Sejak saat iti entah mengapa rasanya hati Andi mulai berpaling, ia berfikir seandainya ia bisa mendapatka Rita tentulah semua kekayaan keluarga Khaira akan jatuh padanya.
Perasaan rakus akan harta itu tiba-tiba tak mampu lagi dibendung oleh Andi, ternyata selama ini ia memiliki maksut tersembunyi selain ia bisa memiliki pacar secantik Khaira ia juga menginginkan kekayaannya.
Tapi Khaira bukanlah gadis yang mudah terperdaya oleh hasutan cinta, berkali-kali Andi mencoba untuk menjerat Khaira agar mau menyerahkan kesuciannya, namun usahanya selalu gagal.
Mulai hari itu entah mengapa fikiran Andi berbelok seratus delapan puluh derajat, kini ia lebih fokus untuk menggaet ibunya.
Siang itu Rita bersiap menuju luar kota untuk perjalanan bisnis selama satu minggu, disaat detik terakhir keberangkatan tiba-tiba asistennya mengalami kecelakaan ia terjatuh dari tangga sehingga kakinya mengalami patah tulang.
Rita menjadi kebingungan karena tak ad yang bisa ia andalkan, dalam keadaan tersebut Andi hadir bagai seorang pahlawan yang rela mengorbankan diri untuk menggantikan asisten tersebut.
"Kamu serius Andi, mau ikut saya?".
"Ya bu, lagi pula pekerjaan didepartemen saya juga sedang tidak banyak".
Setelah berpikir beberapa waktu Ritapun menyetujuinya dengan syarat Khaira memberikan izin pada Andi.
"Ya bu, saya akan bicara pada Aira".
đź“•"Sayang aku boleh ga nemenin mama kamu ke luar kota".
đź“’"Kok kamu, emang dikantor ga ada orang lain?".
đź“•"Banyak sih, tapi kebanyakan kurang kompeten, kasiham mama lho kalau ga ada yang nmenin".
đź“’"Ya sih, ya udah deh aku ijinin".
đź“•"Oke makasih ya sayangku".
Rita dan Andi tiba disebuah hotel untuk chek in, setelah masuk ke kamar masing-masing mereka beristirahat.
Pagi hari ketika sarapan Andi bersikap sedikit berlebihan pada Rita, dengan sengaja ia mengambilkan makanan, sikapnyapun menjadi lebih lembut dan seakan mereka sudah sangat dekat.
"Andi... kamu ga usah merepotkan diri kamu untuk saya".
"Ga ko tante, aku senang melakukan semua ini".
"Terimakasih".
Beberapa hari telah berlalu, sikap lembut dan kebaikan Andi secara tidak langsung membuat mereka jauh lebih dekat.
Malam itu tampak Rita dan Andi sedang duduk di kafe hotel untuk menikmati hiburan, Ruta terlihat sangat cantik dalam balutan gaun malam tanpa lengan, sehingga kemolekan tubuhnya terlihat begitu memukau.
Mata jalang Andi liar menatap setiap inci lekuk tubuh Rita tanpa disadari wanita itu, karena saat itu Rita sedang fokus menikmati alunan lagu.
"Tante.... tante kan masih sangat muda, memangnya tante tidak berfikir untuk menikah lagi" pertanyaan Andi tiba-tiba membuyarkan konsentrasi Rita.
"Saya masih terlalu mencintai papanya Khaira, buat saya tidak ada laki-laki lain yang mampu menggantikannya".
"Sayang sekali padahal saya yakin, banyak laki-laki yang mengejar kamu".
Rita menatap ke arah Andi, ia sedikit tidak nyaman mendengar kalimat kamu ketika Andi memanggilnya.
Andi merasakan kalau nada sok akrapnya mrmbuat Rita kurang nyaman, dan ia segera meminta maaf.
"Maaf kalau ada kata-kata saya yang kurang sopan" Andi tampak salah tingkah "sial sepertinya wanita ini sulit di takhlukan" ia berkata dalam hati.
Untuk sejenak suasana menjadi hening dan agak kaku.
"Ga kok, cuma kaget aja kamu biasanya berkata formal sama saya, tiba-tiba bisa seakrap itu" Rita mencoba mencairkan suasana.
"Maaf soalnya, sebenarnya saya kurang leluasa memanggil tante dengan sebutan itu, karena".
"Cukup saya sudah tahu apa yang mau kamu katakan" Rita menghela napas panjang sebelum ia meneruskan kalimatnya "kamu ga salah, memang secara usia kita tidak terpaut banyak, jadi wajar kalau kamu mengganggap saya kurang pantas dipanggil tante sama kamu".
"Jadi Tante memaafin saya".
"Yah... ga papa asal kamu tahu tempat saja".
"Maksutnya".
"Kalau bukan diacara formal atau di kantor, kamu bisa manggil saya mbak atau apa".
"Kalau panggil mbak?".
"Terserah, toh pada ahirnya setelah kamu menikah sama Khaira kamu akan memanggil saya mama juga" Rita menjelaskan sambil melemparkan senyum manisnya.
Bagi Andi ini merupakan angin surgawi yang memasuki relung hatinya, ia merasa walau jalannya tidak mudah akan tetapi ia mampu menggapai keinginannya.
Andi membalas senyuman Rita, dan mata liarnya mentap wanita didepannya seolah ingin menggali lebih dalam apa yang tersimpan didalamnya.
"Mbak sudah malam kamu belum ngantuk?".
"Belum..., kalau kamu ngantuk silahkan istirahat".
"Ya ga papa aku temenin kamu, bahaya wanita cantik sendirian ditempat seperti ini".
Satu jam kemudian mereka memutuskan untuk beristirahat.
Dalam kamar bukannya Andi tidur justru ia bersiasat agar bisa menakhlukan Rita, sampai ia menukan satu rencana yang pastinya akan mendekatkanmereka.
Andi menghubungi salah seorang kenalannya untuk membantu melaksanakan apa yang ia rencanakan.