"Tuh kan! Mulai lagi!"
Helga berusaha melepaskan diri dari pelukan Evan, namun Evan memeluknya dengan begitu erat. Cukup lama mereka saling bertatapan, perlahan, mereka saling mendekatkan wajah mereka, dan berciuman.
Ciuman yang semakin lama semakin hangat, membuat Helga kini lebih tenang dari sikapnya yang dingin tadi. Evan berhasil merebahkan tubuh Helga di atas ranjang dan menindihnya, ciuman itu terus berlanjut.
Evan berhasil menanggalkan outer yang dikenakan Helga saat itu, mereka kemudian saling menatap kembali beberapa saat, dan melanjutkan ciuman mereka. Evan pun melanjutkan ciumannya pada leher Helga, membuat Helga berusaha menahan desahannya.
"Mama bawa teh!", mama Helga dan bibi asisten yang sedang memegang nampan dengan 2 gelas teh di atasnya, saat itu tiba-tiba dengan langsungnya masuk ke kamar Helga, dan sempat shock melihat apa yang Helga dan Evan lakukan.
"Mama!", Helga dan Evan langsung bangkit dari posisi mereka.
"Eh, ini, mama bawa teh.."
"Aduh mama bisa gak sih ketuk pintu dulu baru masuk"
"Yah kan lalainya kalian sendiri juga mau enak-enak tapi gak kunci pintu"
"Yah tapi kan ketuk pintu dulu mama!"
"Udah, mama gak mau debat. Nak Evan, tante bawa teh nih, jangan pulang kalau belum habis yah", Evan yang sedang menahan malu dan salah tingkahnya hanya tersenyum-senyum masam di hadapan mama Helga.
"Mama mau turun nih. Helga, kunci pintu kamar kamu yah"
Mama Helga dan bibi asisten pun keluar kamar setelah mengantar teh dan melihat 'adegan' yang dilakukan Helga dan Evan. Helga lalu mengunci pintu kamarnya. Dia lalu menatap Evan yang mempertahankan senyum masamnya.
"Aduh, sorry yah Van, mama aku tuh"
"Udah, gak apa-apa, cuma kaget aja pas mau enak-enak eh langsung ketangkap basah"
"Tapi Van, maaf yah, kita gak usah lanjutin dulu"
"Iya sayang. Kita ngobrol aja sambil minum teh dari mama kamu"
Helga pun hanya tertawa mendengar Evan yang selalu saja setuju dengannya. Evan dalam senyumnya selalu berpikir, bahwa dirinya lah yang bodoh karena selama ini tidak berusaha mencintai Helga.