Di apartemen, aku sedang bersiap-siap mengunjungi Aris yang kini menjadi tetangga baru ku.
"Masakan udah siap, terus.. Oh buah itu juga deh. Ehm.. Apalagi ya" pikirku dalam hati
Tiba-tiba terdengar suara hp berdering,
Kring.. Kriiingg.. Kriiiingg..
"Halo.. " ucapku
"Halo Len" sahut Karin.
"Oh.. Lw Rin"
"Lagi dimana?"
"Apartemen" jawabku
Karin kembali bertanya,
"Apartemen Aris? "
" Bukan. Apartemen gw." jawabku singkat
"Oh.. Kirain udah ditempatnya Aris"
"Ini lagi siap-siap. Lagian Oka juga belum balik sekolah."
"Ciyee.. yang lagi siap-siap buat ketemuan ma mantan" ejek Karin padaku
"Ihh apaan sih.. " jawabku sebal.
Tidak hanya sampai disitu, Karin kembali meledekku
" Dandan yang cantik ya, biar bisa saingan ngalahin istrinya, hahaaa.. "
" Sialan lw.. Emangnya lw pikir gw pelakor apa."
"Belum sih, tapi bakal.. Masih calon kan lw" ejeknya kembali
"Mulai gak jelas deh ni Bu rempong satu. Lw gak nelpon gw cuma buat ngeledekin doang kan? Gw tutup nih telponnya"
"Hahahaa.. Dia marah." cetus Karin. Lalu dia kembali berkata
"Iya.. Iya. Nggak Kok. Sebenarnya gw mw minta tolong sama lw Len. "
" Gak ah.. Gw gak mau nolongin temen yang jahat kayak lw, menjerumuskan sahabatnya sendiri buat jadi pelakor" jawabku dengan nada ngambek
Mendengar itu, Karin kembali tertawa. Kemudian dia bilang
"Lah, gw kan gak menjerumuskan lw Len. Pilihan tetep ada di lw, terserah lw mau lakuin or nggak. Gw cuma ngomong, yang yah.. mungkin aja sesuai ma kata hati lw. "
" Maksud lw..? " nadaku kesal
Kemudian Karin mengalihkan pembicaraan,
" Jadi gini Len, lw kan mau ke tempatnya si Aris jadi bisa sekalian gw nya"
"Sekalian apaan. Emang lw mau ngapain ke tempatnya Mas Aris. " tanyaku heran
"Mau minta tolong tanyain nomornya si Darma ma Aris. Mereka kan dulu sejurusan tuh, walaupun beda angkatan. Gw ada perlu ma Darma. Sebenarnya bukan gw sih.. tapi laki gw"
"Hmm.. Tolongin gak yah" ejekku kemudian membalas Karin
"Nanti gw traktir deh.. "
" Traktir doang mah gak mempan Rin buat dijadiin sogokan jaman sekarang" lanjutku
"Kalau gitu, nanti gw pertimbangkan rencana buat nemenin lw shopping ke Hong Kong bulan depan deh, tapi kalau diijinin ma laki gw ya" bujuk Karin
Dengan antusias kemudian ku jawab,
"Bener ya Rin. Nanti urusan ngomong ke laki lw biar gw aja yang ngomong, yang penting lw nya mau. "
" Jadi, deal nih?"
"Yaudah nanti gw tanyain deh ke Mas Aris. "
" Ok. Thank you kalau gitu Len."
"Tapi perjanjiannya tetep jalan ya meskipun gw gak dapet nomormya si Darma dari Mas Aris." tanyaku memastikan
"Gak bisa gitu lah Len. Pokoknya perjanjiannya berlaku kalau lw bisa dapetin nomornya si Darma. Suruh bantu Aris lah.. Diakan banyak channel n' temen yang seangkatan ma Darma"
"Yaudah kalau gitu. Nanti gw minta tolong Mas Aris untuk usahain dapetin nomornya. Pokoknya siapin diri lw bulan depan buat nemenin gw ke Hong Kong ya. "
"Siap Len.. Asal gw dapet restu dari laki gw."
