"Ras..Laras, kok malah melamun sih?" suara Todi membuat Laras tersadar kembali. Pikirannya sebelumnya masih melayang ke kejadian sebelumnya. Walaupun Todi sudah menjelaskan, entah mengapa masih ada sesuatu yang mengganjal di hati Laras, tapi Laras tetap memilih diam.
"Ras..." panggil Todi lagi. Menyadari istrinya belum merespon panggilannya. Hati Todi juga sebenarnya tidak tenang, dia sedikit khawatir kalau Laras melihat kejadian sebelumnya, saat dia bertemu dengan Erlina sebelum Laras datang.
"Emm..iya kak," balas Laras pendek, tersenyum segera, menyembunyikan wajah curiganya.
"Kenapa kamu kok melamun?" tanya Todi lagi.
"Oh..enggak kok," jawab Laras segera.
Todi masih menatap istrinya, berusaha mencari kebenaran dibalik senyuman Laras.
"Aku lagi mikirin dapet puskesmas mana minggu depan kak, semoga ga jauh ya," jelas Laras, sedikit berbohong.
"Oh..aku pikir lagi ngelamun apaan, tenang aja, cuman sebulan kok," ucap Todi. Laras mengangguk.
"Emm.. nanti pulang jam berapa kak?" tanya Laras mengubah topik.
"Semoga enggak sampe malam ya," jawab Todi mengelus rambut Laras.
Selesai makan Laras langsung pamit pulang. Karena hari masih siang, Laras memutuskan untuk pergi ke rumah Bunda, pasti Bunda senang dikunjungi, pikir Laras.
"Pak, kita ke rumah mas Todi ya, saya mau ketemu Bunda," perintah Laras pada pak Yadi.
"Siap mbak," jawab Pak Yadi.
Pak Yadi pun segera membawa mobil sedan Todi menuju rumah Bunda. Sepanjang jalan, pikiran Laras masih diliputi banyak pertanyaan tentang Todi dan wanita yang ditemui Todi siang tadi.
Rumah Bunda terlihat sepi. Laras menekan tombol bel di pagar beberapa kali, tapi Bunda belum keluar juga.
"Bunda, pergi kali ya pak?" tanya Laras kepada pak Yadi sambil mencari nomer handphone Bunda di ponselnya, lalu menghubungi Bunda.
"Bapak enggak tahu juga mbak, bapak pikir mbak Laras sudah telepon mau kabari kesini tadi" ucap Pak Yadi sambil mengetuk pagar rumah. Laras hanya menggaruk kepalanya saja mendengar kata-kata Pak Yadi
"Halo Bunda, ini Laras Bun, Bunda lagi enggak di rumah ya?" tanya Laras.
"Halo sayang, oh..Bunda lagi di jalan balik ke rumah kok sayang, kamu mau ke rumah Bunda?" tanya Bunda.
"Udah didepan rumah Bun," jawab Laras, merasa bodoh mengapa dia tidak menelpon Bunda sebelumnya seperti yang pak Yadi bilang.
"Ya ampun sayang, kenapa enggak bilang, ya udah, bunda udah deket kok ini, udah mau masuk kompleks," jawab Bunda segera.
"Enggak papa Bun, Laras tungguin Bunda aja," jawab Laras, setelah itu dia menutup ponselnya.
"Pak, Bunda udah menuju sini, kita tunggu di mobil aja ya, udah mau sampai kok Bunda nya," ucap Laras. Pak Yadi mengangguk lalu membukakan pintu mobil untuk nyonya mudanya.
Sekitar 10 menit menunggu, akhirnya mobil Bunda sampai.
"Sayang, kenapa enggak bilang kalau mau kesini, lama nunggunya?" tanya Bunda saat Laras menyalami Bunda.
"Hehe..salah Laras sih Bun, hari ini pulang cepat, Laras lagi kangen Bunda," jawab Laras manja.
"Udah makan?" tanya Bunda.
"Udah, tadi barengan sama kak Todi, aku ke rumah sakit kak Todi tadi Bun," jawab Laras.
