Evan sudah menunggu di cafe yang sudah dijanjikannya bersama Reina untuk makan siang bersama sambil menikmati cappuccino yang dipesannya tadi. Tak lama menunggu, wanita berambut lurus sebahu itu yang ditunggunya telah datang, dan menyambutnya.
"Sudah lama yah Evan?"
"Gak kok, aku baru aja"
"Dari kantor yah?"
"Iya, kebetulan gak banyak kerjaan jadi aku bisa keluar lebih cepat"
Selama itu, Evan memperhatikan perilaku Reina yang sepertinya sedang tidak nyaman.
"Reina? Kamu kenapa? Gak nyaman yah?"
"Sebenarnya aku gak biasa makan di tengah keramaian. Makanya, waktu di luar daerah kemarin, aku makan di dalam kamar hotel"
"Kalau gitu, kita mau makan siang dimana?"
"Hemm.. Bagaimana kalau kita makan di apartemen aku aja. Tapi, kamu harus bantu aku masak dulu yah"
Sementara itu di rumah, Helga sibuk membuat cake coklat sebagai bentuk permintaan maafnya pada Evan. Helga berharap, dia dan Evan segera berbaikan.
"Hemm, baunya sangat enak", Charlie menghampirinya dengan sebotol gin ditangannya.
"Aku pikir hari ini cerah, ternyata badai sempat-sempatnya mengganggu"
"Kamu lagi menyinggung aku yah?"
"Kakak ipar ternyata salah paham. Oh iya, minum di siang bolong? Wow"
Charlie hanya berlalu meninggalkan Helga yang masih sibuk dengan adonannya. Setelah memanggang cake, Helga menghiasnya dengan sepenuh hati sambil tersenyum. Ia menuliskan 'Sorry' di atas cake yang dihiasnya.
Di tempat lain di apartemen Reina, Evan dan Reina sibuk makan siang berdua.
"Wow. Evan, aku gak tau kalo kamu jago masak yah"
"Yah, masak salah satu hobiku"
"Kalau begitu, istri kamu beruntung dong punya kamu", Evan langsung tertegun mendengar Helga.
"Apa dia gak pernah menghubungimu lagi?"
"Siapa? Mantan suamiku? Jelas saja tidak. Keluarganya gak suka sama aku, karena aku lebih bisa menghasilkan uang banyak dibanding dia, dan sepertinya itu membuat harga diri mereka jatuh. Lagian, pernikahan itu tidak menghasilkan anak, jadi yah kembali seperti orang asing"
"Kau sangat tegar yah"
"Oh iya, kalau udah selesai makan, kita nonton film yah"
Mereka berdua akhirnya menghabiskan waktu berdua dengan menonton film dan meminum wine. Mereka semakin akrab dan mengobrol segala hal.
"Oh iya, kamu pasti sangat mesrah dengan istrimu", mendengar itu, Evan menjadi sedikit murung.
"Evan, kok murung sih?"
"Sebenarnya, aku dan dia ada masalah internal"
"Kok bisa? Cerita dong"
Evan lalu menceritakan semua yang dialaminya pada Reina. Evan semakin nyaman mencurahkan isi hatinya pada Reina sebagai pendengar yang baik.
"Aku, aku turut prihatin yah", Reina lalu memeluk Evan yang duduk di sampingnya sambil memejamkan mata.
"Reina...", Evan menyebut nama Reina dengan sedikit lirih.
Mereka lalu saling menatap dengan dalam, dan kemudian saling berciuman. Evan menggendong Reina ke dalam kamar dan membaringkannya di atas ranjang, kemudian menindihnya dan kembali menciumnya.
Evan sempat membayang wajah Helga saat menatap wajah Reina. Namun ia kembali tersadar saat Reina memanggil namanya. Evan kembali mencium Reina dan melakukan hubungan itu dengan Reina.