"Iya nanti gw yang mintain restu ke laki lw. " jawabku tegas
"Ok deh kalau gitu. Thanks ya Len"
"Ya.." jawabku
"Have fun ya ma mantan, Bye... Len"
"Ihh.. Karin.. " rengekku sebel
Dan akhirnya Karinpun menutup telponnya.
Tak berselang lama, kemudian handphone kembali berdering. Tanpa melihat nama dan mengetahui siapa yang telpon, langsung saja ku jawab
"Apa lagi Rin.. Masih belum puas ya lw ledekkin gw. Terus aja terus.. Ledekin terus.. "
Namun ternyata, suamiku Mas Ryan yang ada dipanggilan telepon
" Emang Karin ngeledekin kamu apa sayang" tanyanya padaku
"Ehh.. Mas Ryan" aku terkejut
"Gak Mas, tadi Karin ngeledekin aku. Katanya..
Aku pun bingung melanjutkan omonganku ke Mas Ryan. Dalam benakku, aku harus bilang apa ya.. cepat berpikir Lena, jangan sampai Mas Ryan curiga. Lalu, dengan cepat, asal kujawab
"Katanya.. masakan aku hambar ibarat air tawar ditengah laut (maaf Mas aku terpaksa bohong, sesalku dalam hati)"
Mendengar hal tersebut, Mas Ryan pun tertawa. Kemudian dia bilang,
"Bisa aja tuh Karin. Ada-ada aja.. Hahahaa.. "
Dengan sedikit rasa sebal,
" Terus aja terus.. Ketawain terus. Bukannya belain istri sendiri. "
Kemudian aku pun terus bertanya,
" Emangnya, masakanku beneran hambar ya Mas? "
"Nggak kok sayang. Masakan kamu enak kok.. Apapun kata orang diluar sana, bagiku masakan kamu tetaplah yang paling enak."
"Karna aku istrimu Ya Mas?" tanyaku cemas
" Nggak.. Karna aku sayang kamu. "
" Ahh.. Mas mah. Itu mah sama aja. " jawabku sebal
" Tapi.. Kamu senang kan jadi istriku sayang?" tanyanya serius padaku
"Ehmm.. Gimana ya. Seneng gak seneng sih Mas. Seneng.. karna aku tahu Mas sayang banget sama aku tapi.. "
" tapi apa sayang? " tanyanya penasaran
"Lama-lama aku bisa jadi eneg ma kebas denger semua gombalanmu Mas, hueeekk.." ledekku
"Ohh.. Jadi kamu gak mau nih aku gombal-gombalin lagi. Ok, kalau gitu aku bersikap dingin ma jutek aja deh ke kamu mulai sekarang. "
" Ya gak harus jutek dan dingin jg Mas. Nanti malah akunya yg gak nyaman sama Mas. Emang Mas mau ngajak aku perang apa?! "
" Ihh.. Takutt. Jangan sayang, Aku cuma bercanda kok. Jangan ngambek ya? " bujuknya. Dan dia kembali berkata
" Ngomong-ngomong kamu lagi apa sayang? Aku kangen nih. Kangen pengen nyium kamu, kangen pengen peluk kamu. "
"Makanya cepet pulang dong Mas. Lagi.. betah banget lama-lama dikota orang sampe mungkin lupa kalau dah punya anak ma bini disini."
