Chereads / Musim Gugur adalah Helga / Chapter 12 - Dua Belas

Chapter 12 - Dua Belas

Malam itu ternyata hujan cukup deras, belum lagi petir-petir yang ada. Helga yang baru saja selesai mandi menerima sebuah pesan di ponselnya.

'Helga, aku lagi ada di depan rumahmu', Helga hanya menunjukkan ekspresi bosannya setelah membaca pesan itu.

"Buset juga nih orang, gak tau apa hujan deras. Bodo amat deh"

Tidak lama ponselnya berdering, sebuah panggilan dari orang yang mengiriminya pesan tadi.

"Aduh, apa lagi sih? Mending kamu pulang Sya!"

"Gak akan, Ga. Aku akan keluar dari mobil dan hujan-hujanan sampai kamu mau bicara sama aku"

Helga langsung memutus obrolan itu. Dia tetap tidak mau peduli. Sampai beberapa saat kemudian dia melihat keluar jendela, hujan sudah mulai redah namun Rasya tetap berdiri di depan gerbang rumahnya dengan hujan. Helga langsung turun dan mengambil payung, kemudian keluar rumah.

"Lho? Dek Helga mau kemana?", bibi asisten rumah yang melihatnya keluar membawa payung, heran dengan apa yang dilakukan Helga secara tiba-tiba.

"Mau cari kodok di luar, Bi!"

Saat ia membuka pintu gerbang, terlihat Rasya yang tersenyum menyambut kedatangan Helga.

"Aku tau Ga, kamu pasti datang untuk aku"

"Rasya, gak ada gunanya. Aku akan tetap nikah sama Evan"

"Kenapa Ga? Aku kan udah menyesal ninggali kamu. Lagipula, ada apa sih dengan dia dibandingkan aku yang udah sama kamu selama 2 tahun?"

"Aku pernah cerita kan, kalau waktu kuliah dulu aku pernah suka sama sahabat aku. Dia orangnya. Aku kira karena sudah lama tak pernah ketemu dan bicara, rasa itu sudah gak ada"

Saat itu Rasya menahan tangisannya mendengar Helga.

"Tapi, setelah bertemu kembali rasa suka itu ada lagi. Bahkan, bukan sekedar rasa suka seperti dulu, tapi aku benar-benar cinta sama Evan"

"Cukup, Ga. Aku gak bisa dengar lagi. Aku tau, dari mata kamu saja, kamu benar-benar cinta sama dia. Baik, aku nyerah. Besok aku akal kembali ke Amerika"

Rasya mundur perlahan meninggalkan Helga. Namun saat itu, Helga tidak menyadari ada Evan yang sejak tadi memperhatikan mereka dari dalam mobilnya, bahkan mendengarkan apa yang baru saja Helga katakan.

Hujan mulai berhenti, langit malam pun mulai cerah. Saat di jalan pulang, Evan tidak hentinya tersenyum-senyum sendiri, bahkan saat dia sampai di rumah.

"Aduh Evan. Dari mana sih? Mama khawatir lho, tadi kan hujan kamu malah keluar rumah", Evan hanya tersenyum menatap mamanya.

"Kamu kenapa senyum-senyum gaje gitu?"

"Aku cinta sama dia, ma"

"Dia? Siapa?"

"Yah siapa lagi kalau bukan Helga"

"Ya bagus dong, dia kan calon istri kamu"

Evan yang baru saja terbaring dengan rasa puas dia atas ranjangnya, sudah merindukan pujaan hatinya yang sebentar lagi akan bersamanya. Ia pun mengambil ponselnya dan menelpon Helga.

"Halo?", suara balasan Helga dari kejauhan membuat Evan langsung tersenyum kembali.

"Halo, sayangku"

"Ih, apaan sih Van? Alay tau gak"

"Sayang kok gitu. Aku kan cinta sama kamu"

"Evan, stop deh alay nya!"

"Yah kan aku kangen gitu hehe"

"Udah yah mau tidur nih. Besok sibuk kan, acara pertunangan kita"

"Oke deh sayang, mimpi indah"

Helga langsung memutus obrolannya dengan Evan dan menatap heran pada ponselnya sendiri. Dia sempat khawatir, jangan-jangan calon suaminya itu lagi kerasukan jin.