Helga perlahan membuka matanya, merasakan sedikit pusing karena luka di kepalanya. Ia bangkit, dan menyadari dirinya ada di rumah sakit. Helga mencabut jarum infus di tangannya, dan berjalan turun dari ranjang.
Helga mengambil selebar tisu dan menyeka darah yang keluar dari lengannya tadi. Ia lalu bercermin, melihat dirinya. Dengan setelan pasien rumah sakit, rambutnya sedikit berantakan, luka yang diperban di tangan dan kepalanya yang kemudian ia buka, dan dilihatnya bagian sisi kiri dahi yang lebam.
Helga membuka pintu kamar rawatnya, dan dilihatnya beberapa pengawal dan perawat. Seorang perawat yang kemudian menyadari keberadaan Helga langsung menghampirinya.
"Bu Helga? Ibu kenapa keluar?", perawat itu kemudian memapah Helga untuk kembali ke kamar rawatnya.
"Suster, keluargaku dimana?"
"Sebentar yah. Kami hubungi mereka dulu"
Helga masih terduduk di atas ranjang. Selama beberapa saat ia masih melamun. Ia kemudian berbalik ketika mendengar pintu ruangannya terbuka.
"Helga...", mama Helga menyapa anaknya denga air mata. Helga menyaksikan semua orang yang datang, orang tuanya, William, kakek, orang tua Evan, Evan dan Reina.
"Akhirnya nak, setelah kamu tidak sadar selama 5 hari ini", kakek kemudian menghampiri Helga.
Namun Helga hanya menatap semua orang. Ia tiba-tiba bangkit dan menghampiri Evan, kemudian memeluknya.
"Sayang, aku tadi cari kamu"
Pernyataan Helga barusan membuat semua orang terkejut. Helga bertindak seolah-olah ia masih istri dari Evan.
"Helga?", Helga kemudian berbalik saat William memanggil namanya.
"Kak Charlie? Kok kakak kelihatan agak berbeda ya?"
"Nak, ini bukan Charlie. Dia William, cucu kakek juga. Kamu ingat kan?"
Helga menggeleng, dan itu sukses membuat semua orang lebih terkejut lagi.
"Lalu dimana kak Charlie sekarang?"
Lagi-lagi, semua orang terkejut mendengar Helga. Mereka sudah memastikan, Helga sedang amnesia.
"Charlie, dia, ada di luar negeri nak"
Dokter dan beberapa perawat kemudian datang ke ruangan itu, untuk memeriksa Helga kembali.
Siang itu di ruang direktur rumah sakit, semua orang berkumpul, untuk mendengarkan informasi mengenai Helga dari dokter melalui kakek.
"Helga, kata dokter, dia mungkin mengalami amnesia dan ingatannya mundur. Sebab itu, dia masih mengira dirinya dan Evan masih menikah, dan melupakan beberapa orang"
"Kalau begitu, Evan, kamu dan Helga harus kembali ke rumah lama kalian", pernyataan mama Evan barusan membuat geram Reina.
"Tidak bisa! Evan itu tunangan aku!"
"Baru tunangan kan? Lagian kami masih merasa bersalah sama Helga gara-gara perbuatan kalian. Dan, kalau misalnya mereka bisa rujuk kembali, itu bagus dong buat kembalikan nama baik keluarga kita"
"Tapi, aku sebagai tunangan Evan gak setuju!"
"Reina, sudah. Baik ma, aku akan ikuti mau mama kali ini"
Persetujuan Evan barusan membuat Reina dan juga William begitu geram.
"Berarti, kita harus memindahkan barang-barang Helga. Masalahnya, sebagai mamanya, aku tidak tau password apartemennya, papanya juga gak tau"
"Aku tau", William akhirnya buka suara.
"Aku tau password apartemen Helga. Karena belakang ini, dia selalu berbagi apa saja denganku"
Kata-kata William membuat Evan cemburu. Dia menganggap dugaannya terhadap William dan Helga, bahwa mereka memang ada hubungan dekat.
Esok harinya, Evan membantu Helga membereskan barang-barangnya dan berangkat ke rumah mereka dulu.
Sesampai di rumah, Helga kemudian disambut oleh beberapa pengawal dan asisten rumah, persis saat mereka masih pengantin baru dulu. Juga ada kakek dan William.
"Helga, Evan, untuk sementara William akan tinggal disini bersama kalian"