"Ya udah, nanti makan malam sini aja ya, kabari Todi kalau kamu makan disini, Bunda mau buat cake deh nanti kalau gitu, kamu bantu bunda nanti?" tanya Bunda.
"Oke, Bun!" seru Laras.
"Yuk masuk," ucap Bunda, menggandeng tangan Laras. Mereka berdua masuk ke dalam rumah Bunda.
Bunda sedang mengatur barang-barang belanjaannya di dapur, dibantu Bu Umi. Laras mendekati piano Bunda. Teringat masa-masa dia mulai dekat dengan suaminya. Laras tersenyum sendiri.
"Kamu mau main?" tanya Bunda. Laras tersentak kaget. Tapi dia menggeleng.
"Mau bantu bunda aja ya," jawabnya dengan manja.
"Mau buat cake apa? Coklat?" tanya Bunda.
"Aku suka carrot cake Bun, atau cake pisang," jawab Laras.
"Carrot cake aja ya, Bunda juga suka," balas Bunda. Laras mengiyakan.
"Laras bisa bantu apa Bun?" tanya Laras.
"Duduk aja dulu disana, capek kan abis dari rumah sakit, nanti bunda panggil kalau udah selesai beberes didapur," jelas Bunda.
Laras menurut, dia pergi ke sofa ruangan depan, dan menghidupkan televisi, memilih saluran televisi, tapi tidak ada yang menarik untuk ditonton, akhirnya Laras mematikan televisi. Matanya tiba-tiba tertuju pada beberapa album foto yang tergeletak diatas meja. Album foto itu sudah usang dan terlihat menguning. Laras membuka satu persatu. Album pertama adalah album foto saat Todi masih bayi dan balita. Tanpa sadar Laras tertawa melihat wajah kecil suaminya. Lucu sekali, bayi putih yang gemuk itu tidak punya rambut ternyata dulu. Beruntung sekarang rambutnya cukup lebat, pikir Laras. Dia beralih ke album kedua, saat Todi sudah mulai masuk sekolah dasar. Setelah selesai, Laras membuka album selanjutnya, album ini terlihat sedikit lebih baru, ternyata foto saat Todi di SMA. Todi memang bersekolah di SMA yang sama dengan Laras, hanya saja karena mereka berbeda usia 6 tahun, Laras tidak pernah bertemu dengan Todi di sekolah SMA. Laras membuka beberapa halaman, dan dia sungguh terkejut melihat banyak foto Todi yang bersama dengan Erick. Walau masih terlihat sangat muda, tapi Laras bisa mengenali kalau itu memang Erick. Mereka ternyata bersahabat sejak SMA. Mata Laras beralih ke foto di halaman selanjutnya. Ada foto tiga orang remaja, satu remaja perempuan dan dua remaja laki-laki. Dua remaja lelaki itu adalah Todi dan Erick, mereka tersenyum bahagia dan sama-sama memeluk bahu seorang gadis ditengah, wajahnya mirip dengan Erick jika dilihat dengan seksama. Tapi gadis itu cantik sekali, Laras seperti pernah melihat wajah ini sebelumnya. Laras diam sebentar, lalu melihat beberapa foto lain, cukup banyak foto Todi dan Erick disana, mereka berdua tampaknya memang dekat sekali dulu, tetapi mengapa saat ini sangat berbeda. Lalu siapa gadis yang bersama mereka ini, Laras juga menemukan banyak foto gadis itu di album foto yang dipegangnya. Laras benar-benar penasaran. Dia membawa album foto itu menuju dapur, tempat Bunda Todi berada.
"Bun, ini foto kak Todi pas SMA ya?" tanya Laras. Bunda mengalihkan pandangannya ke arah Laras.
"Mana sayang?" tanya Bunda. Mengamati sekilas foto yang ditunjukan Laras, lalu terdiam sebentar.
"Iya, itu sahabat SMA Todi," jawab Bunda singkat.
"Laras kenal Bun, namanya dokter Erick," jawab Laras.
"Kamu ketemu Erick?" balas Bunda, Laras menangkap Bunda yang terlihat sedikit terkejut.
"Iya Bun, kan residen bareng sama kak Todi" jelas Laras.
"Oh," sahut Bunda pendek.
