggak ada yang aneh-aneh kok," ucap Laras.
"Mau cerita?" tanya Luna.
Laras diam sebentar, tapi sepertinya belum saatnya dia cerita pada kakaknya ini. Dia diam saja.
"Ya udah, kalau merasa perlu dicurhati, kasih tau kakak aja ya," ucap Luna lagi. Dia menangkap keraguan di wajah Laras untuk bercerita. Laras mengiyakan.
"Kak," panggilnya tiba-tiba.
"Apa?" tanya Luna.
"Kenapa dulu kakak tolak Todi yang dijodohkan sama kakak?" tanya Laras. Tiba-tiba dia ingin menanyakan hal ini. Dulu ketika Bunda Todi datang, awalnya ayah ingin menjodohkan Todi dengan Luna, bukan dengannya, tapi dengan Luna. Tapi Luna menolak, akhirnya Bunda memilih Laras.
"Mana aku tega, aku udah tahu banget kamu dari dulu naksir sama Todi, ya kan?" jawab Luna sambil tertawa. Mencubit kedua pipi Laras dengan gemas.
Laras tertawa. Memang benar apa yang dikatakan Luna.
"Apapun masalah kalian, bicarakan Ras, jangan ambil keputusan saat kepala lagi panas karena emosi, enggak akan bener keputusannya," nasihat Luna.
Laras hanya menjawab nasihat Luna dengan pelukan. Merasa bersyukur hari ini bertemu dengan keluarganya, terutama kakaknya.
"Kak," panggil Laras, masih memeluk kakaknya.
"Apa?" sahut Luna.
"Terimakasih," ucap Laras.
"Udah ah, yuk balik, kakak lapar." ajak Luna, menarik Laras untuk kembali ke meja mereka.
_________________
Selesai makan, mereka berempat kembali ke rumah keluarga Laras. Ayah mengajak Todi untuk menonton pertandingan bola di televisi. Sementara Laras mengobrol bersama Luna semalaman.
"Kak, Laras ngantuk," ucap Laras. Dia pamit kembali ke kamarnya.
"Tidur gih, besok mau jalan kemana kita?" tanya Luna.
"Aku ikut kakak aja," ucap Laras sebelum keluar dari kamar Luna.
Laras melewati ruang televisi. Ayah dan Todi masih belum selesai menonton pertandingan bola. Laras memilih masuk ke kamar. Sekitar 30 menit, Laras menunggu Todi sambil bermain dengan ponselnya, tapi Todi masih belum masuk ke dalam kamar. Akhirnya Laras memilih untuk tidak menunggu Todi, mulai mencoba tidur, tapi Laras tidak bisa tidur sama sekali. Laras sibuk berbalik ke kanan dan ke kiri. Pikirannya penuh dengan banyak dugaan tentang kesalahan Todi kepada Erick. Masalah apa ya sampai Todi bilang kalau dia sudah jahat kepada Erick, lamunan Laras semakin dalam, dia tidak menyadari Todi sudah masuk ke dalam kamar dan berbaring menghadapi punggung Laras. Todi perlahan maju dan memeluk tubuh Laras dari belakang.
"Sudah tidur?" bisik Todi.
Laras tersentak. Todi menangkap gerakan badan Laras, dia tahu istrinya belum tidur.
"Selamat malam sayangku," bisik Todi sambil tetap memeluk Laras dari belakang. Dia merasa sangat bersalah kepada Laras.
Sekitar 10 menit berselang, Laras masih belum bisa memejamkan kedua matanya. Pikirannya masih melayang-layang. Kata-kata Luna terngiang terus di kepalanya. Luna benar dia tidak boleh terbawa emosi. Laras membalikkan badannya, dia merasa suaminya pasti sudah terlelap, karena tidak ada suara dari Todi. Saat dia berbalik, Laras mendapati Todi yang masih belum tertidur dan menatapnya. Laras langsung membalikkan badannya lagi, tapi Todi dengan cepat menahannya.
"Jangan berbalik lagi, seharian ini kamu enggak pernah lihat wajah aku," cegah Todi. Laras menghela napas.
"Kak, apa kakak benar-benar sudah anggap aku istri kakak?" tanya Laras, sedikit ketus.
Todi membulatkan matanya, tidak menyangka pertanyaan istrinya bisa membuat hatinya terasa sakit.
"Maksudnya apa Ras? Aku udah janji kan sama kamu," jawabnya.
"Kalau memang iya, kenapa kakak masih belum percaya sama aku?" tanya Laras.
"Iya, aku tahu Ras, aku cuman takut Ras, bukan tidak percaya, tolong beri aku waktu ya, ada hal yang harus aku selesaikan dulu dengan Todi, baru aku beri tahu kamu semuanya, mau kan sabar menunggu aku Ras?" tanya Todi. Laras hanya diam tidak menjawab. Tapi kata-kata Luna kembali terngiang di kepalanya.
"Oke, kak," jawab Laras akhirnya.
Todi tersenyum, hatinya sedikit lega.
"Boleh peluk?" tanya Todi meminta izin.
Laras hanya diam, dia mendekatkan dirinya kepada Todi. Todi langsung memeluk istrinya, baru semalaman diacuhkan oleh Laras, dia sudah merasa rindu sekali.
Sudahlah, pikir Laras. Hari ini dia juga bosan mendiamkan Todi hampir sepanjang hari. Rasanya Laras harus memberi Todi sedikit kesempatan, seperti sebelumnya. Ada baiknya dia berbaikan dulu dengan Todi sekarang.