"Insyaallah lusa besok aku pulang. Maaf ya, karna kerjaan ku disini, aku jarang memperhatikan kalian. Aku juga jarang dirumah dan sering keluar kota ninggalin kalian. Aku janji kalau proyek ini selesai, aku akan atur waktu buat kita travelling sekeluarga ya. "
" Iya Mas aku ngerti. Mas juga bekerja keras diluar sana untuk memenuhi kebutuhan kita disini. Aku dan Oka bahagia.. Hidup kita berkecukupan, bahkan lebih. Kalau bukan karna Mas, mungkin hidup kita disini akan sulit. Makasih ya Mas buat kerja kerasmu selama ini untuk kita. "
"Sama-sama sayang. Udah kewajibanku sebagai suami untuk memenuhi semua keperluan kamu sama Oka. Kalau gitu, aku lanjut kerja lagi ya sayang. Makasih buat semangatnya ya.. Salam buat Oka."
Sebelum Mas Ryan mengakhiri telponnya, aku pun kembali berkata
"Oh iya Mas, aku izin ya mau berkunjung sama Oka ke tetangga sebelah. Kebetulan dia kakak tingkat ku waktu kuliah dulu. Dia baru pindah ke unit sebelah. Aku udah nyiapin makanan sama beberapa buah untuk dibawa kesana. Mas tidak keberatan kan? " tanyaku
"Oh gitu. Ya udah mampir aja kesana. Mungkin saat pulang, aku juga akan menyapanya."
"Oke Mas. Makasih"
"Kalau gitu Mas tutup ya telponnya. Dah sayang.. I LOVE YOU! Muaaach.."
"LOVE YOU TOO Mas, Muaaachh..!
Tak lama setelah itu, terdengar suara seseorang membuka pintu apartemen
"Assalamualaikum Maa... Oka pulang nih. "
" Walaikumsalam.. Kamu udah pulang Sayang. "
" Ma, Oka nanti mau pergi keluar sebentar ya?"
"Tunggu sebentar Oka, sebelum kamu pergi, temenin mama dulu ya ke tetangga sebelah, gak lama kok"
"Tetangga sebelah?? Unit berapa Ma?"
" 702. Dia senior mama waktu dikampus dulu dan kebetulan baru pindah hari ini disini " jawabku
"Jangan-jangan temen mama itu Om Aris lagi. "
Aku terkejut mendengar ucapan Oka. Gimana dia bisa tau Mas Aris. Kemudian aku pun bertanya,
"Kamu tau darimana kalau namanya Aris. Kamu udah pernah ketemu sama dia? "
" Iya.Tadi pagi Ma, waktu Oka ambil tugas Oka yang ketinggalan dirumah."
"Oh.." jawabku
Kemudian Oka pun kembali berkata,
"Ma.. Keliatannya temen mama itu orang baik ya."
Aku sempat terkejut saat Oka mengatakan hal tersebut. Karna penasaran kemudian kutanya dia,
"Emang dia ngapain Ka? Kok kamu bisa bilang gitu"
"Nggak. Cuma perasaan Oka aja Ma.. Abis Om itu terlihat ramah." Oka tersenyum
"Iya.. Dia memang orang baik. " jawabku.
Dipikiranku saat itu, dia terlalu baik malah.. Bahkan, dia rela melepaskan mamamu ini demi dijodohkan dengan ayahmu karena dia tidak ingin melihat kakekmu kecewa. Seandainya bukan karena dia yang melepaskan aku dengan tulus, mungkin aku dan ayahmu ini tidak akan menikah..
Tanpa sadar aku pun tenggelam dalam pikiranku.
"Ma.. Ma.. Kok bengong sih. Mikirin apa? Kita jadi pergi kan ke sebelah? " tanya Oka yang seketika menyadarkanku dari lamunan
" Ohh..Iya Sayang jadi. Yuk.. "
Dalam hati, " Astaga Lena.. apa yang kau pikirkan. Sadarlah.. Keadaannya sudah tidak sama. Sekarang Mas Ryan suamimu dan ada Oka juga anakmu. Jangan pikirin yang macem-macem lagi, ok!" ucapku dalam hati yang berusaha untuk tidak terlena dan tenggelam dalam hubungan masa lalu ku dengan Aris.