Chereads / My New Neighbour / Chapter 7 - Penolakan

Chapter 7 - Penolakan

Setelah melewati malam yang panjang, keesokan harinya, Mas Aris menghubungiku. Waktu itu hp-ku ku silent, sehingga aku tidak menjawab 2 kali panggilannya. Aku tidak tahu kalau dia terus berusaha menghubungiku hari itu, hingga akhirnya memutuskan untuk datang kerumah.

~Ding dong.. (bel rumahku berbunyi)

Kemudian, dari dalam.. papaku datang dan membukakan pintu,

"Assalamualaikum Pak, Pagi.." sapanya

"Perkenalkan, saya Aris teman kuliahnya Lena. Lenanya ada Pak? Daritadi saya coba hubungi hpnya tapi tidak diangkat.. ", Aris tersenyum sambil mengulurkan tangannya untuk mengajak salaman.

Saat itu, tanpa menerima uluran tangan Aris yang mengajaknya untuk bersalaman, Papa terdiam, dia terus menatap Aris dengan sinis sembari melihat penampilan Aris dari bawah hingga ke atas. Kemudian,

"Oh.. Jadi kamu ya yang namanya Aris, pemuda tidak sopan yang sudah berani melamar putriku" jawab Papa

"Iya Pak. Benar. Maaf kalau saya sudah berbuat tidak sopan sebelumnya... Seharusnya, sebelum memutuskan untuk melamar Lena anak Bapak, saya terlebih dahulu menemui Bapak. Maaf atas kelancangan saya Pak.. " jawab Aris.

" Tidak perlu minta maaf. Kamu sebaiknya segera pergi dari sini, juga dari kehidupan Lena. "

" Ehh.. Kenapa..?" tanya Aris kaget dan seolah tidak percaya dengan apa yang baru saja dikatakan Papa. Kemudian dia bertanya lagi,

"Apa Bapak tidak merestui hubungan kami?"

"Lena sudah aku jodohkan dengan orang lain, jadi kuharap kamu tidak jadi penghalang disini. Lebih baik kamu pergi sekarang. "

" Tapi Pak.. Ijinkan saya bertemu dan berbicara dengan Lena. Setelah itu saya berjanji saya akan pergi dari sini. " pinta Aris memohon

" Percuma.. Bahkan Lena saja tidak mau mengangkat teleponmu. Lena sudah menetapkan pilihannya. Jadi sebaiknya kamu pergi dan tidak usah berbicara lagi dengannya. "

" Ta.. Tapi Pak. Bagaimanapun ini hubungan kami, biar kami yang menyelesaikannya. Setidaknya, ijinkan saya sekali saja bertemu dengan Lena. Saya mohon.. Pak. Saya harus mendengarnya langsung dari Lena..."

Tanpa mempedulikan Aris, Papa memanggil Pak Joko, satpam penjaga dirumah,

"Joko... " teriak Papa

" Tidak perlu memanggil orang untuk mengusirku Pak. Aku akan pergi sekarang.. Maaf sebelumnya kalau kedatanganku mengganggu Bapak. Sampaikan salam saya untuk anak Bapak. "

Sebelum pergi, Aris kemudian kembali berkata

" Bagaimanapun saya akan tetap berusaha berbicara langsung dengan Lena. Untuk mengakhiri suatu hubungan, tidak bisa hanya mendengarnya dari salah satu pihak. terlebih.. bukan orang yang bersangkutan langsung yang bicara... Setidaknya saya sudah minta ijin ke Bapak. Kalau begitu, saya pamit. Assalamualaikum Pak.. "

Dan Aris pun pergi berlalu..

Sementara dikamarku, waktu menunjukkan pukul setengah sebelas siang, ketika aku baru saja bangun tidur dengan kondisi mata bengkak dengan kepala yang masih agak sedikit pusing. Tanpa mengecek hp, aku pun langsung pergi mandi.

Saat itu didalam kamar, Papa memanggilku

"Lena.. Lena.. Papa masuk ya."

Melihat aku yang sedang berada dikamar mandi, papa tidak melewatkan kesempatan untuk mengecek hpku. Papa kemudian menghapus riwayat panggilan dari Aris di hpku. Bahkan, Papa juga memblok serta mengganti nomor Aris dengan nomor lain, yang sudah dipastikan jika nomor tersebut tidak akan menjawab panggilan masuk dari nomor manapun. Setelah itu, Papa..

"Lena, kalau kau sudah selesai mandi turunlah untuk makan ya, Nak. Papa tidak mau nanti kau sakit.. Bi Ijah juga sudah menyiapkan makanan kesukaanmu. Nanti turun makan bareng Papa ya! "

" Iya, Pa! "sahutku dari dalam kamar mandi.

Selesai mandi, aku kemudian mangambil hpku dan mencoba menghubungi Aris. Empat kali tersambung tetapi tidak dijawab. Dalam benakku,

" Mas Aris sejak pulang ke Indonesia kenapa gak ada kabar ya. Ini sudah lebih dari seminggu, tapi masa gak ada telpon atau chat gitu.. "

Dimeja makan, akupun terus terdiam memikirkannya. Tanpa sadar aku mengaduk-aduk makanan yang ada dipiring dengan tatapan kosong, hingga..

" Lena.. Lena sayang.. Ada apa? " tanya Papa

" Kenapa makanannya tidak dimakan, Nak? Apa kamu sakit? " lanjutnya khawatir

"Nggak.. Nggak apa-apa kok Pa." jawabku sambil kemudian melahap dengan cepat semua makanan yang ada dipiring.

"Pelan-pelan makannya Nak. Nanti kamu tersedak"

"Iya Pa.. "

" Oh iya, nanti malam kan malam minggu. Kamu nanti kerumahnya Pak Tomo ya. Sekalian malam mingguan berdua bareng Ryan. Biar bisa lebih akrab dan saling kenal."

Mendengar perkataan itu, aku pun terdiam terpaku. Rasanya ingin kutolak saat itu juga, tapi aku takut jika papa akan marah lagi. Aku takut darah tingginya akan kumat.. Lalu, tanpa berpikir panjang, aku iyakan saja perkataannya. Kebetulan juga ada kesempatan untuk keluar rumah, jadi aku bisa mencari waktu untuk bertemu dengan Mas Aris pikirku.

Lalu Papa kembali berkata,

"Jangan datang dengan tangan kosong kesana. Bawalah kue.. Aku dengar Ibunya suka bolu cake pandan. "

" Baik, Pa!" sahutku tidak bersemangat.

Saat kembali kekamar, aku terus menghubungi Aris meskipun tidak ada jawaban. Berkali-kali ku telpon tetapi tidak dijawab.. bahkan, chatku pun tidak diread sama sekali. Saat itu, dipikiranku..

"Ada apa ya dengan Mas Aris. Apa mungkin keluarganya juga tidak setuju dengan lamarannya. Jangan-jangan.. orang tuanya juga menjodohkannya dengan orang lain. Terus.. aku gimana??! Aku juga gak tahu alamat rumahnya lagi di Indonesia." aku pun kembali berpikir sejenak

"Oh iya, Bogor!! tapi.. bogor mananya ya, bogor itu kan luas. Tanya siapa.. " otakku terus berpikir bagaimana caranya agar aku bisa ke Bogor menemui Mas Aris.