Pagi harinya Todi terbangun lebih dulu dibanding Laras. Pria itu langsung menyadari kalau dia tertidur saat dipijat oleh Laras. Ah, bodoh padahal aku kan sudah minta, gerutunya sendiri. Todi mengelus pipi istrinya dengan lembut, gerakan Todi membuat Laras sedikit terusik tidurnya. Matanya mulai bergerak dan akhirnya Laras terbangun.
"Kak..kakak udah bangun," ucap Laras dengan suara mengantuk. Laras mengucek kedua matanya sambil menguap.
"Iya, kamu masih ngantuk ya, tidur lagi ya," balas Todi, membelai rambut Laras.
"Jam berapa ini kak?" tanya Laras.
"Jam 5 kurang, masih pagi bobo lagi ya," ucap Todi, memeluk istrinya. Laras hanya mengangguk sambil merapatkan kepalanya ke dada Todi dan kembali terlelap.
Tanpa sadar, Todi juga ikut terlelap. Mereka berdua baru sadar saat pintu kamar mereka diketok oleh Bu Inah.
"Mas...Mbak...sudah mau jam setengah 7, sarapan sudah dibawah," ucap Bu Inah setelah mengetok beberapa kali dengan suara cukup kencang.
"Astaga kak, telat kita!" pekik Laras saat tersadar dari tidurnya. Laras langsung melompat ke kamar mandi.
Todi sendiri masih linglung, dia melihat jam di dinding dan ikut terkejut. Sementara Bu Inah masih mengetuk, memberitahukan kalau sarapan sudah selesai.
"Iya Bu, minta dibungkus aja, biar dimakan di mobil!" seru Todi. Dia bergegas masuk ke kamar mandi mengikuti istrinya.
Melihat Todi masuk, Laras langsung berteriak.
"Kakak!!! Mau ngapain???" teriak Laras, dia spontan menutupi bagian pribadi tubuhnya dengan tangan. Todi menelan ludah melihat istrinya saat ini sudah melepaskan gaun tidurnya, Laras tidak memakai pakaian dalam apapun di dalam gaun tidurnya.
"Mau mandi, udah bareng aja, biar cepat," ucap Todi, seakan tidak perduli. Sedikit kesal mengapa istrinya masih bertingkah seperti itu, padahal mereka sudah melakukannya. Laras terdiam, dia bergegas mandi dan dengan segera keluar dari kamar mandi sebelum Todi selesai. Dalam 15 menit mereka sudah sampai didalam mobil yang dikendarai Pak Yadi.
"Sayang, aku lupa, hari ini aku jaga," ucap Todi sambil melihat jadwal jaga di handphonenya. Dia menepuk kepalanya, bagaimana bisa dia lupa, pikirnya dengan bodoh.
Laras melotot.
"Kak, aduh, kamu sudah bawa baju ganti buat jaga?" tanya Laras.
"Belum," jawab Todi sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Pertemuan dengan Erlina kemarin benar-benar membuat pikirannya kosong, persis seperti orang bodoh.
"Ya udah, nanti minta tolong Bu Inah ya pak, bawakan baju jaga sama baju ganti buat besok buat mas Todi," pinta Laras pada pak Yadi.
"Baik mbak," jawab Pak Yadi sambil mengangguk.
"Kamu nanti malam, mau aku bawain makanan apa?" tanya Laras.
"Culik aku dong sayang," bisik Todi, membuat Laras terkikik geli. Tidak terbayang dia melihat suaminya yang sebelumnya terlihat dingin, bertingkah dingin seperti itu.
"Kok ketawa sih?" tanya Todi kesal.
"Lucu abisnya," jawab Laras. Todi hanya cemberut mendengarnya.
"Nanti malam aku bawain makan malam ya," janji Laras.
Todi membalas dengan mencium kening istrinya.
Mereka sampai nyaris terlambat, Laras melambaikan tangan pada Todi sebelum pergi mengikuti laporan jaga pagi. Beruntung dia tidak terlambat, kalau tidak pasti kena masalah lagi dengan Erick. Laras melihat sekilas ke arah barisan depan, Erick sedang sibuk disana memeriksa laporan jaga juniornya. Aman, gumam Laras pelan, dia mengambil tempat duduk disebelah Zaskia.
"Hei," sapa Zaskia.
"Hei" sapa Laras.
"Untung lu ga telat," sambung Zaskia. Laras hanya mengangguk.
"Iya, capek banget lari-lari," ucap Laras, mengelap peluh di dahinya.
