Helga sering kali melirik jam di dinding, sudah pukul tujuh malam, dan Evan belum pulang ke rumah. sudah sekitar tiga jam Helga menunggu suaminya itu, terus duduk di meja makan dengan cake permintaan maafnya untuk Evan.
Helga semakin gelisah, sebab dia tidak bisa menghubungi Evan sama sekali. Terakhir dia menelpon kantor Evan dan informasi dari kantor yang diterimanya bahwa Evan sudah keluar sejak siang tadi.
"Istri yang baik akan selalu setia menunggu suaminya", Charlie yang tiba-tiba datang menghampiri Helga saat itu membuat Helga semakin tidak nyaman memendam kekesalannya.
"Makanya, kakak ipar Charlie harus cepat beristri, biar kakak tau cara menghargai satu sama lain"
"Oh iya, suami kamu tidak bisa dihubungi?"
"Heh, bukan urusan kamu"
"Yah, bukannya aku mau buat masalah lagi. Tapi, lelaki yang tidak mendapatkan pelayanan baik dari istrinya di rumah, bisa saja mencari pelayanan lain di luar rumah"
"Oh, jadi sekarang kakak ipar peduli sama pernikahan kami?"
"Gak kok, aku cuma mau bilang. Kalau suatu saat Evan campakin kamu, aku bersedia terima kamu kok"
Di sisi lain, Evan terbangun saat mendengar suara gemerisik air dari dalam kamar mandi. Dia melirik ke arah itu tapi pintu kamar mandi tak tertutup. Evan bangkit dari ranjang dan berjalan masuk ke kamar mandi. Dia melihat Reina yang yang sedang menikmati shower saat itu. Evan langsung menghampiri Reina dan memeluknya dari belakang.
"Evan..."
Reina langsung berbalik dan membalas pelukan Evan. Mereka lalu berciuman di bawah shower saat itu. Evan lalu mencumbu Reina kembali.
"Evan... Lagi?"
Evan tidak menanggapi pertanyaan Reina dan terus menyerang tubuh Reina di bawah shower.
Helga mulai bosan dan lelah menunggu suaminya. Ia lalu menyimpan cake itu ke dalam kulkas dan membuat sebuah note untuk di baca Evan di pintu kulkas itu.
"Heh? Suami tersayang mu itu belum pulang?"
"Kalau belum memangnya kenapa?", Helga hanya membalas Charlie dengan sinis.
"Yah gak apa-apa, aku kan cuma tanya aja", Helga tidak ingin berinteraksi dengan Charlie lebih lama lagi, langsung meninggalkan dapur dan naik ke kamarnya.
Evan baru saja memarkir mobilnya di garasi rumah. Ia sempat melirik jam dan ternyata sudah pukul sebelas malam. Ia sedikit merasa bersalah, baru kali ini ia pulang larut malam tanpa mengabari istrinya, dan menyadari bahwa kini ia tidak lagi setia pada Helga.
Evan langsung menuju dapur untuk meminum air beberapa gelas. Pada saat ia ingin membuka kulkas, ia melihat ada sebuah note di pintu kulkas.
'Suamiku Evan. Ada cake coklat yang aku buat untuk kamu. Helga'
Evan langsung membuka kulkas dan mendapati cake coklat bertuliskan 'sorry' di atasnya yang dibuat Helga.
"Dia tungguin kamu selama berjam-jam", Evan langsung berbalik saat mendengar suara Charlie yang sedang sibuk menuangkan air ke sebuah gelas.
"Dia mungkin sudah tidur. Capek tungguin kamu", Evan tidak menanggapi Charlie sama sekali bahkan sampai Charlie meninggalkannya sendirian di dapur.
Evan membuka pintu kamar Helga yang terlihat remang, dia melihat Helga sedang terlelap. Evan pun menghampiri istrinya dan menyentuh pipi Helga dengan lembut. Namun pada saat ia ingin mencium kening Helga, ia teringat lagi akan ketidaksetiaannya pada Helga. Evan mulai berpikir untuk menjauhi Reina.