Pagi ini Laras bangun terlebih dahulu, Todi masih terlelap di sampingnya. Sepertinya dia kelelahan. Laras turun ke bawah, berniat untuk memasak sarapan pagi. Luna sudah menonton televisi di ruang keluarga. Ternyata kakaknya itu baru selesai lari pagi. Luna memang rutin berolah raga di pagi hari.
"Kak, mau aku masakin apa?" tanya Laras.
"Kita ke floating market aja yuk, kamu enggak usah masak," jawab Luna.
"Serius?" tanya Laras.
"Iya, aku udah bilang ke ayah, ayah udah setuju tuh, tadi abis lari pagi ayah mau bobo lagi, istirahat sebentar, nanti kita kesana jam 10an aja, kalau minggu suka rame, kuliner makanan disana aja kita dek," jelas Luna.
"Oh gitu?" ucap Laras lagi.
"Iya," balas Luna lagi.
Laras duduk disebelah Luna, mereka menonton acara gosip bersama. Sudah lama rasanya Laras tidak nonton bersama kakak satu-satunya ini. Semenjak selesai kuliah, Luna fokus untuk membantu ayah mengurusi perusahaan ayah di Bandung dan Jakarta. Luna juga menunda untuk menikah, bahkan Laras hampir tidak pernah melihat Luna berpacaran dalam 4 tahun ini. Dia lebih sibuk mengejar karirnya.
Hampir 1 jam menonton bersama Luna, Laras belum melihat Todi keluar dari kamar sama sekali.
"Kak, sudah jam 9, aku mandi dulu ya, sekalian bangunin kak Todi buat siap-siap" pamit Laras.
"Iya, keasyikan nonton kita, aku juga mau mandi deh, sama bangunin ayah," ucap Luna. Mereka berdua masing-masing beranjak menuju kamar mereka.
Laras masuk ke kamar, mendapati Todi masih tertidur. Lelap sekali tidurnya, pikir Laras. Akhirnya Laras memutuskan untuk mandi terlebih dahulu. Setelah selesai, Laras kembali ke kamar, dan Todi masih juga belum bangun.
"Kak," panggil Laras. Menyentuh lengan Todi pelan.
"Kak Todi," panggil Laras lagi, kali ini mengguncang badan Todi lebih kencang.
"Bangun kak!" panggil Laras lagi. Masih menepuk lengan Todi.
Todi membuka kedua matanya, dia masih mengantuk sekali. Matanya langsung segar saat melihat tampilan istrinya saat ini, dengan rambut masih setengah basah selesai keramas, dan wangi sekali. Laras pasti baru selesai mandi, ucap Todi dalam hati, dia senang.
"Kak, ayo mandi, udah mau jam 10, kita mau pergi ke floating market," ucap Laras lagi, kembali menggoyangkan badan suaminya agar segera bangun.
Todi menarik istrinya, dia paling suka aroma istrinya selesai mandi. Laras terjatuh tepat diatas badan Todi. Todi langsung memeluk istrinya erat.
"Kak, ayo cepetan mandi, mau berangkat jam 11 kita, biar enggak terlalu macet," ucap Laras melepaskan pelukan suaminya.
"Aku mandi sebentar kok, gini dulu sebentar," pinta Todi.
Laras menggeleng.
"Jangan main-main kak, sebentar lagi jam 10, kamu peluk aku semalaman pas tidur, masa belum puas juga," ucap Laras, menolak tubuh Todi dan berusaha berdiri. Tapi Todi menahan tubuh istrinya, menarik kembali, menggulingkan tubuhnya sehingga tubuh Laras tepat berada dibawahnya. Todi menciumi wajah Laras beberapa kali, mulai dari kening, mata, hidung, bibir dan dagu Laras. Lalu ciumannya beralih ke leher Laras.
"Kan baru dipeluk, kamu belum kasih aku yang lain," ucap Todi, manja.
"Jangan sekarang kak, ini udah hampir siang, lagian kita di rumah ayah, enggak enak," tolak Laras.
"Pertama kita lakukan juga di pagi hari," jawab Todi. Kali ini bibir Todi sudah pindah ke dada Laras.
"Nanti malam, aku janji, nanti malam ya," bujuk Laras.
