Laras bernyanyi dengan riang sepanjang perjalanan, mengikuti lagu-lagu barat yang diputar di radio malam ini. Dia sengaja menyetel radio sedikit keras, bernyanyi dengan semangat, sedikit berlebihan terkadang, Laras sengaja melakukan itu agar suasana hatinya membaik dengan cepat. Todi hanya tertawa pelan saja melihat tingkah istrinya, tapi dia tetap diam menahan banyak pertanyaan dikepalanya. Walaupun dalam hati sebenarnya Todi penasaran setengah mati apa hubungan Laras dengan Amar. Jarang Todi melihat Laras berlaku kasar seperti tadi. Pasti ada alasan khusus Laras bersikap seperti itu, pikir Todi dalam hati.
"Kok kakak diam aja sih?" tanya Laras. Heran karena suaminya tidak banyak bicara sepanjang perjalanan.
"Kan dengerin kamu nyanyi," kilah Todi, berbohong. Padahal dia sedang sibuk dengan lamunannya sendiri. Sibuk menerka-nerka rasa penasarannya.
"Bagus enggak suara aku kak?" tanya Laras manja. Todi mengangguk mengiyakan, memang suara istrinya sangat lumayan untuk didengar.
Selang 30 menit, Todi dan Laras sampai di rumah. Todi masuk ke kamar duluan, dia cukup lelah hari ini. Laras mengikuti suaminya dari belakang dengan cepat. Setelah menutup pintu kamar, Laras memeluk Todi dari belakang. Entah mengapa Laras menginginkan Todi malam ini. Laras membalikkan badan Todi, melingkari leher Todi, wanita itu berjinjit untuk mencumbu suaminya. Todi baru saja ingin bertanya "Kenapa" pada istrinya, tapi tidak sempat. Dia sama sekali tidak menyangka Laras akan seperti ini, karena tidak siap, Todi cukup kewalahan menghadapi ciuman Laras. Todi berdiri sedikit limbung, mundur beberapa langkah karena terdorong tubuh Laras, dan akhirnya langkah Todi berhenti karena kakinya tersandung pinggiran tempat tidur. Mereka berdua terjatuh ke atas tempat tidur dengan posisi Laras menimpa badan Todi. Menyadari apa yang baru saja terjadi, Laras tertawa terbahak-bahak dengan keras. Todi hanya bisa terbengong-bengong, masih linglung, bingung melihat sikap istrinya yang berbeda sekali. Baru kali ini Laras bertingkah sedikit liar seperti ini. Biasanya istrinya cenderung malu-malu.
"Kamu enggak apa-apa kan?" tanya Todi, khawatir kepala Laras terbentur saat jatuh tadi. Dia memegang kepala Laras, memeriksanya, mencari kalau-kalau ada lebam karena benturan, tapi kepala Laras tampak baik-baik saja. Justru Laras masih tertawa, tawanya semakin menjadi-jadi saat melihat wajah bingung suaminya, lucu sekali, pikir Laras dalam hati. Membuat Laras semakin tergoda pada suaminya.
"Ras.." panggil Todi.
"Hmmmm.. aku enggak apa-apa, aku cuman lagi ingin kakak malam ini," balas Laras cepat, menghentikan tawanya. Laras memamerkan kerlingan menggodanya pada suaminya. Wanita itu mulai lagi melanjutkan aksinya menciumi wajah Todi. Setelah puas dengan wajah suaminya, ciuman Laras pindah ke leher Todi. Todi masih sedikit linglung, tapi Laras membuatnya ingin juga.
"Ras..hmmmppp..kamu ..hmmmppp bener mau.." ucap Todi ditengah-tengah serangan ciuman Laras.
"Apa kak? Kenapa kakak bawel sekali hari ini?" protes Laras cepat.
"Bawel?" balas Todi, tidak menyangka istrinya menyebut dirinya bawel.
"Iya, kan sudah aku bilang, kakak enggak perlu minta izin, kita udah suami istri, apalagi aku yang mau," ucap Laras, menghentikan kegiatannya sambil tersenyum menggoda, mencoba menggoda suaminya lagi. Laras berhasil, Todi menelan ludahnya dengan susah payah. Pria itu langsung membalikkan tubuh istrinya, dan membalas dengan menciumi Laras dengan tak terkendali, menjelajahi setiap jengkal tubuh istrinya. Membuka paksa pakaian Laras dan dirinya.
