Chereads / My strange marriage / Chapter 33 - Seseorang dari masa lalu

Chapter 33 - Seseorang dari masa lalu

Todi menahan Erlina pergi. Dia tetap bersikeras untuk menahan gadis itu. Erlina melepaskan tangan dari Todi dengan kasar.

"Kamu mau apa lagi?" tanya Erlina dengan ketus.

"Ada yang harus aku bilang ke kamu, aku mohon, hanya butuh waktu sebentar, 5 menit, please?" ucap Todi, setengah memohon. Menarik tangan Erlina lagi.

"Aku enggak punya waktu banyak, apapun yang mau kamu bilang aku udah enggak perduli" ucap Erlina, melepas pegangan tangan Todi dengan kasar, mendorong badan Todi dan langsung pergi keluar, setengah berlari.

"Lina...tunggu Lin!" panggil Todi setengah berteriak, beberapa orang di kafetaria itu menatap mereka berdua dengan wajah bingung.

Todi mengejar Erlina. Tiba-tiba sebuah tangan menahannya. Itu Erick.

"Mau apa lagi lu?!" ucap Erick. Dia datang entah dari mana. Dia mencengkram lengan Todi dan mendorong tubuh Todi.

"Erick, tolong kasih gue kesempatan buat.."

"Udah cukup Tod!" potong Erick, membentak Todi.

"Jangan ganggu dia lagi," sambung Erick.

Todi menghentikan langkahnya. Lebih baik dia mengurungkan niatnya untuk sementara. Todi hanya bisa memandang Erick yang mengejar Erlina dari kejauhan. Dia kembali masuk ke kafetaria memesan secangkir kopi, dia perlu sesuatu untuk menenangkan pikirannya.

Setelah tenang, Todi menuju ruang operasi, sudah hampir jam 4, dia tidak mau dr. Miko menunggu terlalu lama. Sampai di ruang operasi, Todi baru diberitahu kalau dr. Miko terkena macet, jadi operasi mundur sekitar 1 jam.

Sambil menunggu dr. Miko, pikirannya melayang-layang kembali pada Erlina. Dia masih sakit ternyata, pikir Todi mengingat rupa Erlina tadi. Todi segera menghapus kenangan dia dan Erlina di pikirannya. Lebih baik aku menelpon Laras, pikir Todi. Dia langsung mengambil ponselnya dan menghubungi istrinya.

"Halo kak," sapa Laras dengan riang. terdengar ada suara keramaian dibelakang Laras. Dia masih bersama Luna dan ayah sepertinya.

"Halo," balas Todi. Hatinya sedikit tenang.

"Belum mulai operasinya?" tanya Laras.

"Dokter Miko telat sayang, mundur sejam," jawab Todi.

"Hmmm.. bosen dong nunggu kamu kak,"

"Iya, makanya aku telpon kamu," ucap Todi lagi. Laras tertawa.

"Jadi kalau bosen baru telpon aku nih??" ujarnya.

"Aku pisah dua jam udah kangen sama kamu sayang," ucap Todi, setengah menggombal.

"Idih, gombal banget suami aku tuh," jawab Laras, masih tertawa.

"Kamu dimana?" tanya Todi.

"Kita pindah tempat lokasi jalan nih kak, nanti aku kirimin foto-foto aku ya, ini tempatnya enak banget, kapan-kapan kita kesini berdua ya," jawab Laras. Todi jadi teringat, mereka sama sekali belum pernah bulan madu. Dia bertambah kasihan dengan Laras.

"Sayang.." panggil Todi.

"Hmmm??" balas Laras.

"Nanti kalau udah enggak terlalu sibuk, kita pergi bulan madu ya," ucapnya. Kata-kata Todi membuat Laras terdiam diujung sana.

"Ras...Laras..sayang?" panggil Todi lagi. Dia bingung mengapa tiba-tiba tidak ada suara dari Laras.

"Emm..iya kak, aku masih disini," jawab Laras.

"Kamu kenapa?" tanya Todi, masih bingung.

"Kaget," jawab Laras jujur.

"Kaget?" tanya Todi bingung. Laras tertawa, menertawakan dirinya sendiri.

"Aku kaget, kakak ajak bulan madu, aku pikir.." ucap Laras ragu-ragu.

"Pikir apa? pikir kalau aku enggak akan ajak kamu bulan madu?" tebak Todi.

"Enggak kak, cuman..enggak apa kak, aku cuman enggak mau berharap apa-apa aja, udah bahagia banget sama kakak yang sekarang," jawab Laras dengan jujur. Membuat hati Todi sedikit sakit. Bagaimana teganya dia dulu kepada istrinya, sampai Laras bahkan tidak mengharapkan apa-apa, hanya perubahan sikap saja Laras sudah senang.

"Kak..Kak Todi?" panggil Laras.

"Ya sayang," sahut Todi cepat.

"Oh..aku pikir kakak tutup telponnya," balas Laras.