"Janji?" tanya Todi. Menghentikan ciumannya, memandang istrinya. Laras mengangguk cepat. Napasnya sudah mulai sesak ditindih badan besar Todi.
"Ayo cepetan mandi kak," ucap Laras, menolak badan Todi lagi.
"Iya," jawab Todi. Menggeser tubuhnya, duduk di tepi tempat tidur. Laras ikut duduk disamping Todi. Ketika Laras hendak berdiri, Todi menahannya.
"Kenapa lagi kak?" tanya Laras bingung.
Todi tidak menjawab, hanya mengetuk-ngetuk bibirnya. Memberi kode agar Laras mencium bibirnya. Laras mengerutkan keningnya. Dia tidak langsung memberikan kecupan untuk suaminya. Apa yang tadi belum cukup, pikirnya bingung.
"Kan belum morning kiss," pinta Todi. Laras menghela napas kesal. Kalau dibilang belum, yang tadi namanya apa, jelas-jelas tadi ciumannya sudah sampai dada segala, batin Laras dalam hati kesal. Dia memandangi suaminya, tidak ada alasan dia marah kepada Todi, semua orang punya masa lalu, dia menikahi Todi yang sekarang, bukan Todi di masa dulu. Lagipula siapa yang tidak punya rahasia, Laras juga belum pernah menceritakan tentang Amar kepada Todi. Sepertinya Laras memang harus melupakannya.
Laras memegang kedua pipi suaminya.
"Kak, janji ya, setelah ini, tidak ada lagi rahasia antara kita ya," ucap Laras.
Todi mengiyakan dengan anggukan. Laras mendekati wajah Todi dan memberinya kecupan pada bibir Todi, lalu langsung menolak badannya.
"Ayo cepetan mandi, aku tunggu dibawah ya," ucap Laras sesudahnya. Todi tersenyum bahagia, istrinya sudah lebih baik pagi ini.
Setelah selesai bersiap-siap. Laras dan keluarganya pergi ke floating market. Floating market adalah salah satu destinasi wisata di Lembang. Didalamnya terdapat banyak penjual makanan yang tempat berjualannya diatas danau buatan. Laras dan Todi berjalan-jalan sebentar untuk melihat makanan apa saja yang akan mereka pesan. Sementara Ayah dan Luna sudah mendapatkan meja. Agak sulit mendapatkan tempat saat hari libur, tempat ini ramai sekali wisatawan lokal, terutama dari Jakarta. Laras dan Todi berputar sebentar lalu memutuskan membeli beberapa makanan, dan cemilan untuk dimakan bersama dengan Ayah dan Luna.
Selesai makan, mereka memutuskan untuk menaiki wahana perahu yang ada disana. Mereka berempat juga mengambil gambar bersama. Laras terlihat bahagia sekali. Hati Todi menjadi lebih tenang melihat istrinya tersenyum sepanjang hari.
Selesai menaiki perahu, tiba-tiba ponsel Todi berbunyi. Dari dr. Miko, konsulen Todi.
"Ras, Yah, Luna, saya jawab telepon dulu ya," pamit Todi. Sedikit berjalan menjauhi keramaian disana.
"Halo siang dok," sapa Todi.
"Hai Todi, lagi dimana? Gue bisa minta tolong?" balas dr. Miko.
"Ada apa dok?" tanya Todi. Dia yakin konsulennya ini pasti mau mengajak ikut operasi. Todi ada salah satu residen kesayangan dr. Miko, dia paling sering mengajak Todi operasi di rumah sakit lain, di luar jam kerja. Kalau dulu Todi senang-senang saja, tapi sekarang dia sedang bersama Laras dan keluarganya, pasti tidak enak meninggalkan Laras.
"Ikut saya operasi ya, jam 4an deh, rumah sakit biasa, bisa?" tanya dr. Miko, yang terkesan seperti perintah ditelinga Todi. Dia tidak mungkin menolak.
"Jam 4 dok, baik dok, saya stand by disana jam 4 dok," balas Todi cepat. Dia melirik jam tangannya, masih jam 2 siang, masih ada waktu mengantar Laras pulang.
"Oke, " jawab dr. Miko sebelum mematikan sambungan telepon.
Todi kembali ke Laras, dia menemukan Laras duduk sendirian.
"Siapa kak?" tanya Laras. Dia sekarang sudah memegang sebuah cemilan kentang ditangannya. Entah kapan Laras membelinya.
