Ting Tong.. Ting Tong.. (Suara bel)
Pintu pun terbuka,
"Halo Om, aku datang! " sapa Oka sambil tersenyum pada Aris
" Oh, Hai Oka.. Masuklah.. " jawab Aris
" Om, aku datang bareng mama nih. Oka dengar, katanya kalian dulu satu kampus ya."
"Halo Mas Aris.. Kami datang berkunjung." sapaku yang tiba-tiba muncul dari balik punggung Oka
Aris pun terkejut, lalu berkata
"Loh, Lena.. Jadi benar Oka itu anakmu."
Aku pun mengangguk
"Iya.. Kudengar kalian sudah saling bertemu sebelumnya. " lanjutku berbicara
"Benar, baru tadi pagi. Ayo kalian berdua, silahkan masuk.. Maaf, sebelumnya masih berantakan."
Lalu Aku dan Oka masuk kedalam,
"Permisi.. " ucap kami berbarengan saat melewati pintu
" Silahkan duduk.. " Aris mempersilahkan
"Kalian mau minum apa? kopi, teh, atau softdrink.."
"Tidak usah repot-repot Mas Aris. Aku air putih saja." jawabku
"Kalau Oka? " tanya Aris
"Aku softdrink deh Om. Lagi pengen yang seger-seger soalnya, hehee.."
"Oke. Tunggu sebentar ya."
Dan Aris pun berlalu menuju dapur. Aku kemudian mengikutinya dari belakang.
"Mas Aris, ini.. Aku tadi masak kentang balado jadi kupikir bisa berbagi denganmu. Ini juga ada sedikit buah. Kubantu untuk menghidangkannya didepan ya."
"Oh.. Terima kasih Lena." jawab Aris
"Sebenarnya kau tidak perlu repot-repot.Tadi aku bilang kan aku yang akan menyiapkan cemilan jika kau datang. Ini.. biar aku saja yang menyiapkan semuanya. Kau tunggu saja didepan bersama Oka. Lagipula, kau kan tamu disini." lanjutnya kemudian
"Tidak apa-apa Mas. Aku juga tidak merasa repot kok. Kita ini tetangga jadi jangan sungkan untuk menerima bantuan dariku." jawabku tersenyum sambil membuka keranjang buah, dan menyusunnya dipiring
"Masih keras kepala, sama seperti dulu.. " gumam Aris
" Ehh.. Kenapa Mas? Tadi ngomong apa? " tanyaku
Sambil tersenyum, dia pun menjawab
"Oh Nggak.. Baiklah, kalau kau memaksa dan merasa tidak direpotkan.Terima kasih ya Lena."
" Sama-sama"jawabku tersenyum
Aris pun pergi meninggalkan dapur, kemudian mengambil softdrink dikulkas dan Pizza yg sudah dipesan sebelumnya untuk dihidangkan kepada Oka
"Wow.. Pizza!! " teriak Oka antusias
"Makasih Om. Tau aja kalau Oka suka Pizza." lanjutnya kemudian
"Bagus kalau kau suka. Habiskanlah.."
"Beneran nih om.. Kalau gitu.." Oka pun tanpa ragu-ragu melahap pizza yang sudah disediakan.
"Oh, iya Om.. Mama mana? " tanya Oka pada Aris
"Lena ada didapur. Tadi dia memaksa agar dia saja yang menyiapkan makanannya." gerutu Aris
"Oh gitu, hahahaa.. Mama mah kalau udah mau lakuin sesuatu, memang gak bisa dilarang. " timpal Oka menambahkan
"Kau benar Oka. Lena itu memang keras kepala. Dari dulu juga sudah begitu.."
"Om sudah lama ya berteman sama mama? Bagaimana mama dulu sewaktu kuliah. Apa mama populer dikampus? Maksud Oka, mama kan cantik.."
"Iya Lena memang cantik. Bahkan sewaktu SMA juga sudah cantik"
"Ohh.. Jadi Om sama mama juga satu SMA bareng??" tanya Oka antusias
"Iya. Kami dulu juga satu SMA Ka. Tapi waktu itu aku belum terlalu kenal sama mamamu. Kami baru dekat saat kuliah.."
"Ohh.. Terus gimana mama pas kuliah?
Aris pun mulai bercerita
"Lena itu selain cantik, dia juga supel, pintar, mudah bergaul, dan sering aktif dalam organisasi dan kegiatan kemanusiaan."
"Wahh.. Keren ya mama. Pasti jaman itu banyak banget ya Om cowok-cowok yang naksir sama mama. Oka jadi penasaran sama mantannya mama, ada berapa banyak, hihiii.. "
" Ya.. Walaupun kita tidak sejurusan tapi Om banyak mendengar orang-orang membicarakan tentang Lena. Terutama para mahasiswa Indonesia disana. Tapi sayangnya, meskipun begitu, Lena saat itu kan sudah jadi pacar.."
Sebelum Aris sempat melanjutkan, aku pun tiba-tiba datang
"Hayoo kalian, lagi bicarain apa. Keliatannya seru banget. Ini pada makan dulu yuk.."
"Nggak kok Ma. Ini aku sama Om Aris lagi bicarain tentang mama semasa kuliah dulu.. Katanya mama cukup populer dikampus" jawab Oka menjelaskan
Sambil menatap Aris, aku pun mengatakan
"Eeh.. Nggak juga kok Ka. Mas Aris terlalu melebihkan. Dia justru lebih populer dari mama"
"Ohh ya.. Bener gitu Om? " tanya Oka penasaran
Sebelum Aris sempat menjelaskan, aku berkata
"Iya. Bahkan dia selalu dipanggil "Pak Ketua" karna selalu jadi ketua di organisasi kemahasiswaan dan beberapa even kampus. Coba saja tanya mahasiswa yang kuliah di Sydney University, siapa yang gak kenal sama Aris waktu itu."
