Chereads / The Lost Twin Princess / Chapter 6 - Harapan

Chapter 6 - Harapan

Nama aku adalah Liana. Pagi ini kami dimarahi lagi sama Ibu Winnie, kami dimarahi karena kami hanya untuk istirahat sebentar. Kakak aku, Siana selalu melindungi aku dari kemarahan dari Ibu Winnie, jadi Kakak Siana yang selalu bertahan untuk aku, setiap hari seperti ini, aku sangat takut sekali, kalau saja aku bisa seperti kakak, aku pasti akan melindunginya.

Kak Siana adalah cahaya aku, dia yang membuatku tidak bisa hidup dengan dia karena dia adalah satu-satunya keluarga aku. Setiap kali kami dimarahi, kakak akulah yang selalu melindungi aku, aku ingin seperti kakak aku yang pemberani, dan bercahaya di benak aku ini, aku ingin seperti kakak aku Siana, menjadi orang yang pemberani tanpa rasa takut tetapi aku tidak memiliki keberanian, aku takut sekali. Kalau saja aku bisa seperti kakak aku Siana.

Kami bekerja dari pagi sampai malam, kami tidak diberikan istirahat oleh ibu Winnie.

Malam adalah waktu kami untuk istirahat, disini kami bisa makan dan setelah itu kami tidur untuk beristirahat. Tapi Malam ini terasa berbeda setelah kami makan seharusnya langsung tidur, tapi Kakak aku Siana, pergi mencuci piring, dan sampai sekarang masih belum kembali.

Aku menunggunya sampai 15 menit, dan akhirnya Kak Siana sudah kembali ke sini.

Aku melihat raut muka kakak aku, rasanya ada kegelisahan di matanya itu dan juga kebahagiaan dalam matanya itu.

Kakak aku tiba-tiba memanggil namaku "Siana!!!" dan dia memeluk aku, ketika dia tiba-tiba memelukku itu membuatku gugup dan juga bingung. kenapa kakak tiba-tiba memelukku itulah yang ada di pikiranku dan aku bertanya kepadanya "Kakak, kamu kenapa?", setelah mendengarkan pertanyaan dari aku, dia melepaskan pelukannya dari aku, dan menjawab pertanyaanku dengan semangat "Liana, aku ingin memberitahukan bahwa kita memiliki orang tua dan mereka akan menjemput kita", setelah mendengar jawaban darinya ada harapan yang muncul di hatiku, dan bertanya "Benarkah?" dan Siana menjawab dengan semangat "Iya".

Itu membuatku penasaran, apa kita benaran memiliki orang tua, dan siapa mereka, apa benaran mereka akan menjemput kita. Karena banyak hal membuatku penasaran aku bertanya pada kakak aku Siana "Siapa orang tua kita, kak?", kemudian kakak aku memegang kedua tanganku dan melihatku, jantungku berdetak kencang, aku menantikan jawabannya, dan dia menjawab "Itu adalah Raja Alexander dan Ratu Elisa."

Ketika aku mendengar kedua nama itu membuatku kaget, walaupun kami diperlakukan seperti budak, kami tahu nama yang di jawab sama dia. mereka adalah orang tua kita kenapa kita harus sengsara seperti ini, mereka adalah Raja dan Ratu. Kenapa ini terjadi kepada kami? Aku bertanya kepada Kak Siana "Kalau mereka adalah kedua orang tua kita, kenapa kita harus sengsara seperti ini".

Kak Siana terlihat ragu dan menjawab"Aku juga tidak tahu, tapi kita akan mendengarkan jawabannya setelah kita menemui mereka".

Aku mendengar itu membuatku seperti ada harapan baru di hidup kami, tidak seperti sekarang yang tidak memiliki harapan sama sekali, aku juga ingin mendengar jawaban mereka, jadi aku menyetujuinya "Baiklah" dan aku memegang tangan kak Siana.

Tiba-tiba ada seseorang yang datang, orangnya kelihatan muda sepertinya dia berusia 22 tahun, tinggi, rambutnya berwarna hitam, matanya terlihat elegan yang berwarna hijau. Dia mendekati kami dan memberi hormat kepada kami "Tuan Putri Siana, Tuan Putri Liana, saya Steve Hillstone kesini untuk menjemput kalian"

Setelah dia memberi hormat membuatku kaget sekali, karena dalam seumur hidupku, aku tidak pernah diperlakukan seperti ini. Setelah itu kami mengikuti orang yang bernama Steve Hillstone, dan aku bisa melihat ada sebuah kereta di hadapan aku, dan Steve Hillstone menyuruh kami naik ke kereta. Seperti biasa Kakak Siana yang menyuruh aku naik duluan, aku berhati-hati naik ke kereta itu, karena takut ada sesuatu yang terjadi sama kereta ini dan setelah aku sudah duduk di dalam kereta kemudian Kak Siana langsung naik dan duduk disampingku.

Di dalam hatiku apa yang akan terjadi setelah kami ketemu mereka.

Sekarang itu hanya harapan kami, dan kami tidak akan tahu yang akan terjadi.