"Ras, aku diminta operasi luar, jam 4," jawab Todi. Laras menghela napas. Sedikit kesal, tapi mau bagaimana lagi, Todi masih residen. Laras tidak bisa melarang.
"Rumah sakit mana?" tanya Laras.
"Daerah Padalarang, maaf ya, kita pamit duluan ya, aku takut kena macet" ucap Todi. Mengerti kalau istrinya pasti kesal.
"Ada apa?" tanya Ayah. Ayah dan Luna baru saja datang sehabis membeli makanan.
"Yah, maaf, saya dan Laras sepertinya harus pamit lebih cepat, baru saja diminta untuk operasi yah," jelas Todi.
"Oh, ya enggak apa-apa, nanti Laras ayah antar pulang aja," balas Ayah sambil tersenyum.
"Iya kak, aku pulang sama ayah aja, kakak duluan aja, nanti telat," Laras ikutan setuju dengan ucapan Ayah.
"Maaf ya ayah," ucap Todi.
"Enggak apa Tod, ayah lagian masih kangen sama Laras," ucap Ayah.
"Ya udah, kalau gitu aku pamit ya," pamit Todi. Menyalami ayah dan Luna.
"Aku anter sampai mobil ya," ucap Laras, mengikuti suaminya.
Laras dan Todi berjalan dengan pelan menuju mobil sambil bergandengan tangan.
"Jangan cemberut dong sayang," ucap Todi, melirik istrinya yang terlihat masih kesal.
"Iya," balas Laras, mencoba tersenyum walau terkesan terpaksa.
"Pulang cepat ya," ucap Laras saat mereka sampai di depan mobil Todi.
Todi mengangguk. Memeluk istrinya.
"Pasti, aku kan mau nagih janji nanti malam," bisik Todi dengan nada menggoda.
Laras langsung melepaskan pelukan suaminya, wajahnya memerah karena malu. Dia mencubit pinggang Todi. Todi hanya tertawa geli melihat istrinya sudah kembali tidak marah.
Setelah melepas Todi berangkat, Laras kembali kedalam menemui ayah dan Luna. Laras terlihat sedikit lesu. Dia merasa menyesal sendiri, kemarin mendiamkan suaminya karena emosi.
"Udah, jangan bete gitu, namanya juga residen, sabar," ucap Luna sambil menyenggol lengan Laras.
"Iya, nanti malam juga ketemu kan," ucap Ayah. Tiba-tiba Laras ingat janjinya pagi ini, dia jadi senyum-senyum sendiri karenanya.
---------------------
Todi langsung menuju rumah sakit yang sudah dijanjikan, dia mampir sebentar ke rumah untuk berganti baju. Jalanan Bandung lumayan padat siang ini, beruntung Todi bisa sampai sekitar pukul 3 siang. Karena sedikit lapar Todi mampir dulu ke kafetaria di dalam rumah sakit. Todi masuk sedikit terburu-buru. Tanpa sadar dia menabrak seorang perempuan dari arah berlawanan, sehingga tas perempuan itu terjatuh, isinya berhamburan keluar.
"Aduh, mohon maaf teh..saya enggak sengaja" ucap Todi, dirinya langsung berjongkok membantu memunguti isi tas perempuan itu.
"Oh, enggak apa kang," ucap perempuan itu, ikut berjongkok membereskan isi tasnya.
Todi terdiam, dia hapal suara itu, suara yang sudah tidak dia dengar selama beberapa tahun ini. Todi mendongakkan kepalanya, melihat wajah orang dihadapannya, sambil menyerahkan beberapa barang yang baru diambilnya dari lantai.
"Er..Erlina?" ucap Todi, terbata-bata. Bentuk badan Erlina tidak seperti Erlina yang dulu, tapi Todi masih bisa mengenalinya dengan baik.
Mendengar namanya dipanggil, perempuan itu sedikit terpaku. Dia langsung mengambil tasnya memasukkan semua barangnya yang berceceran dengan asal dan segera beranjak pergi meninggalkan Todi.
Melihat Erlina ingin segera pergi, Todi dengan cepat menangkap tangan Erlina, untuk segera berhenti.
"Tunggu, Lin..kita perlu bicara," ucap Todi sambil masih menahan tangan Erlina.