"Kamu tunggu yah disini, awas kalau pergi!"
"Gak akan pergi kok. By the way, hadiah aku apa kalau bisa tunggu kamu sampai selesai"
"Hemm, apa yah? Terserah kamu deh!"
"Kalau hadiah cium kamu?"
"Ih, hadiah apa sih tuh! Udah deh terserah kamu, aku masuk spa dulu"
Evan hanya tersenyum ditinggal Helga di lobby salon. Namun, tiba-tiba ada panggilan video yang masuk di ponselnya. Nomor yang tidak ia simpan. Namun, Evan yang sedikit penasaran mencoba menjawab panggilan itu.
"Evan...", ternyata itu Mia sang mantan. Terlihat dari panggilan video yang ada, dia sedang menodong dirinya sendiri menggunakan pisau dapur yang siap menghujam lehernya.
"Mia! Kamu ngapain!"
"Evan, kamu harus kembali sama aku! Kalau gak, aku bakalan mati disini!"
Evan mulai panik dengan nekadnya Mia, sampai ia pun beranjak dari duduknya saat itu.
"Mia kamu jangan gila!"
"Gak Van! Aku tuh cinta sama kamu!"
"Kamu di rumah kan? Tunggu aku segera kesana!"
Evan kemudian mengambil kunci mobil dan keluar dari salon.
"Mbak yang lagi diberitain itu kan? Tunangannya pengacara Evan kan?", Helga kemudian tersenyum pada mbak yang sedang meng-spa rambutnya.
"Hehe iya mbak. Ramai yah di sosmed"
"Maaf yah mbak kalau kepo, tapi mau tau sedikit dong ceritanya"
"Aku dan Evan dulu teman sekelas di kampus, tapi setelah selesai udah gak ada kabar, dia tetap menjadi pengacara sedangkan aku lebih memilih kerja di jurnalistik, lama gak ketemu pas ketemu eh dijodohin deh sama orang tua"
"Menurut aku sih, mbak dan pengacara Evan serasi banget deh", Helga pun tersipu oleh pernyataan mbak yang tadi.
Setelah selesai dengan segala kegiatan spa, Helga kembali ke lobby salon untuk menemui Evan, namun Evan tidak terlihat.
"Lho? Tuh anak mana yah?", Helga langsung keluar dari salon dan melihat mobil Evan sudah tidak terparkir di depan salon.
"Yah bagus deh, berarti yang janji cium itu gak jadi"
Dengan mood yang cerah Helga meninggalkan Salon, namun tiba-tiba seseorang yang mengenalnya memanggilnya.
"Helga!", Helga berbalik dan mencoba mencari tau siapa yang memanggilnya.
"Laura!"
Tidak butuh waktu lama bagi Evan untuk tiba di tujuannya. Evan kemudian memarkirkan mobilnya di pinggir jalan depan rumah Mia, kemudian masuk ke rumah yang sudah lama tak ia kunjungi.
Saat tiba di dalam rumah, Evan melihat Mia yang terduduk diam menangis di sofa dengan posisi pisau dapur yang siap menghujam lehernya. Evan langsung menjauhkan pisau itu dari Mia yang kemudian menatap sedih Evan.
"Mia kamu udah gila yah?"
"Iya! Aku gila! Aku mau kamu kembali sama aku!"
"Gak bisa. Seperti apapun, walaupun misalnya aku masih cinta sama kamu, sekarang aku gak bisa tinggalkan Helga?"
"Kenapa?"
"Selain dari perjodohan orang tua aku dan Helga, dia... Helga... dia sekarang hamil anak aku"
Mia seketika terkejut dengan apa yang ia dengar dari Evan, dia menahan shock nya demgan menundukkan pandangannya, dalam hati pun ia masih tidak bisa percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.