"Wah hebat.. Ternyata Om populer juga ya waktu kuliah. Pasti banyak ditaksir cewe-cewe juga tuh. Mantan Om jangan-jangan banyak juga nih" tanya Oka sambil meledek
"Nggak juga Ka. Lena terlalu melebihkan. Om justru cuma pernah pacaran sekali doang waktu kuliah. Ya sama mam... "
Seketika aku pun terkejut mendengar Aris berbicara seperti itu, kemudian sebelum terlambat.. aku pun bertindak
"Uhuukk.. Uhuukkk.. Uhuuukkkk.. Erhhmm.. Ehrrrmmm.. Mas Aris, bisa ikut kesini denganku sebentar"
Aku pun berakting berusaha mengalihkan topik pembicaraan. Namun sepertinya, Oka menyadari bahwa sesuatu telah terjadi. Ada hal yang disembunyikan antara aku dengan Aris yang tidak ingin diketahuinya.Tanpa memusingkan itu, aku tetap saja menarik tangan Mas Aris untuk ikut aku ke dapur.
"Mas.. Boleh aku minta tolong padamu" pintaku
"Mengenai hubungan kita dulu, tolong jangan beritahu pada siapapun terutama Oka. Aku tidak ingin dia salah paham nanti." lanjutku
"Kita ini bertetangga, rasanya aneh kalau aku bilang dulu Mas adalah mantanku. Jujur.. aku kurang nyaman dengan hal itu. Maksudku, kita sudah mempunyai keluarga masing-masing. Jadi.. Mas mengerti maksudku kan??" tanyaku padanya
Aris terdiam mendengarkan semua perkataanku. Tidak lama kemudian, dia berkata
"Iya, aku paham sekali maksudmu Lena, tapi.. mau sampai kapan kau memegang tanganku" tanya Aris sembari mengangkat tanganku yang sedang menggenggam erat tangannya
Tersadar, aku pun malu. Dengan cepat aku melepaskan tangannya.
"Ehh.. Maaf.. Maaf.. Maafkan aku Mas. Aku tidak bermaksud .. " kataku sambil malu-malu
"Kau keras sekali memegang tanganku, seperti orang yang sedang mengancam saja." keluhnya sambil memegang tangan yang tadi ku tarik
"Iya Mas. Maaf.. Aku kan tidak sengaja. Apa tangan Mas terluka? Sakit ya?? Kena kuku aku ya Mas??" tanyaku khawatir sambil kembali memegang dan memeriksa tangannya
Saat itu, aku tidak sadar kalau Mas Aris terus menatapku. Dan ketika tersadar, aku pun kaget. Ternyata jarak wajah kami cukup dekat, dekat sekali hingga aku bisa merasakan sedikit hembusan nafas yang keluar dari hidungnya.. Karena malu ditatap dalam jarak sedekat itu, aku pun salah tingkah dan kembali melepaskan tangannya. Lalu,
"Ehh.. Ah.. Anu..Itu.. Maaf Mas.. Aku..
TOILETNYA DIMANA YA Mas!!? " ucapku secara tiba-tiba dengan suara keras
" Ada dibelakang sana.." kata Aris sambil tersenyum kecil melihatku sembari menunjuk ke arah pintu toilet
Dengan perasaan malu dan muka merah, aku pun segera berlari ke toilet.
Saat itu Mas Aris..
"Hihihii.. Lena. Kenapa jadi salah tingkah gitu ya. Aku jadi tidak tahan untuk menggodanya. Manisnya.." gumamnya
Kemudian Aris pun tersadar
"Astaga.. apa sih yang aku pikirkan. Seketika aku lupa kalau dia sudah bukan milikku lagi. Benar.. tidak baik untuk menggoda istri orang"
Sementara, didalam kamar mandi
Ya ampunnn.. Lena. Sadarkan dirimu!Tidak usah bereaksi berlebihan. Dia itu kan bukan suami atau pacarmu.. Inget suamimu Mas Ryan, anakmu Oka, suamimu Mas Ryan, anakmu Oka, suamimu Mas Ryan, anakmu Oka.. Aku terus terus mengulang kata-kata itu dalam pikiranku.
Tidak.. Aku harus kuat menahan godaan dan kesempatan yang ada, tidak baik deket-deket terus sama mantan, nanti bisa terbawa suasana.
Benar, lebih baik aku segera pergi dari sini.. kataku dalam hati meyakinkan.
Setelah keluar dari toilet, Aku pun langsung pamit pulang dengan membawa serta Oka. Aku berbohong pada mas Aris. Aku bilang, aku baru ingat kalau ada urusan penting, jadi harus segera pulang. Mas Aris pun kemudian mengantarkan kami sampai depan pintu.
Sementara itu, disisi lain, Oka yang masih penasaran, terus memikirkan tentang keganjalan-keganjalan yang terjadi di rumah Aris. Dia ingin mencari tahu rahasia apa yang disembunyikan antara aku dengan Aris, Apakah mungkin hubungan kami lebih dari sekedar adik dan kakak tingkatnya.
Setibanya diapartemenku,
"Ya..ampun. Gara-gara buru-buru, aku jadi lupa kan nanyain nomornya si Darma sama Mas Aris. Maafkan aku Karin.. "gumamku
"Tapi.. sepertinya untuk saat ini aku harus menghindar darinya. Tidak baik untuk jantung dan hatiku.." keluhku
"Selain itu, aku juga tidak bisa menjamin bahwa aku bisa mengendalikan perasaanku jika aku terus terus berada didekatnya, bisa gawat nanti.."