Setelah beberapa jam Laras dan Todi hampir menaiki semua wahana, akhirnya mereka berdua sampai di wahana terakhir, wahana rumah hantu.
"Abis ini kita udahan ya kak, aku laper," pinta Laras.
"Hmm..aku gimana kamu aja," jawab Todi, setuju, dia juga sudah keroncongan.
"Beneran mau masuk ke rumah hantu?" tanya Todi. Dia berharap istrinya ketakutan di dalam sana. Laras mengangguk mantap.
"Ya udah, ayo," Todi langsung menggandeng tangan Laras untuk mengantri. Hari sudah menjelang sore, sudah hampir jam 5, mereka baru menyadari kalau belum makan siang. Setelah mengantri cukup lama, akhirnya mereka berdua masuk. Wahana itu menampilkan hantu-hantu Indonesia, seperti kuntilanak, pocong, dan lainnya. Tidak terlalu menakutkan menurut Laras. Dia malah tertawa-tawa saat melihat kuntilanak yang tiba-tiba muncul. Todi cukup takjub melihat istrinya, dulu Erlina dan Sarah sangat penakut dengan hal-hal yang berbau mistis. Laras memang beda, pikirnya.
"Beneran enggak takut?" tanya Todi setelah mereka berdua selesai dari wahana rumah hantu. Laras mengernyitkan keningnya, keheranan dengan pertanyaan suaminya yang sudah beberapa kali ditanyakan Todi.
"Enggak, takut itu sama Tuhan," jawab Laras sambil tertawa.
"Kamu beda ya sama pa.." Todi segera menutup mulutnya. Nyaris saja dia menyebut pacarnya yang terdahulu didepan Laras, umpatnya dalam hati.
"Sama siapa?" tanya Laras bingung, mendengar suaminya tidak menyelesaikan kalimatnya.
"Sama Pak Yadi, Bu Inah..apalagi Bunda, pada takut hantu," elak Todi.
"Ooh.." sahut Laras pendek.
"Yuk, kita makan," ajak Todi akhirnya, mengalihkan perhatian Laras.
Mereka berjalan mengelilingi food court di mal itu, tiba-tiba mata Laras terbentur pada tulisan "festival kuliner Jawa barat di lantai dasar", dia mendadak ingin kesana.
"Kak, kita kesana aja, pasti seru," ucap Laras, sambil menunjuk ke arah tulisan yang baru dibacanya.
"Oke," jawab Todi setuju.
Mereka turun ke lantai dasar, mengikuti alur jalan menuju ke tempat yang mereka tuju. Di lantai dasar, banyak sekali penjual makanan yang sedang menawarkan jualan mereka. Ada berbagai makanan khas jawa barat disana, mulai dari makanan khas Bandung seperti siomay, batagor, seblak, soto Bandung atau dari daerah jawa barat lainnya. Mata Laras membulat dua kali lipat melihat berbagai macam makanan disana. Dia langsung menarik tangan Todi untuk mulai membeli makanan disana. Laras membeli seporsi siomay dan batagor, sementara Todi membeli soto Bandung. Untuk minumannya, Laras membeli es goyobod dan Todi membeli es cendol. Mereka mencari tempat duduk kosong, dan mulai menyantap makanannya.
"Kamu laper apa doyan sayang?" tanya Todi, dia bingung melihat istrinya menyantap siomay dan batagor secara bersamaan. Lanjut menyeruput es goyobod nya.
"Aku ngidam ini kak," jawab Laras sambil menunjuk ke arah dua hidangan didepannya.
"Ngidam?" tanya Todi, agak kaget mendengar kata-kata istrinya.
"Baru juga kemarin kak, masa aku langsung hamil," bisik Laras pada suaminya sambil tertawa.
"Soto nya enak kak?" tanya Laras.
"Nih, mau coba?" tanya Todi. Laras mencoba soto Bandung punya Todi.
"Hmm..lumayan kak, aku mau pesan satu ya. Kakak mau pesan apa lagi biar sekalian?" tanya Laras.
"Aku habisin ini dulu aja," jawab Todi, geli.
"Oke," Laras pergi menuju tempat jualan.
Todi kembali menyantap makanannya.
"Permisi, ini kosong kang?" seorang lelaki yang sedang bersama seorang gadis datang mendekati Todi.
"Oh, ini tempat ada istri saya, tapi yang ini kosong kok, mangga silakan" jawab Todi sambil menunjukkan kursi didepan mereka yang kosong.
"Nuhun ya kang," balas lelaki itu dengan sopan, disambut senyuman oleh Todi.
Sekitar 10 menit Laras datang, tidak dengan soto Bandung seperti yang awalnya dia rencanakan. Laras membawa mie koclok dan serabi di tangannya. Todi nyaris tersedak melihat jajanan istrinya.
"Sayang kamu beli banyak banget," ucap Todi. Sementara istrinya cengengesan.
