Hari itu, 17 tahun yang lalu, ketika kita memasuki semester akhir diperkuliahan.. Aku ingat, saat itu aku baru selesai ujian.
"Haaahh... Akhirnya selesai juga Len. Terus sekarang, jadi kan kita ngemall?" tanya Karin.
"Jadi dong, refreshing-refreshing.. mumet banget ni kepala. Kebetulan ada diskon gede-gedean brand favorit gw. Eh.. Ada dress lucu yang mau gw beli Rin, n' gw butuh pendapat lw. Langsung cabut yuk" jawabku.
"Loh..Len, kita gak nunggu laki lw dulu nih, kali aja dia mau nraktir, hehee... " pungkas karin (mengejek)
"Aris katanya lagi ada kerjaan, kita ketemuannya nanti malam pas dinner."
"Hah, tumben... Biasanya gw selalu jadi orang ketiga diantara kalian. Aneh aja kali ini dia gak ikut."
"Elah.. biasa aja Rin. Gw gak tiap hari juga kok bareng Aris. Malah dia lagi sibuk balakangan ini ma agenda kegiatannya. Maklum Pak ketua kompi."
Note: ketua kompi adalah julukan yang diberi Karin ke Aris karena dia selalu jadi ketua dihampir setiap acara or even kampus.
"Len, atau jangan-jangan dia.." ucap karin yang berhasil membuatku penasaran.
"Jangan-jangan apa?"
"Lagi nyiapin diri buat ngelamar lw nanti malam. Asikkan!! Candle Light Dinner Plus Lamaran oleh Pak Ketua Kompi, hahahaa! " cetus Karin yang seolah tak berhenti untuk terus mengejekku.
"Lamaran.. Lamaran.. Lulus dulu kali dari sini, baru ntar pikirin meried." tangkasku, yang membuat mood Karin seketika menjadi buruk karena teringat akan sulitnya ujian tadi.
Sepanjang perjalanan ke mall dengan Karin, bohong kalau aku bilang aku tidak memikirkan tentang lamaran dari Aris yang tadi sempat disinggung. Karena hal itu, malamnya aku sangat berharap akan ada kejutan, setidaknya makan malam yang romantis berdua dengannya.
Waktu itu, di apartemen ku.. waktu hampir menunjukkan pukul 7 malam. Namun, belum ada tanda-tanda dari kedatangan Mas Aris. Aku kemudian memutuskan untuk meneleponnya. Dua kali terhubung tapi tidak dijawab. Semangatku pun mulai menurun..
"Apanya yang mau ngelamar, sampai sekarang aja orangnya gak ada kabar gini" keluhku dalam hati. Mungkin aku terlalu berharap.. "
Tak lama setelah itu, aku mencoba untuk menghubunginya kembali dan sekali lagi dia tidak menjawabnya. Hampir aku memutuskan untuk mematikan hp ku karena kesal, namun, saat hendak memencet tombol off, tiba-tiba ada pesan masuk darinya.
"Lena sayang, Maaf sebelumnya.. Aku baru kasih kabar. Sepertinya aku akan datang terlambat karena urusan disini belum beres. Aku sudah booking tempat di Terrace Cafe. Kita langsung ketemu disana ya. Nanti aku shareloc. Maaf ya Sayang. "
Membaca pesan darinya, emosiku sedikit agak mereda, walaupun sebenarnya masih ada sedikit rasa kecewa. Akhirnya, aku pun memutuskan pergi ke Cafe tersebut.
Setibanya disana, aku langsung menuju meja kasir dan menanyakan reservasi yang telah dibuat oleh Mas Aris. Tak lama berselang, seorang pelayan kemudian mengantarkanku ke suatu tempat. Awalnya aku kaget, sebab pelayan tersebut tidak mengantarkanku ke salah satu meja didalam sana, melainkan ke arah luar. Sesampainya diluar, aku kemudian terharu. Bagaimana tidak, Mas Aris telah menyiapkan sebuah makan malam romantis dengan tema outdoor, lengkap dengan dekorasi bunga dan lilin yang menghiasi mejanya. Aku benar-benar speechless, tidak bisa berkata-kata..
Tiba-tiba dia datang dari arah belakang dan memelukku, sambil berkata
"Maaf sebelumnya udah buat kamu kesel sayang."
Kemudian aku pun berbalik dan membalas pelukannya. Lalu, aku bilang..
"Ini hari apa, kok gak bilang-bilang ke aku dulu sih Mas."
"Kalau aku bilang kan gak surprise lagi namanya... Tapi, kamu seneng gak? "
" Seneng dong. Makasih ya Surprisenya" sambil kupeluk erat dia.
"Your Welcome" jawab Mas Aris sambil mendaratkan ciuman hangat dikeningku.
"Ngomong-ngomong.. dalam rangka apa nih Mas? Aku gak inget kita ada hari spesial apa hari ini" kataku
"Oh.. Ini dalam rangka aku nebus dosa aku ke kamu sayang. Maaf ya, belakangan ini kegiatanku padat banget, jadi jarang ada waktu buat nemenin kamu. "
Dengan rasa bersalah kemudian ku bilang,
"Gak, Mas. Justru aku yang harusnya minta maaf sama kamu. Aku tahu semua kegiatan kamu yang padat, belum lagi urusan kuliah.. Tapi aku malah nuntut kamu buat ketemuan terus. Maaf, kalau aku jadi pacar terlalu posesif ya Mas! "
" Gak kok Sayang. Lagipula kan itu wajar. Itu artinya kamu sayang sama aku. Dan aku juga senang merasa dibutuhin sama kamu"
"Hehee.. Makasih Ya Mas. Udah selalu ngertiin aku."
"Sama-sama sayang... Ya udah yuk kita pesen makan. Kira-kira ada yang mau kamu makan gak? "
" Aku sih terserah. Samaan sama kamu juga boleh."
"Kalau steak gimana? Menurut review, steak disini enak "
" Hmm.. Boleh Pak Ketua. Pokoknya hari ini aku padamu. Hehhee "
Tak lama berselang, dua orang pelayan mengantarkan pesanan kami, yakni dua buah steak dengan menggunakan piring yang tertutup bagian atasnya. Namun, sesuatu muncul dibalik penutupnya, tenyata kotak cincin dengan tulisan" will you marry me? " yang ditulis menggunakan saus merah di piring tersebut.
Mas Aris kemudian berlutut, sambil berkata padaku, " Lena, MAUKAH KAU MENIKAH DENGANKU? "dengan suara lantang dan keras, sehingga membuat kedua pelayan tadi berhenti, menoleh kebelakang melihat kami, kemudian saling melemparkan senyum.
Dengan malu-malu, muka merah, dan suara pelan, lalu ku jawab.. " Iya, Aku mau.. "