Chereads / Kisah Diantara Dua Hati. / Chapter 8 - Si Badung yang Penuh Semangat dan Bakat.

Chapter 8 - Si Badung yang Penuh Semangat dan Bakat.

Khaira bingung bagaimana cara melepaskan diri dari cengkraman Andi, ia tak tau lagi harus berbuat apa, sampai tiba-tiba ia menangis, melihat Khaira menangis nafsu Andi tiba-tiba mulai redam, antara kesal dan tak tega membuat kekasih mungilnya merasa terintimidasi.

"Mas Andi jahat...hik...hik...hik" tangis khaira pecah.

"Ra kenapa, bukankah kita saling mencintai?".

"Aku ga mau mas, ini dosa, aku ga mau papa disiksa disana karena aku berbuat dosa sebesar ini, aku mohon jangan lakukan itu mas," pinta Khaira.

"Ok...tapi secepatny kita menikah ya sayang, aku rasa aku ga akan kuat kalau harus menunggu lama lagi" Andi pasrah ia terpaksa melepaskan Khaira.

Khaira memperbaiki posisi duduknya, sambil menenangkan diri karena ia sungguh merasa sangat ketakutan, untung Allah masih melundunginya.

"Mas...Andi ga papa aku tinggal, aku takut kalo tetap disini". dengan polos Khaira berkata pada Andi.

"Ok, kamu pergi saja daripada kamu cuma menggangguku".

"Maaf mas" Khaira segera lari menuju kamarnya.

Pagipun tiba Fariz sudah bersiap dengan seragam putih biru nya, ia memang masih SMP tapi dia sudah bisa terlihat fashionable, dengan rambut yang tertata rapi.

Tanpa merasa bersalah ia menghampiri meja makan dimana abi dan umi sudah berada disana, abi melirik putra yang sebenarnya sangat ia cintai karena sebenarnya Fariz adalah cerminan masa mudanya seorang si badung yang penuh dengan semangat dan bakat.

Tapi Abi tidak mau Fariz seperti ia dulu yang baru tersadar ketika abinya meninggal, ia merasa bersalah, ia tak ingin rasa bersalah itu menurun pada putra tampannya, jadi sekuat tenaga ia berusaha membuat Fariz jadi anak yang patuh dan sholih, walaupun belum berhasil.

Fariz menatap Abi, ada rasa takut saat ia melihat wajah abi yang seram itu, nyalinya menciut, umi menyadari kalau ada perang tak terlihat antara ayah dan anak itu kemudian ia segera memecah suasana.

"Abi jangan mulai, abi ga mau kan anak abi jadi seperti abi dulu".

"Apa" abi memelototo umi karena kesal.

"Sabar abi, slow..." setelah berbisik pada Sulaiman, Khadijah segera menghampiri Fariz " kesayangan umi ayo sarapan, umi sudah masak bubur ayam buat jagoan umi".

Fariz masih ragu untuk melangkah, ia masih ingat kejadian kemarin saat abi seperti hendak memakannya hidup-hidup.

"Tapi umi, Fariz takut sama abi".

"Sudah...., abi sudah jinak" hibur umi.

Mendengar kata-kata umi Fariz jadi tersenyum, dan dengan percaya diri mendekati Sulaiman.

"Assalamualikum Abi" sapa Fariz sambil duduk disebrang Sulaiman, ia masih menyimpan rasa takut pada pria berumur limapuluh tiga tahun itu.

"Waalaikumsalam".

Khadijah melayani anak dan suaminya sarapan, setelah selesai ia mengantar dua jagoannya sampai gerbang, sebelum dua laki laki gagah itu masuk mobil tak lupa ia menyalami mereka.

Didalam mobil suasana dingin begitu terasa, Ali sopir merekapun ikut merinding dengan tatapan Sulaiman.

"Faiz...apa yang kamu mau setelah ini?".

"Faiz mau sekolah ke luar negri Abi" jawab Faiz semangat.

"Apa...luar negri, kamu pikir abi dapat uang metik dari pohon, kamu abi kirim ke pesantren" ketika khotbah Sulaiman baru dimulai tiba hpnya berdering, terlihat ID pemanggilnya Umi...ya...Khadijah tampaknya tahu benar kalau suaminya pasti akan memberikan khotbah sepanjang jalan kenangan.

"Abi....jangan macam-macam sama kesayangannya umi ya".

"Ya Abi tau, umi...".

"Ya sudah umi tutup dulu, awas nanti kalau ada laporan dari jagoan umi, abi tidur diluar". Khadijah mengancam.

"Ya...ya...ya" jawab Sulaiman kesal.

Setelah menaruh ponsellnya di tas kerjanya, Sulaiman tetap tidak mau melewatkan kesempatan itu untuk mengambil sesuatu yang menguntungkannya.

Ia tahu kalau anaknya tidak pernah mendapatkan nilai yang memuaskan, selama ini rekor nilai terbaik Fariz 7,13 jadi ia akan menggunakan kesempatan itu untuk membuat perjanjian yang pasti akan menguntungkannya.

"Fariz kamu capek ga selalu berantem sama abi".

Fariz hanya menatap orang yang paling ia takuti, karena ia masih ingat pernah dikonci diloteng yang gelap selama semalam, akibat ketahuan tawuran dan merokok, dan tiba-tiba abinya yang seram itu memberikan pertanyaan dengan nada begitu lembut membua bulu kuduknya justru merinding.

"Capek.... bi" jawab Fariz dengan suara lirih.

"Bagaimana kalau kita buat perjanjian?".

"Maksut abi" Fariz terdengar kaget mendengar tawaran abi.

"Ya Riz....kita buat kesepakatan".

"Fariz setuju, tapi abi ga akan ngakali Fariz kan" tanya Fariz menyelidik.

"Dasar anak sialan" umpat Sulaiman, amarahnya hampir saja meledak, ia ingin sekali menghajar Fariz jika tidak ingat ancaman istrinya "abi jamin kesepakatan kita adalah kesepakatan tersportif yang selama ini".

"Janji".

"Demi Allah anak tengik" jawab Sulaiman kesal.

"Ok...perjanjiannya apa Abi".

"Kalau kamu bisa lulus dengan nilai sembilan disemua mata pelajaran, abi janji tidak akan memaksa kamu mondok, tapi.....kalau nilai andalan kamu tetap tujuh kamu harus menuruti kemauan abi, bagaimana?".

"Sial...." umpat Fariz dalam hati "ini namanya curang, abi tahu kelemahan gue" ia masih menggerutu dalam hati, tapi ia tak ingin kehilangan kesempatan emas ini, maka ia menyetujui saja keinginan abinya "Ok deal" jawab Fariz dengan mantap sembari mengulurkan tangannya.

"Deal" jawab sulaiman tak kalah kalah mantap, ia tertawa besar seakan kemenangan hampir ia dapatkan, tak lupa ia menepuk bahu Fariz dengan keras.

Khaira keluar dari kamarnya untuk sarapan, kemudian berangkat kuliah, ia berjalan pelan takut bertemu Andi, ia merasa malu karena semalam ia harus pura-pura menangis demi lepaa dari hasrat liar Andi.

Tapi sial ia justru menabrak orang yang paling ingin ia hindari, Khaira jadi salah tingkah sedang Andi bingung kenapa kekasihnya bersikap seperti itu.

"Ada apa Ra?"

"Ga kok....khaira berangkat kuliah dulu mas" jawab Khaira, iapun langsung menyelonong pergi kuliah saja tanpa sarapan, karena tak mau lebih lama lagi melihat Andi.