"Aku kepengen aja kak," jawab Laras masih tertawa. Wanita itu duduk di kursi. Tawanya hilang saat melihat sosok lelaki didepannya.
"Laras, apa kabar?" sapa lelaki itu.
"Baik," jawab Laras dengan dingin. Todi sedikit bingung, ternyata lelaki yang tadi kenal dengan Laras, pikir Todi. Tapi dia bertambah bingung melihat wajah Laras yang berubah 180° saat ini. Laras terlihat begitu kesal. Aneh sekali, biasanya Laras selalu bersikap ramah kepada siapapun.
"Oh, maaf, aku Amar, kakaknya Ameera, teman Laras, maaf saya tidak tahu kalau akang suaminya Laras," Amar berdiri sambil mengulurkan tangan menyalami Todi. Todi sendiri langsung menyambut uluran tangan Amar dan membuat senyuman diwajahnya.
"Todi," ucapnya.
"Ini teman saya, Amanda," Amar memperkenalkan gadis yang duduk disampingnya. Gadis itu berdiri dan menyalami Laras dan Todi dengan senyuman diwajahnya. Laras menanggapi dengan acuh tak acuh. Setelah menyalam Amanda, Laras sibuk dengan mie kocoknya. Dia menghabiskan mie dengan cepat. Todi masih terbingung-bingung melihat sikap istrinya, pasti ada hubungan sesuatu dengan Amar dan Laras dimasa lalu, tebak Todi. Tapi Todi memilih untuk diam. Dia meneliti wajah Amar, sepertinya Amar dulu junior Todi, pikir Todi mencoba mengingat-ingat.
"Yuk kak, udah malam," ajak Laras sambil menarik lengan Todi. Dia malas berlama-lama harus melihat Amar.
"Oh, udah selesai, ya udah yuk," jawab Todi. Menurut pada istrinya, khawatir Laras bertambah kesal. Todi tahu Laras sudah ingin cepat-cepat pergi dari sini.
"Yuk Mar, Amanda, kami duluan ya," pamit Todi dengan sopan. Sementara Laras ngeloyor pergi tanpa pamit sedikitpun.
Sepanjang jalan menuju parkiran, Laras diam seribu bahasa. Todi juga hanya bisa diam saja.
"Kamu enggak mau kemana-mana lagi?" tanya Todi. Laras menggeleng. Dalam hati dia memarahi dirinya sendiri, mengapa harus memperlihatkan sikap seperti ini hanya karena bertemu dengan Amar. Tapi Laras tidak bisa untuk tidak bersikap seperti ini, moodnya langsung berubah jelek saat melihat wajah Amar. Laras yakin suaminya pasti bingung melihat sikapnya ini.
"Aku mau pulang," jawab Laras pelan.
"Ya udah kita pulang ya," ucap Todi.
Sampai di mobil, tiba-tiba Todi teringat akan sesuatu.
"Kamu tunggu sebentar disini ya sayang," ucap Todi. Dia langsung pergi meninggalkan Laras dalam kebingungan.
"Kakak mau kemana?" tanya Laras, tapi tidak dijawab oleh Todi, karena tidak terdengar. Sekitar 10 menit menunggu, akhirnya Todi kembali, sambil terengah-engah. Di tangannya ada sekuntum mawar merah dan satu cup es krim mint. Todi segera masuk ke dalam mobil.
"Kak," panggil Laras, hatinya berubah menjadi senang saat melihat pada yang dibawa Todi.
"Aku tadi lihat ada yang jualan bunga, sama es krim, buat kamu, aku enggak tahu kamu kenapa tapi kamu tadi kelihatan sedikit kesal, jadi aku pikir.."
Cup. Laras menghentikan kalimat Todi dengan memberikan kecupan di bibir Todi.
"Makasih ya sayang, aku enggak bete kok, malah senang sekali, apalagi dikasih ini sama kamu," ucap Laras, mengambil es krim dan bunga dari tangan Todi. Laras tersenyum dengan sangat manis pada Todi. Laras mulai memakan es krimnya.
"Hmmm..rasa mint nya enak kak.." ucap Laras memalingkan wajahnya ke arah suaminya. Todi menyambutnya dengan ciuman di bibir Laras.
"Iya enak," jawab Todi setelah selesai mencium bibir Laras. Wajah Laras langsung terasa panas dan memerah.
"Kakak ih!" pekik Laras malu, dia memukul lengan Todi pelan.
Todi tertawa pelan. Dia sangat suka sikap malu-malu Laras seperti ini.
"Ayo pulang, aku mau minta lebih dari es krim sama kamu," ucap Todi sambil mengedipkan mata ke atas istrinya, yang disambut dengan cubitan gemas dari Laras.
Hati Laras yang sebelumnya kesal, sudah lebih baik saat ini, beruntung Todi sangat manis hari ini, jadi dia dengan mudah melupakan kekesalannya bertemu dengan Amar sebelumnya.