________________
Minggu ini adalah minggu terakhir stase Laras di stase bedah. Hari-hari terakhir terasa cukup lancar bagi Laras. Dia melalui ujian dengan baik. Todi minggu ini mulai bertugas di rumah sakit luar, di rumah sakit kabupaten Bandung. Todi lumayan sering pulang malam, tapi setidaknya selama satu bulan kedepan dia tidak ada jaga malam, Laras cukup senang dengan itu. Dia hanya perlu menunggu suaminya pulang dari rumah sakit. Sedangkan Laras minggu depan harus mulai stase terakhirnya di daerah Lembang, cukup dekat dengan rumah ayahnya.
Hari ini Laras pulang cepat, karena hanya pengumuman kelulusan di pagi hari saja, setelah itu mereka tidak ada kegiatan. Semua koasisten dinyatakan lulus pagi ini. Laras tersenyum dengan bahagia, berarti hanya tinggal satu stase lagi dan dia sah menjadi dokter. Tiba-tiba Laras berencana untuk datang ke rumah sakit tempat Todi bertugas untuk mengejutkan Todi. Laras berniat untuk mengajak Todi makan siang bersama. Setelah selesai acara pengumuman kelulusan, Laras pergi bersama pak Yudi menuju rumah sakit tempat Todi, dia sengaja tidak memberi tahu Todi.
"Pak, nanti kita mampir ke restoran dulu ya, buat beli makan siang mas Todi," pinta Laras kepada pak Yadi.
Sebelumnya Laras pergi dulu ke restoran kesukaan Todi, yang letaknya satu jalan dengan jalan menuju rumah sakit Todi. Laras membeli dua porsi makan siang untuk dirinya dan Todi, lalu dua kotak donat untuk para perawat kamar operasi nanti.
Setelah sampai Laras masuk ke dalam dengan wajah berbinar-binar, dia senang sebentar lagi akan menemui Todi. Tiba-tiba Laras ingat kalau dia belum membeli minuman untuk suaminya, jadi Laras segera menuju kafetaria di rumah sakit itu. Langkah Laras berhenti saat melihat sosok Todi sedang duduk bersama seorang wanita. Laras tidak kenal wanita itu, wajahnya terlihat bengkak sedikit memerah pada bagian pipinya dan dia memakai rambut palsu. Wanita itu tampak sedang tidak sehat. Sepertinya dia seorang pasien pikir Laras. Tapi hati Laras sedikit terusik saat Todi mengulurkan kedua tangannya, menggenggam tangan wanita itu, walaupun beberapa detik kemudian wanita tersebut langsung menarik tangannya dan bergegas keluar, meninggalkan Todi sendirian, yang wajahnya terlihat sangat murung. Laras menunggu wanita itu keluar, bersembunyi sebentar di balik tembok, agar Todi tidak melihatnya. Menunggu sekitar 1 menit setelah wanita itu berlalu, setelahnya, Laras masuk ke dalam kafetaria itu, menuju ke meja tempat Todi masih duduk, dengan kepala tertunduk, wajahnya masih terlihat murung.
"Kak," panggil Laras sambil menepuk bahu Todi dari samping.
"Ras, kamu ngapain kesini?" ucap Todi, wajahnya terkejut sekali. Dia juga terlihat linglung.
Laras berusaha membuat wajahnya terlihat datar.
"Aku tadi lihat kakak disini pas nyari bagian kakak, aku mau ajak kakak makan siang bareng, udah bawa ini," jawab Laras, sambil menunjuk dua kotak makan siang yang masih dipegangnya.
"Oh, ya ampun, kamu bikin aku kaget aja," ucap Todi. Laras melirik bekas minuman didepan Todi, ada dua gelas disana.
"Tadi kakak sama siapa?" tanya Laras menyelidik. Todi diam sebentar.
"Oh, aku sama pasien aku," jawab Todi.
"Oh..di tempat makan?" tanya Laras, hatinya bingung tapi sekaligus lega karena wanita itu memang pasien sesuai dengan dugaan Laras.
"Iya, kebetulan ketemu pas aku beli minum, sekalian nanya pasiennya," jelas Todi.
"Oh," sahut Laras pendek.
"Kenapa?" tanya Todi, menangkap raut keraguan di mata Laras. Ada rasa curiga disana.
"Enggak apa, kita makan ini yuk, kakak belum makan kan?" ucap Laras cepat, mengalihkan arah pembicaraan. Laras menelan semua pertanyaan didalam pikirannya. Lebih baik ditanyakan nanti saja, pikirnya.
"Belum, untung aku belum pesen makan," jawab Todi cepat. Dia langsung mengambil bungkusan makanan di tangan Laras mengajak istrinya untuk pergi dari sana.
"Yuk, kita makan siang dulu, aku lapar," jawab Todi.
"Iya," jawab Laras setuju. Laras mengikuti suaminya dengan banyak pertanyaan di kepalanya.