"Yang ini siapa ya Bun?" tanya Laras melanjutkan.
"Hmmm..bunda lupa, temen sekelasnya Todi mungkin ya, eh sayang, yuk kita mulai buat carrot cake nya," ucap Bunda segera.
"Oh, oke Bun, aku taruh ini dulu ya" jawab Laras cepat. Laras segera berlari kembali ke ruang televisi dan meletakkan album foto di atas meja, lalu kembali ke dapur.
Laras menghabiskan waktu satu jam untuk memasak bersama Bunda. Tidak terasa sudah sore. Sebuah bunyi bel mengangetkan Laras dan Bunda bersamaan.
"Aku buka ya Bun," ucap Laras. Dia segera berlari ke depan pintu rumah Bunda, ternyata ada Todi di sana. Laras langsung membuka pintu dan mempersilahkan suaminya masuk sambil tersenyum walaupun sebenarnya dia masih banyak pertanyaan di kepala Laras untuk Todi.
"Sudah pulang kak," sapa Laras.
"Iya, untung bisa pulang cepat," balas Todi.
"Yuk, Bunda didapur," ajak Laras. Todi mengikuti langkah istrinya.
"Bun" sapa Todi sambil mencium pipi Bunda.
"Hai sayang, sudah pulang? Nanti malam nginap sini ya," pinta bunda.
"Aku enggak bawa baju Bun, besok masih harus pergi ke rumah sakit lagi" tolak Todi.
"Yah, sepi lagi deh rumah Bunda," balas Bunda dengan wajah sedih. Todi dan Laras tertawa melihat Bunda.
"Tenang bunda, seminggu ini Laras libur, nanti Laras sering kesini deh" janji Laras.
"Minggu depan deh Bun, kita nginep ya," sambung Todi, berusaha menghibur Bundanya.
"Ya udah, tapi makan malam disini kan?" pinta Bunda lagi. Todi dan Laras kompak mengangguk mengiyakan.
Ayah Todi pulang sekitar 1 jam kemudian, mereka berempat segera makan malam setelah ayah Todi pulang. Sekitar pukul 8 malam Todi dan Laras pun pamit.
"Kak, tadi aku lihat album foto kakak," ujar Laras.
"Album foto apa?" tanya Todi, sedikit khawatir.
"Banyak, kayanya Bunda sebelumnya lagi lihat-lihat foto kakak jaman dulu," jelas Laras.
"Oh," sahut Todi pendek.
"Ada foto SMA kakak, aku lihat foto kakak sama dr. Erick, kalian akrab ternyata ya?" ucap Laras lagi.
Todi menghela napas panjang, dia tidak langsung menjawab.
"Iya, dulu kita satu SMA," jawab Todi pendek.
Laras hendak bertanya lagi.
"Sayang, boleh kita tidak ngobrolin Erick hari ini?" pintanya. Laras menutup mulutnya dan mengangguk. Todi seperti enggan untuk membicarakan Todi hari ini. Mereka berdua kembali berdiam diri.
Laras dan Todi sibuk dengan pikiran mereka masing-masing. Laras berusaha mengingat gadis di foto itu, wajahnya begitu fimiliar, seperti sudah pernah Laras lihat sebelumnya. Sedangkan Todi, sedikit cemas, cepat atau lambat dia memang harus berkata jujur pada Laras, pikirnya.
"Ah, aku ingat, itu kan Erlina!" seru Laras tiba-tiba. Todi terkejut mendengarnya.
"A..apa maksudnya???" tanya Todi terbata-bata.
"Iya, aku tadi lihat yang di foto kakak sama dr. Erick, itu Erlina kan, senior di SMA yang dulu lumayan terkenal itu kan kak? Dulu sempat jadi penyiar radio terkenal di Bandung kan? Sama kalau ga salah sempat main film apa sinetron ya? Bener kan Kak?" tanya Laras berturut-turut. Tiba-tiba dia teringat.
Todi menelan ludahnya. Berbicara dengan ragu.
"Kamu kenal dengan Erlina?" tanya Todi, berusaha menjaga roman wajahnya sedatar mungkin, dia khawatir Laras curiga.