Chereads / Musim Gugur adalah Helga / Chapter 58 - Lima Puluh Delapan

Chapter 58 - Lima Puluh Delapan

"Lho? Memangnya kenapa?"

"Itu nak. Kami baru dihubungi sopir, semua akses keluar dari lingkungan ini tertutup karena perbaikan jalan"

"Eh iya yah, aku tadi dengarnya begitu. Inikan sudah jam 10 malam, pengerjaannya pasti udah mulai"

"Yah, kalau begitu kita kita terpaksa bermalam di kantor ini saja"

"Eh, jangan. Kalian ikut ke apartemen aku aja"

Sepanjang perjalanan, Helga lebih memilih fokus menyetir mobil daripada meladeni Willie yang duduk di sampingnya sejak tadi menatapnya. Sementara kakek dan papa William saling tersenyum melihat tingkah Willie.

"Ayo, silakan masuk"

Ketiga pria dari tiga generasi itu sempat melihat-lihat sebagian isi rumah Helga yang ada di hadapan mereka. Namun William yang sudah beberapa kali berkunjung sudah tidak heran lagi dengan rumah Helga.

"Wah, Helga rumah kamu rapi nak"

"Makasih kek. Oh iya, kalian bisa mandi dulu, satu kamar mandi ada di kamar tamu. Sebentar akan ada yang antarkan piyama untuk kalian, kak Willie tolong terima paketnya yah. Aku mau masak dulu"

Helga sibuk menata makan malam di atas meja makan. Ketiga tamunya lalu menghampirinya. William sempat melihat Helga memasak beberapa sajian makan malam.

"Wah enak nih"

"Ayo silakan. Maaf, gak masak lebih dari ini"

"Gak apa-apa nak, kakek senang kok. Terakhir kali makan sama kamu itu waktu kita makan malam bertiga dengan Charlie"

Helga sempat tertunduk mengingat momen saat itu.

Di antara mereka berempat yang sedang makan malam bersama, hanya William dan papanya yang paling heboh, bahkan mereka sempat berebutan makanan.

"Oh iya, kakek dan om Hans bisa tidur di kamar tamu"

"Aku tidur dimana?"

"Maaf, kak Willie tidur di sofa saja"

"He?! Aku protes! Aku ini presdir!"

"Biarpun kamu presdir, aku lebih memilih menghormati orang tua daripada bos ku!"

"Helga, kamu hebat nak! Hahahahaha!", sahut papa William yang tertawa terbahak-bahak dengan ayam goreng di tangan kanannya dan sekaleng bir di tangan kirinya.

Helga kemudian keluar dari kamarnya membawa bantal dan selimut untuk William. Helga mendapati Willie yang sejak tadi duduk terdiam di sofa memandang langit dari jendela.

"Lagi mikirin apa kak?"

"Ah, tidak lagi mikirin apa-apa. Aku cuma kangen aja sama mama, kak Charlie, dan orang tua kak Charlie"

"Ternyata, kakak segenit ini sangat sayang keluarga yah"

William lalu beranjak, membuat Helga seketika bingung. Ia lalu kembali dan membawa dua kaleng bir untuk mereka berdua.

"Helga, aku boleh minta sesuatu gak?"

"Minta apaan kak?"

"Ceritakan kamu dong, tentang Charlie dan Evan"

Helga kemudian menghela nafas panjang, dan membuka satu kaleng bir yang kemudian diteguknya.

"Aku dan Evan adalah sahabat sewaktu kuliah dulu. Jujur saja, Evan itu cinta pertamaku, tapi dulu aku gak berani ungkapkan, takut dia gak mau bersahabat sama aku lagi. Makanya, saat aku tau dia berselingkuh, aku sedih, karena waktu itu aku cinta sama Evan"

"Sekarang kamu masih cinta sama dia?"

"Jujur saja, aku udah gak cinta lagi sama dia"

"Apa karena Charlie?"

"Gak, aku udah lebih dulu berhenti mencintai Evan daripada jatuh cinta sama kak Charlie"

"Kalau sama aku? Kamu udah jatuh cinta gak?"

"Ih apa-apaan sih. Gak mungkin lah. Lagian, kak Willie dikelilingi banyak gadis-gadis cantik"

"Cemburu yah?"

"Gak lah!"

William hanya tersenyum melihat Helga yang memunduk dengan wajah yang merona.

Mereka membicarakan banyak hal malam itu. Sampai keduanya merasa lelah dan ingin terlelap. Baru saja William ingin meminta izin kepada Helga untuk tidur, ia sudah mendapati Helga terlelap di bahunya. Karena rasa kantuk yang berat, William hanya membiarkannya, sampai ia pun ikut terlelap.