"Ya udah, aku mau baca-baca status pasien dulu ya, sampai jumpa nanti malam sayang," ucap Todi, sebelum mematikan ponselnya.

Berbicara dengan Laras sungguh membuat dirinya cukup tenang dan nyaman. Beberapa saat kemudian, Laras mengirimkan beberapa foto dia bersama Luna dan Ayah. Todi tersenyum sambil memperhatikan foto-foto yang dikirim istrinya.

"Nanti kita kesini ya sayang," tulis Todi, membalas pesan foto Laras.

Setelah itu Todi menyibukkan diri untuk memeriksa pasien yang akan dioperasi dan membaca statusnya, sambil menunggu kedatangan dr. Miko.

_____________

Hari ini operasi berjalan cukup lama, sekitar 2,5 jam. Selesai operasi, dr. Miko mengajak Todi makan malam. Sebenarnya dia ingin sekali segera pulang, tapi tidak enak menolak ajakan dr. Miko. Apalagi konsulen nya ini terkenal tidak suka ditolak permintaannya. Selesai makan, Todi segera berpamitan dengan dr. Miko. Dia ingin segera bertemu Laras. Sialnya, kemacetan kota Bandung hari ini benar-benar parah, Todi terjebak selama 2 jam diperjalanan.

Todi langsung menuju kamar setelah sampai ke rumah. Dia mendapati Laras sudah tertidur, Todi berusaha menutup pintu dengan pelan agar istrinya tidak terbangun. Tapi tetap saja Laras terganggu mendengar suara derit pintu yang dibuka Todi.

Laras bangun dari tidurnya, dia mengucek kedua matanya dan mendapati suaminya sudah duduk di samping tempat tidurnya.

"Kak, baru pulang?" tanya Laras.

"Iya, aku bangunin kamu ya?" tanya Todi, mengelus kepala Laras.

Laras menggelengkan kepala.

"Udah makan?" tanya Laras.

"Udah, tadi kepaksa diajakin dr. Miko," jawab Todi. Merasa tidak enak karena hari ini tidak makan masakan istrinya.

"Capek ya?" tanya Laras, khawatir melihat raut wajah Todi yang terlihat lelah sekali.

"Iya" jawab Todi sambil mengangguk.

"Sini" perintah Laras. Dia membuka kedua tangannya, meminta Todi untuk datang ke pelukannya. Todi tersenyum geli, dia langsung mendaratkan tubuhnya kepelukan istrinya. Laras memeluk Todi sambil mengusap-usap punggungnya. Todi merebahkan kepalanya ke bahu Laras melepaskan lelahnya hari ini. Ingin rasanya dia menceritakan semuanya hari ini kepada Laras, tapi dia merasa belum saatnya. Rasanya belum saatnya Todi menceritakan apa yang terjadi antara dia dan Erlina, seseorang dari masa lalunya.

Todi meraba punggung istrinya, merasakan kalau istrinya tidak memakai apapun, dia baru ingat permintaannya pagi tadi. Ah, bodoh, bagaimana bisa dia melupakannya.

"Kamu nunggu aku ya?" goda Todi, melepaskan pelukan istrinya. Laras bingung sebentar, kemudian dia mengerti apa maksud suaminya.

"Siapa yang minta, siapa yang lupa," balas Laras pura-pura kesal.

"Ya udah ayo," jawab Todi, mencium bibir Laras.

"Hmmmmmmpphh..kak," Laras melepaskan ciumannya.

"Apa?" tanya Todi.

"Mandi dulu sana, nanti aku pijat ya, kasian kamu capek, enggak apa kalau ga malam ini," ucap Laras.

"Aku mau malam ini," ucap Todi bersikeras.

"Ya udah, mandi dulu sana, biar seger," perintah Laras. Todi menurut, dia segera pergi ke kamar mandi. Sementara Laras mengambil ponselnya sambil menunggu suaminya selesai mandi.

Todi keluar dari kamar mandi 15 menit kemudian, membaringkan tubuhnya disamping Laras. Laras membalurkan minyak kayu putih ke kaki Todi dan mulai memijitnya.

"Kata ayah, pijetan aku enak, dulu kalau ayah pulang dari tugas luar kota, pasti minta pijet aku," ucap Laras. Todi tidak bersuara. Laras kembali bercerita mengenai jalan-jalan hari ini dengan semangat.

"Nanti kita kesana ya kak, pemandangannya bagus sekali," cerita Laras lagi. Hampir 10 menit dia bercerita, tapi tidak ada suara dari suaminya. Laras melihat keadaan suaminya. Ternyata Todi sudah tertidur pulas. Laras tertawa melihatnya.

"Hmm.. dasar.. tadi semangat banget, malah pules sekarang..kamu capek banget kayanya ya" ucap Laras, sambil mencium bibir Todi lalu membelai rambut suaminya. Dia kemudian tidur disebelah suaminya.