------------
Setelah selesai dengan percintaan mereka yang panas malam ini. Laras berbaring masih mencoba mengatur napasnya yang cepat. Dia kelelahan akibat kelakuannya sendiri menggoda suaminya malam ini, menyebabkan Todi bercinta dengannya dengan penuh gairah. Todi menarik tubuh istrinya, membaringkan diatas tubuhnya dan memeluknya erat sambil menyelimuti tubuh mereka berdua dengan selimut. Laras mendaratkan kepalanya tepat ditengah dada suaminya, tertidur diatas dada Todi. Ini momen favorit Laras setelah bercinta dengan Todi. Dia bisa mendengar detak jantung Todi dengan jelas saat seperti ini.
"Kak.." panggil Laras pelan. Laju napasnya mulai teratur.
"Hmmm??" balas Todi, dia membuka matanya, memandangi istrinya.
"Kakak enggak penasaran?" tanya Laras.
"Penasaran?" tanya Todi bingung. Laras mengangguk.
"Iya, penasaran sama sikap aku tadi sore," jelas Laras.
"Maksudnya?" tanya Todi lagi, pura-pura bingung, padahal dia tahu maksud istrinya. Tapi Todi sengaja pura-pura bingung.
Mendengar pertanyaan Todi, Laras menjadi tidak sabar, dia mengangkat kepalanya, seluruh badannya masih berbaring diatas tubuh Todi, dagu Laras bertumpu pada kedua tangannya, tepat diatas dada Todi. Laras menatap wajah suaminya dengan lekat.
"Kamu enggak mau nanya, kenapa aku seperti itu sama Amar tadi?" tanya Laras serius. Jauh di lubuk hati Laras, dia ingin suaminya merasa penasaran.
Todi membalas tatapan istrinya sambil tersenyum dengan lembut. Todi seakan bisa membaca maksud Laras. Dia tahu dari pandangan Laras kalau istrinya ingin dia penasaran. Tapi Todi juga sadar dia masih punya banyak rahasia dari Laras. Todi merasa dia sama sekali tidak punya hak untuk merasa penasaran dengan kejadian di mall sebelumnya. Todi akan dengan sabar menunggu istrinya untuk cerita sendiri.
"Kamu inginnya aku penasaran?" tanya Todi.
"Bukan.." potong Laras cepat. Tidak sabar mendengar suaminya. Dia malah jadi kesal.
"Jadi apa?" tanya Todi lagi.
"Ah.. udah deh," balas Laras merajuk, dia memindahkan posisi tubuhnya menjauhi Todi. Laras memunggungi suaminya.
Todi tidak menarik tubuh Laras, dia diam sambil mendekati Laras dan memeluknya dari belakang. Laras masih kesal, dia berusaha melepaskan tangan suaminya dari pinggangnya. Melihat sikap Laras, Todi memeluk lebih erat tubuh Laras.
"Aku penasaran... penasaran setengah mati," bisik Todi pada telinga Laras. Laras hanya diam, menunggu kata-kata selanjutnya dari Todi.
"Tapi aku enggak mau paksa kamu untuk cerita, aku tau kamu bete sekali kan," lanjut Todi lagi. Laras mengangguk, tapi masih diam.
"Aku juga tau kenapa kamu malam ini seperti tadi, kamu manfaatin aku buat lupain Amar kan?" tebak Todi.
Laras langsung membalikkan badannya. Hatinya menjadi tidak enak mendengar ucapan Todi barusan. Tapi ucapan Todi memang benar, Laras ingin bercinta dengan Todi untuk melupakan kesal hatinya setelah bertemu Amar. Selama menikah, baru kali ini Laras memanfaatkan Todi seperti ini.
"Bukan begitu kak," sanggah Laras segera. Dia menyentuh wajah Todi.
"Aku mohon jangan sebut nama dia lagi, enggak suka, aku enggak mau cerita sekarang, aku juga bukan manfaatin kakak, sungguh, aku cuma.."
"Udah sayang, manfaatin aku sebanyak yang kamu mau, aku enggak peduli, aku benar-benar rela." potong Todi dengan cepat. Todi sungguh tidak mau perduli dengan apapun yang disembunyikan Laras. Apalagi dia juga menyembunyikan kenyataan kalau dia pernah jadi laki-laki yang pengecut dan egois dulu dengan Erlina. Todi justru merasa tidak berhak menerima penjelasan apapun dari Laras. Semua orang punya masa lalu, bukan hanya Todi, Laras juga pasti ada.
"Kita tidur aja ya," sambung Todi. Mendekap Laras lebih erat. Beberapa menit kemudian mereka berdua sama-sama terlelap.